Pengaruh pengelolaan kelas terhadp hasil belajar fiqih siswa MTS Soebodo Mantofani Jombang Ciputat Tangerang Selatan

(1)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Lengkap : Nurhayati M. No. Induk Mahasiswa : 206011000070

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Alamat : Jln. Jembar Jaya Rt. 004 Rw. 18 No. 09 Serua-Ciputat Kota Tangerang Selatan

Judul Skripsi : Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Belajar Fikih Siswa MTs Soebono Mantofani Jombang-Ciputat Tangerang Selatan

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Juli 2010

Nurhayati M.


(2)

Nama : Nurhayati M. NIM : 206011000070

Fak/Jur : Ilmu Tabiyah dan Keguruan

Judul : Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Belajar Fikih Siswa Mts Soebono Mantofani Jombang-Ciputat Tangerang Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar fikih siswa MTs Soebono Mantofani Jombang-Ciputat Tangerang Selatan.

Secara operasional yang dimaksud dengan pengelolan kelas pada penelitian ini adalah penataan ruangan kelas, penataan alat pengajaran dan penataan kondisi siswa yang dilakukan guru bidang studi fikih di dalam kelas. Sedangkan yang dimaksud dengan hasil belajar fikih pada penelitian ini adalah untuk mengantarkan siswa agar lebih mengetahui dan memahami tata cara yang berkaitan dengan perubahan seorang muslim baik yang berhubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam sehingga dapat tercapai tujuan dari pembelajaran.

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Soebono Mantofani Jombang-Ciputat Tangerang Selatan dari bulan februari-april 2010 yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i MTs Soebono Mantofani kelas VIII dengan jumlah 40 orang. Ini merupakan sebagian dari populasi yang berjumlah 173 orang siswa/i MTs Soebono Mantofani Jombang.

Data tentang pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar fikih siswa diperoleh berdasarkan angket yang diisi oleh siswa/i MTs Soebono Mantofani Jombang. Metode yang digunakan adalah korelasi product moment dari pearson dengan taraf 5%. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh r hitung sebesar 0,587. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan r tabel dengan df = 38 taraf signifikansi 5% adalah 0,320, berarti r hitung lebih besar dari r tabel. Dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat hubungan positif yang nyata antara pelaksanaan pengelolaan kelas dengan hasil belajar fikih siswa ditolak dan sebaliknya hipotesis alternative yang menyatakan terdapat hubungan yang nyata antara pelaksanaan pengelolaan kelas dengan hasil belajar fikih siswa diterima.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengaruh pengelolaan kelas dapat meningkatkan hasil belajar fikih siswa MTs Soebono Mantofani Jombang-Ciputat Tangerang Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang pengelolaan kelas guru dalam mengelola kelas di MTs Soebono Mantofani Jombang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa di MTs Soebono Mantofani Jombang-Ciputat Tangerang Selatan.


(3)

melimpahkan kekuatan lahir dan batin kepada diri penulis, sehingga setelah melalui proses yang cukup panjang, pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya demikian juga para pengikutnya yang setia mengikuti jejak Rasul.

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapat gelar S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah membuat karya ilmiyah yang berbentuk skripsi. Dalam hal ini penulis membuat skripsi dengan judul PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP HASIL BELAJAR FIKIH SISWA MTS SOEBONO MANTOFANI JOMBANG-CIPUTAT TANGERANG SELATAN.

Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini, namun karena kesungguhan hati, cita-cita, kerja keras, dorongan dan juga bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Atas dorongan dan juga bantuan baik moril ataupun materil, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh staffnya.

2. Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta seluruh staffnya.

3. Bapak Dr. H. Ahmad Syafi’I Noor yang sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq, MA selaku dosen Penasehat Akademik.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga bapak dan ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajaran dapat bermanfaat di kemudian hari.


(4)

mendorong dan mendoakan penulis untuk selalu berjuang dalam menyelesaikan pembelajaran. Semoga kedua orang tuaku yang tersayang dan tercinta dilimpahkan rahmat dan hidayahnya oleh Allah SWT. Amin

7. Adik-adikku tersayang Alisah dan Sarah yang selalu mengantar penulis dalam mencari buku-buku referensi yang selalu memberikan motivasi penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa dan semangat yang tidak henti-hentinya.

9. Ibu Dra. Hj. Siti Abidah Thohayah, M.Ag selaku kepala sekolah MTs Soebono Mantofani beserta staffnya yang telah memberikan izin, bantuan, dan kerja samanya dalam penelitian.

10.KH. Abdul Aziz Masthuro, KH. Fachrudin Masthuro, beserta Keluarga Al-Masthuriyah yang telah banyak memberikan pembelajaran wejangan yang begitu berarti untuk penulis.

11.Teman-teman seperjuanganku PAI A–B dan teman-teman PPKT SMPN 6 Tangerang Selatan yang selalu memberikan info dan support sehingga membuat penulis menjadi lebih semangat.

12.Sahabat-sahabat terbaiku: Nzah, Meroh, Anah, Tari, Wilda, Halimah, Ka Dian, Blong, ka Santi, dll yang selalu memberikan support yang semangat.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dan rahmat dari Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Jakarta, 14 Juli 2010

Nurhayati M. DAFTAR ISI


(5)

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAKSI ... ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengelolaan Kelas ... 6

1. Pengertian Pengelolaan Kelas ... 6

2. Tujuan Pengelolaan Kelas ... 10

3. Pendekatan dalam Pengelolan Kelas ... 10

4. Keterampilan dalam Mengelola Kelas ... 12

5. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas ... 14

6. Masalah-masalah Pengelolaan Kelas ... 15

7. Pengelolan Kelas yang Efektif ... 16

B. Hasil Belajar Fikih ... 18

1. Pengertian Belajar ... 18

2. Teori-teori Tentang Belajar ... 20

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 22

4. Pengertian Fikih ... 23

5. Hakikat Hasil Belajar Fikih ... 25

C. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ... 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN


(6)

C. Variabel Penelitian ... 27

D. Populasi dan Sampel ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 38

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 43

C. Uji Persyaratan Analisis ... 53

D. Interpretasi Data ... 58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

C. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL


(7)

Tabel 3.3 Indeks Korelasi Product Moment 35 Tabel 4.1 Mata Pelajaran yang di Ajarkan di MTs Soebono Mantofani 38 Tabel 4.2 Jumlah Siswa-siswi MTs Soebono Mantofani 39 Tabel 4.3 Jumlah Sarana Prasarana di MTs Soebono Mantofani 41 Tabel 4.4 Skoring Hasil Angket Pengelolaan Kelas (Variabel X) 43 Tabel 4.5 Jumlah Skor Hasil Angket Pengelolaan Kelas Setiap

Responden

45

Tabel 4.6 Deskripsi data Pengelolaan Kelas (variabel X) 46 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Pengelolaan Kelas (variabel X) 47 Tabel 4.8 Nilai Hasil Tes Block (TB) 48 Tabel 4.9 Angket Nilai Hasil Belajar (variabel Y) 50 Tabel 4.10 Deskripsi Data Hasil Belajar (variabel Y) 51 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar (variabel Y) 52 Tabel 4.12 Hasil Nilai Angket dan Tes Block Siswa 53 Tabel 4.13 Perhitungan variabel X dan variabel Y 55


(8)

MANTOFANI JOMBANG-CIPUTAT

TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Disusun oleh : Nurhayati M 206011000070

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M


(9)

MANTOFANI JOMBANG-CIPUTAT

TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh : Nurhayati M 206011000070

Di bawah Bimbingan

Dr. H. Ahmad Syafi’i Noor NIP. 19470902 1967121001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M


(10)

 

       

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara berkembang dimana pendidikan memiliki kedudukan yang sangat urgen bagi perkembangan Negara Indonesia. Karena pendidikan merupakan salah satu kunci bagi kemajuan bangsa dan Negara.

Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan.1 Dimana

pendidikan itu mempunyai posisi yang sangat strategi dalam program pembangunan nasional dan sebagai sarana penting dalam melancarkan program tersebut, karena pendidikan bukan hanya berfungsi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tetapi juga ikut membentuk watak dan sikap manusia Indonesia. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertulis dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 bab II pasal 3, yaitu :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

 

1

 Syaiful Bahri Djamara, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, cetakan pertama, Februari 2000), h. 22 

2

Undang-undang, SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) No. 20, (Surabaya: Alam


(11)

Dalam prespektif agama, pendidikan mempunyai derajat yang tinggi dalam kehidupan manusia. Orang yang mempunyai ilmu pengetahuan akan dinaikan derajatnya oleh Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Mujaadilah ayat 11.

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”3

Salah satu faktor terpenting dalam pendidikan adalah guru. Guru memang figur manusia yang selalu hangat dibicarakan dan tidak pernah absen dari agenda perbincangaan masyarakat. Guru tidak hanya disanjung dengan keteladanannya, tetapi ia juga dicaci maki dengan sinis apabila melakukan kesalahan. Keburukan prilaku siswa cenderung diarahkan kepada kegagalan guru dalam membimbing dan membina siswa. Padahal tingkah laku siswa yang buruk itu dipengaruhi berbagai macam faktor, baik lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat.

Menurut Nasrun dalam buku Media, Metode, dan Pengelolaan Kelas

Terhadap Keberhasilan Praktek Lapangan Kependidikan: dalam forum

pendidikan merupakan bahwa guru dituntut mampu memiliki dan menggunakan media pengajaran sesuai dengan materi yang akan disajikan, dituntut mampu menggunakan metode mangajar secara stimulasi untuk menghidupkan suasana pengajaran dengan baik.4

Tugas utama guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh.5 Pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan

yang kritis bagi kegiatan instruksional yang efektif agar seorang guru berhasil

      

3

   Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahannya, (CV. Toha Putra: Semarang,

1989), h. 908

4

  Nasrun, Media, Metode,dan Pengelolaan Kelas Terhadap Keberhasilan Praktek

Lapangan Kependidikan, (Forum Pendidikan: Universitas Negeri Padang, Desember, 2001), h.

428 

5

Conny Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengqktifkan Siswa


(12)

mengelola kelas hendaklah ia mampu mengantisifasi tingkah laku siswa yang salah seperti siswa mengobrol dengan teman sebangku ketika guru sedang menerangkan dan mencegah tingkah laku tersebut agar tidak terjadi.6

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Sedangkan lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. 7

MTs Soebono Mantofani merupakan lembaga pendidikan yang memiliki tujuan dan berkualitas baik, hal ini dapat dilihat dari segi bangunan sekolah, tenaga pendidik yang berkompeten dibidangnya dan beberapa prestasi yang telah diraih.

Adapun visi dan misi Madrasah Tsanawiyah Soebono Mantofani adalah menumbuhkan semangat ketakwaan para siswanya kepada Allah SWT, mewujudkan fungsi kekhalifahan manusia dimuka bumi (khalifah fil ardi), membentuk siswa yang mampu menjadi agen perubahan masyarakat menuju masyarakat madani serta mewujudkan siswanya yang senantiasa bertambah ilmunya sekaligus bertambah hidayah dari Allah SWT.

Langkah yang dapat dilakukan agar dapat tercapai tujuan pembelajaran adalah melaksanakan pengembangan dalam pengajaran dan pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan media dan metode sebagai alat bantu siswa dalam memahami pelajaran fikih, serta pembenahan sistem ventilasi kelas agar tercipta lingkungan belajar yang baik, karena kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas tergantung pada dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.

Salah satu faktor internal dari proses pembelajaran adalah hasil belajar siswa yang mempengaruhi ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, misalnya dalam pembelajaran terdapat siswa yang mengobrol dengan teman

      

6

Nasrun, Media, Metode,dan Pengelolaan Kelas Terhadap Keberhasilan Praktek

Lapangan Kependidikan, , h. 429  7

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


(13)

sebangku, ada yang tidur, ada yang bermain ponsel di dalam kelas, dan ada juga yang memilih untuk ke luar kelas meninggalkan pelajaran. Adapun faktor ekternal dari proses pembelajaran adalah lingkungan kelas misalnya teman sebangku, guru, keadaan kelas yang tidak kondusif, sarana dan prasarana yang tidak memadai. Kondisi seperti ini akan mengganggu aktivitas yang sedang berlangsung di kelas, sehingga proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif, dan tentunya akan berdampak pula dengan tujuan pembelajaran.

Melihat konteks tersebut pengelolaan kelas dapat dipandang sebagai suatu usaha yang sangat penting dan harus menjadi prioritas oleh seorang guru dalam berbagai aktivitas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kepada siswa agar melaksanakan kegiatan yang kreatif dan terarah.

Mata pelajaran fikih merupakan pengetahuan tentang hukum segala sesuatu menurut ajaran agama Islam, baik yang mengenai cara beribadah yang khusus ataupun yang mengenai cara bermasyarakat antara sesama makhluk.

Untuk meningkatkan hasil belajar fiqh siswa, dapat diwujudkan dengan pengelolaan kelas yang berorientasi pada siswa artinya guru harus memberi penekanan dan pengalaman secara langsung serta merencanakan proses belajar mengajar di kelas yang memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan menerapkan hal-hal yang telah dipelajari dalam kehidupannya.

Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Belajar Fikih Siswa MTs Soebono Mantofani Jombang - Ciputat Tangerang Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Keterampilan guru dalam mengelola kelas

2. Kondisi penilaiaan guru mengajar 3. Kelengkapan sarana sekolah 4. Suasana penataan ruangan kelas


(14)

5. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran baik fisik maupun psikis. C. Pembatasan Masalah

1. Pengelolaan kelas merupakan bagian dari keterampilan dasar yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran. Pengelolaan kelas yang dimaksud adalah pengaturan yang dilakukan oleh guru terhadap anak didik dan sarana pengajaran yang lengkap sehingga dapat menghasilkan suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran dan pembelajaran. 2. Hasil belajar yang diteliti adalah pada mata pelajaran fikih kelas dua di

MTs Soebono Mantofani Jombang-Ciputat Tangerang Selatan. D. Perumusan Masalah

Apakah kemampuan guru dalam mengelola kelas berpengaruh positif terhadap hasil belajar fikih siswa?

E. Tujuan Penelitian

1. Dapat memberikan masukan bagi para guru dalam meningkatkan kompetensinya, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan kelas terhadap hasil belajar fikih .

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa di MTs Soebono Mantofani Jombang.

3. Dapat lebih meningkatkan dan memperbaiki pengelolaan sekolah pada umumnya dan pengelolaan kelas pada khususnya.

4. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar fikih siswa MTs Soebono Mantofani.


(15)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengelolaan Kelas

1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “management”. Management berasal dari bahasa Inggris yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan. Management atau pengelolaan dalam pengertian umum adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.1

Sedangkan kelas, menurut Bobbi De Porter, Mark Reardon dan Sarah Singer dalam buku Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas mengatakan bahwa kelas adalah berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.2

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia kelas adalah tingkat, ruang tempat belajar di sekolah.3 Sedangkan pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai Classroom Management, itu berarti istilah pengelolaan identik dengan manajemen. Pengertian pengelolaan atau manajemen pada

      

1

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2006), Cet ke-3, h. 175 

2

Bobbi De Porter, Mark Reardon, dan Sarah Singer, Quantum Teaching Mempraktikkan

Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas, (Bandung: Kaifa, 2002), h. 3  3

W. J. S., Poerwadarmita, Tim Penyusun Kamus Pusat Kamus Besar Bahasa Indinesia, h.

446. 


(16)

umumnya yaitu kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penelitian. Wilford A. Weber (James M. Cooper, 1995: 230) mengemukakan bahwa Classroom management is a complex set of behaviors the teacher uses to establish and maintain classroom conditions that will enable students to achievetheir instructional objectives efficienly – that will enable them to learn. Pengelolaan kelas sebagai bagian dari sekolah secara keseluruhan yang menjadi pusat atau tempat terjadinya proses belajar mengajar. 4

Manajemen kelas adalah pembentukan orkestra dari komponen–komponen yang tak terhitung untuk memastikan lingkungan pembelajaran yang aman dan nyaman.5 Dapat dikatakan manajemen kelas berarti prosedur dan kegiatan rutin

tertentu yang dikembangkan dengan sengaja dan dengan kerja sama. Sehingga manajemen kelas merupakan suatu bagian mengajar yang tidak pernah disempurnakan karena harus selalu diadaptasi agar sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan para murid dan guru.

Bagi banyak guru, ketidak pastian tentang cara mengatur ruang kelas menjadi ketakutan yang menghentikan mereka untuk berusaha memberikan pengajaran yang didasarkan pada berbagai minat dan kebutuhan para siswa mereka. Meskipun mengatur ruang kelas yang dibedakan tidaklah selalu mudah namun kemajuan kearah itu cenderung menjadikan pengajaran menjadi lebih memuaskan. Hal itu juga membuat pengajaran menjadi lebih memuaskan dan lebih menguatkan pemahaman para siswa. 6

Kelas bukanlah sekedar ruangan dengan segala isinya yang bersifat statis dan pasif, Namun kelas juga merupakan sarana berinteraksi antara siswa dengan siswa dan guru dengan siswa. Ciri utama kelas adalah pada aktivitasnya untuk dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang dinamis. Oleh karena itu, perlu adanya suatu aktivitas pengelolaan kelas yang baik dan terencana.

Menurut Hendyat Soetopo dalam buku Pendidikan dan Pembelajaran, Teori, Permasalahan, dan Praktek: bahwa pengelolaan kelas tidak terbatas pada memberikan ceramah dan memimpin diskusi, melainkan juga dapat

      

4

Dr. Zakiyah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

1996) Cet-1, h. 63 5

Gene E. Hall; Linda F. Quinn; Donna M. Gollnick, Mengajar denagn Senang, (Jakarta:

PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2008) Cet-2, h. 482 6

Martha Kaudfeldt, Wahai Para Guru, Ubahlah Cara Mengajarmu Perintah

Pengajaran yang Berbeda-beda dan Sesuai Dengan Otak, (Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008) Cet-2, h. 161


(17)

meliputi pemberian tugas, memimpin kegiatan di laboratorium, praktek lapangan, permainan kelompok di kelas, sosio drama dan sebagainya. Pengelolaan kelas tidak terbatas pada mengatur perlengkapan fisik di kelas, tetapi juga interaksi psikologis yang ada di dalam kelas, antar subyek didik, subyek didik dengan guru, serta arus komunikasi yang diterapkan.7

Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain dalam buku

Strategi Belajar Mengajar pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan.8

Dari pengertian yang telah diungkapkan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan kelas diajukan untuk menyelenggarakan proses atau kegiatan belajar mengajar di kelas agar dapat berlangsung dengan baik dan efektif serta dapat mencapai tujuan yang digariskan atau direncanakan.

Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.9

Dalam pengertian yang lain dikemukakan bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu proses seleksi tindakan yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai penanggung jawab kelas dan seleksi penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai masalah yang ada dan karakteristik kelas yang dihadapi. Jadi, pengelolaan kelas sebenarnya merupakan upaya mendayagunaka seluruh potensi kelas, baik sebagai komponen utama pembelajaran maupun komponen pendukungnya. Pengelolaan kelas merupakan usaha yang dengan sengaja dilakukan oleh guru agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan pembelajaran.10

      

7

Hendyat Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran, Teori, Permasalahan, dan Praktek,

(Malang : UMM Press, 2005), h. 200 

8

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, h. 173-174 

9

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,

(Jakarta: CV Rajawali, 1988), Cet ke-2, h. 68 

10

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, M. Pd, Strategi Belajar Mengajar,


(18)

Sedangkan yang dimaksud dengan mengelola kelas adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan guru, untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta mengembalikan kondisi belajar yang terganggu.11

Dari beberapa pengertian pengelolaan kelas yang telah dikemukan para ahli di atas, dapatlah memberikan suatu gambaran serta pemahaman yang jelas bahwa pengelolaan kelas adalah merupakan suatu usaha untuk menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar dapat belangsung secara lancara dan sistematis. Pengelolaan kelas merupakan suatu masalah yang kompleks yang dihadapi seorang guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat tercapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Untuk membangun kondisi kelas yang kondusif sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sebenarnya tidak terlalu sulit, jika seorang guru dapat mengkondisikan kelas dengan sebaik-baiknya dan begitupun sebaliknya pengelolaan kelas akan sulit jikalau seorang guru kurang peduli dengan kondisi kelasnya. Oleh karena itu, terciptanya kondisi kelas yang kondusif bagi pembelajaran yang efektif merupakan langkah awal bagi terlaksananya proses belajar mengajar yang optimal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seorang guru kelas dapat menempatkan posisi serta peranannya yang cukup penting bagi pengelolaan kelas.

Pandangan mengenai pengertian pengelolaan kelas yang telah dikemukankan di atas intinya sama memiliki karakteristik, yaitu pengelolaan kelas merupakan sebuah usaha yang real untuk mewujudkan suatu kondisi kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dengan demikian bahwa pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran di mana proses tersebut memberikan pengaruh positif yang secara langsung menunjang terselenggaranya proses belajar mengajar di kelas yang efektif dan efisien.

      

11

Sri Anita Wiryawan dan Noorhadi, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas


(19)

2. Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Agar proses belajar mengajar yang dilakukan dapat berhasil dengan memuaskan, maka di dalam pengelolaan kelas diperlukan adanya suatu tujuan agar dalam mengelolan kelas mendapatkan hasil yang signifikan.

Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social, emosional, dan intelektual dalam kelas.12 Sehingga anak didik terhindar dari permasalahan yang

disalah gunakan seperti siswa mengantuk, dengan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh, mengganggu teman lain, tempat duduk yang kotor dan ruang kelas kotor serta jorok.13 Sedangkan tujuan

khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar dan bekerja, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan.14

Dengan demikian penulis berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas dalam kegiatan belajar mengajar siswa dalam lingkungan social, emosional, dan intelektual dalam kelas. Karena fasilitas yang disediakan itu akan lebih memudahkan siswa belajar dan bekerja sehingga dapat terciptanya suasana social yang memberikan kepuasan, kedisiplinan, perkembangan intelektual, sikap dan emosional serta kesadaran yang tertanam dalam diri siswa.

3. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Anak didik adalah faktor utama yang terkait langsung dalam proses belajar mengajar, karena pengelolaan kelas yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar siswa secara kelompok maupun individu. Lahirnya interaksi yang optimal itu bergantung dari pendekatan

      

12

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, h.178 

13

Hendyat Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran, Teori, Permasalahan, dan Praktek, h.

200 

14


(20)

yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan-pendekatan itu antara lain:

a. Pendekatan Kekuasaan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.

b. Pendekatan Kebebasan

Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu, kapan saja dan di mana saja. c. Pendekatan Pengajaran

Pendekatan ini didasarkan atau suatu anggapan bahwa suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.

d. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Pendekatan berdasarkan tingkah laku ini (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandang Psikologi Bihavioral yang mengemukakan asumsi-asumsi, diantara asumsi itu adalah semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.

e. Pendekatan Suasana Emosional dan Hubungan Sosial

Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana social di dalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan).15

Menurut Hendyat Soetopo yang mengutip dari James Cooper dan kawan-kawan mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas, yaitu pendekatan modifikasi tingkah laku, pendekatan sosio emosional, dan pendekatan proses kelompok.16

Dari penjelasan di atas penulis berpendapat bahwa dalam pendekatan suatu pengelolaan kelas itu tidak bisa dilakukan oleh satu orang saja akan tetapi perlu ada kerjasama diantara kedua belah pihak yaitu antara guru sebagai pengelola dan murid sebagai yang dikelola agar pendekatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Adapun pendekatan yang dilakukannya yaitu melalui bermacam-macam kegiatan seperti guru memberikan peringatan kepada siswa agar siswa tidak melakukan kesalahan yang berulang, memberikan resep atau mendata siswa-siswa yang berbuat tidak

      

15

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, h. 180 

16

Hendyat Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran, Teori, Permasalahan, dan Praktek, h.


(21)

diperbolehkan, dengan menggunakan perasaan atau emosi yang halus supaya siswa mudah menerimanya.

4. Keterampilan Dalam Mengelola Kelas

Keterampilan yang berhubungan dengan pengelolaan kelas, dapat dibagi menjadi dua macam diantaranya adalah:

a) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan

kondisi belajar yang optimal (Bersifat Preventif)

Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktivitas-aktivitas yang berkait dengan keterampilan sebagai berikut:

a. Sikap Tanggap

Komponen ini ditunjukan oleh tingkah laku guru bahwa hadir bersama mereka. Guru tahu kegiatan mereka, tahu ada perhatian, tahu apa yang mereka kerjakan. Sikap ini dapat dilakukan dengan cara: memandang secara seksama, gerak mendekati, memberi pernyataan, memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan.

b. Membagi Perhatian

Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama, yaitu dengan cara: visual dan verbal.

c. Pemusatan Perhatian Kelompok

Guru mempertahankan perhatian anak didik dan memberitahukan bahwa ia bekerja sama dengan kelompok atau subkelompok yang terdiri dari tiga sampai empat orang. Untuk itu ada beberapa hal yang harus guru lakukan diantaranya adalah: memberi tanda, pertanggungan jawab, pengarahan dan petunjuk yang jelas, penghentian, penguatan, kelancaran, dan kecepatan.17

Menurut hemat penulis dengan adanya keterampilan yang berhubungan dengan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar, seorang guru dalam mengendalikan pelajaran harus memiliki sikap tanggap, dapat membagi

      

17


(22)

perhatian, serta dapat memusatkan perhatian kelompok sehingga dalam proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik.

b) Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal

Keterampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan tanggapan yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang tua anak didik, untuk mambantu mengatasinya.18

Bukan kesalahan professional guru apabila ia tidak dapat menangani setiap masalah anak didik dalam kelas. Namun pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakkan perbaikan terhadap tingkah laku anak didik yang terus-menerus yang menimbulkan gangguan dan mau terlibat dalam tugas di kelas.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam buku strategi belajar mengajar bahwa strategi itu adalah:

a. Modifikasi Tingkah Laku

Guru mengatasi tingkah laku anak didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.

b. Pendekatan Pemecahan Masalah Kelompok

Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara:

1) Memperlancar tugas-tugas: mengusahakan terjadinya kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas.

2) Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok: memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan mengatasi konflik yang timbul. c. Menemukan dan Memecahkan Tingkah Laku yang Menimbulkan Masalah

Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang

      

18

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, h. 193


(23)

mengakibatkan ketidakpatuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya. 19

Dari penjelasan mengenai komponen-komponen keterampilan dalam pengelolaan kelas di atas, penulis berpendapat bahwa keterampilan itu dibagi menjadi dua yaitu: satu; keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, dimana keterampilan jenis ini sangat berhubungan dengan keterampilan guru dalam mengendalikan dan mengelola kelas. Sedangkan keterampilan yang kedua; keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal. Dimana kedua keterampilan ini sangat mendukung dalam mengelolaan kelas sehingga dapat tercipta suasana yang hangat antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

5. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka sangat penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang akan diuraikan sebagai berikut:

a. Kehangatan dan keantusiasan

kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptannya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar mengajar yang optimal.

b. Tantangan

penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

c. Bervariasi

Penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi belajar mengajar yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindarkan kejenuhan.

d. Keluwesan

keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.

e. Penekanan pada hal-hal yang positif

pada dasarnya, di dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.

      

19


(24)

f. Penanaman disiplin diri

Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.20

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas, menuntut seorang guru harus dapat menciptakan suasana yang hangat, antusias, dan dapat mendorong siswa agar melaksanakan disiplin diri, penekanan pada hal-hal yang positif, keluwesan, serta bervariasi dalam mengunakan metode karena semuanya itu adalah kunci terciptanya pengelolaan kelas yang baik. Oleh karena itu guru yang baik tidak mengandalkan karisma, tetapi mereka yang mengandalkan pada kualitas cinta dalam batin, integritas dan komitmen.

6. Masalah-masalah Pengelolaan Kelas

Tingkah laku anak didik bervariasi. Variasi perilaku anak didik merupakan permasalah bagi guru dalam upaya pengelolaan kelas. Menurut Made Pidarta, masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan prilaku anak didik diantaranya adalah:

a. Kurang Kesatuan

b. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok c. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok

d. Kelas mentolerasi kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima dan mendorong perilaku anak didik yang keliru

e. Mudah mereaksi ke hal-hal negatif atau terganggu f. Moral rendah, permusuhan dan agresif

g. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.

Variasi perilaku anak didik itu menurut Made Pidarta bukan tanpa sebab, faktor-faktor penyebab itu adalah :

a. Pengelompokkan (pandai, sedang, dan bodoh) b. Karakteristik individual

c. Kelompok pandai merasa terhalang oleh teman-temannya yang tidak seperti dia

d. Dalam latihan diharapkan semua anak didik tenang dan bekerja sepanjang jam pelajaran

      

20


(25)

e. Dari organisasi kurikulum tentang tem teaching. 21

Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan 6 kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas, masalah-masalah itu antara lain:

a. Kelas kurang kondusif

b. Kelas mereaksi negatif terhadap salah satu seorang anggotanya. c. “Membesarkan” hati anggota kelas justru melanggar norma kelompok d. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang

tengah digarap

e. Semangat kerja rendah

f. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.22

Dari beberapa masalah-masalah dalam pengelolaan kelas penulis berpendapat bahwa pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dengan positif akan menghasilkan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil belajar siswa. Jadi, pengelolaan kelas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang optimal.

7. Pengelolaan Kelas Yang Efektif

Pengelolaan kelas yang efektif adalah berusaha menghilangkan atau memperkecil permasalahan-permasalahan yang terkait dengan semua problem pengelolaan kelas. Untuk mengelolaan kelas secara efektif maka perlu hal-hal sebagai berikut:

a. kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh tugas-tugas dan diarahkan oleh guru

b. Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi semua anak atau kelompok

c. Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku masing-masing individu dalam kelompok itu

d. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota-anggota e. Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan

siswa

f. Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara pengelolaan, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan. 23

      

21

Syaiful Bahri Djamara, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, h. 173-174

22

Ahmad Rohani HM, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), cet

ke-2, h. 126 

23


(26)

Pengelolaan kelas yang dilakukan guru seperti inilah yang diyakini berpositif dengan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil belajar siswa. Dengan kata lain, menciptakan iklim kelas yang baik merupakan salah satu syarat untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas pembelajaran di kelas.

Adapun peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dikatakan bahwa persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran dari pengelolaan kelas, diantaranya sebagai berikut:

a. Guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.

b. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.

c. Tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik.

d. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik.

e. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan kepatuhan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.

f. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respon dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

g. Guru menghargai peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku, jenis kelamin, dan status social ekonomi.

h. Guru menghargai pendapat peserta didik.

i. Guru memakai pakaian yang sopan, bersih dan rapi.

j. Pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya.

k. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu

yang dijadwalkan. 24

Dari berbagai teori tentang pengelolaan kelas yang telah dipaparkan di atas, maka yang dimaksud dengan pengelolaan kelas dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan oleh seorang guru untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar yang efektif sehingga tercapai suatu pembelajaran yang optimal dan menghasilkan. Pengelolaan kelas dapat diukur berdasarkan dua aspek yaitu aspek pengelolaan fisik dan aspek pengelolaan siswa. Aspek pengelolaan fisik meliputi pengaturan ruang belajar (kelas) seperti pengaturan tempat duduk, alat pengajaran,

      

24

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007,

Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Badan Standar Nasional


(27)

ventilasi dan cahaya, keindahan dan kebersihan kelas, serta usaha yang bersifat pencegahan dan penyembuhan. Sedangkan aspek pengelolaan siswa meliputi tindakan berupa tindakan yang bersifat pencegahan (preventif) dan tindakan yang bersifat kuratif.

B. Hasil Belajar Fikih 1. Pengertian Belajar

Belajar seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman. Tetapi belajar itu sendiri merupakan satu kegiatan yang terjadi di dalam diri seseorang, yang sukar untuk diamati secara langsung. Oleh karena itu para ilmuan mengemukakan pendapatnya tentang pengertian belajar.

Menurut Muhibbin Syah dalam buku Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru yang mengutip dari Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat Learning is organism due to experience which can effect the organism’s behavior. “belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut”.25

Menurut penulis belajar itu merupakan sesuatu yang timbul oleh pengalaman tersebut, baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.

Menurut Muhibbin Syah dalam buku Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru yang mengutip Biggs dalam pendahuluan teaching for learning mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional, rumusan kualitatif. Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah) belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampun kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang ia telah pelajari. Bukti institusional yang menunjukan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor. Adapun pengertian

      

25

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT,


(28)

belajar secara kualitatif (ditinjau mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.26

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono yang mengutip dari James O. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.27

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas penulis berpendapat bahwa belajar itu secara umum dapat dipahami dan belajar itu merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagai kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini ada pengertian bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan.28

Menurut Ngalim Purwanto dalam buku psikologi pendidikan yang mengutip pendapat Hilgard dan Brow, belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi ini, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan, respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.29

Menurut hemat penulis bahwa yang dimaksud belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat urgen dan fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenjang dan jenis pendidikan.

      

26

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 91-92 

27

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

edisi revisi, Maret, 2004), h. 126 

28

Sadriman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007), h. 20 

29

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Krya, cet kedua


(29)

2. Teori-teori tentang Belajar

a. Teori Behaviorisme: teori yang sangat menekankan pada perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Beberapa ciri umum yang nampak dalam rumusan teori belajar Behaviorisme, yaitu: mengutamakan unsur-unsur, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi dan respon, serta menekankan pentingnya latihan.30

b. Teori Kognitif, pendekatan teori kognitif lebih menekankan proses mental manusia. Dalam pandangan ahli penganut aliran kognitif, tingkah laku yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, dan keyakinan. Jadi, dalam pandangan teori kognitif ini, pengkondisian klasikal memberikan suatu pengetahuan baru pada organisme tentang hubungan antara dua stimuli.31

c. Teori Belajar Sosial

Teori ini sering disebut juga dengan teori belajar pengamatan. Tokohnya adalah Albert Bandura. Menurut Bandura bahwa tingkah laku manusia bukan semata-mata reflek otomatis terhadap stimulus melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar social terhadap proses perkembangan social dan moral siswa ditekankan pada perlunya pembiasaan merespon dan peniruaan.

d. Teori Belajar Menurut Ikhwan al-Shafa

Menurut Ihkwan al-Shafa mengatakan perbedaan individual manusia dalam belajar disebabkan oleh dua hal; pertama, faktor fisiologis atau konstitusi biologis yaitu perbedaan tabiaat yang disebabkan oleh perbedaan campuran atau hormon fisik serta pengaruh bintang dan tata surya sesuai dengan tanggal kelahiran; kedua, faktor lingkungan atau usaha berbagai macam tindakan dan pengetahuan yang dipelajari manusia dan model pendidikan yang ia peroleh. Aspek psikologi manusia berbeda-beda sesuai dengan perbedaan daya jiwa,

      

30

Fadilah Suralaga, Nety Hartaty, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam,

(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 63 

31

Fadilah Suralaga, Nety Hartaty, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, h.


(30)

dan perbedaan daya jiwa sesuai dengan perbedaan mereka dalam tindakan, pengetahuaan dan akhlak.32

e. Teori perubahan Akhlak Menurut Al-Ghazali

Yang menjadi ketertarikan Al-Ghazali terhadap perbaikan perilaku adalah ketika ia melihat dekadensi moral, penyimpangan perilaku, dan penyakit hati dan jiwa melanda banyak orang dizamannya. Ia sangat terkejut sehingga ia merasa bertanggungjawab untuk melakukan perbaikan akhlak dan perilaku.

Menurut Al-Ghazali, akhlak itu mengalami perubahan atau dengan kata lain akhlak dapat diperoleh dan diubah melalui proses belajar. Pendapat ini juga sama dengan pendapat para psikologi modern dari kalangan penganut teori belajar, tetapi menurut Al-Ghazali tidak mempengaruhi bawaan. Menurutnya akhlak yang baik disebabkan oleh kekuatan akal, kesempurnaan hikmah, kekuatan emosi dan syahwat yang normal, dan ketaatan terhadap syariat.33

Dari uraian tentang teori-teori belajar di atas bahwa dalam menyimpulkan pendapat-pendapat dari teori-teori belajar tersebut hendaknya penulis memandang sebagai suatu yang saling bertentangan, dan menganggap yang satu itulah yang benar dan yang lain salah. Perbedaan-perbedaan yang terdapat antara berbagai teori belajar itu disebabkan karena perbedaan jenis-jenis belajar yang diselidiki. Belajar ada yang bertahap rendah dan ada yang bertahap tinggi, ada yang belajar dalam tingkat biologis dan ada yang bertingkat rohaniah, ada belajar yang besifat skills atau kecekatan dan ada yang bersifat rasional, dan sebagainya. Jadi dalam hal menyimpulkan benar tidaknya pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh berbagai teori belajar itu, penulis harus memandangnya dari segi-segi tertentu yang sesuai dengan jenis-jenis belajar yang diselidikinya. Yang penting sebagai pendidik ialah mengambil manfaat dari masing-masing teori itu, dan menggunakannya dalam praktek sesuai dengan situasi dan materi yang dipelajari dan yang diajarkan agar tercapainya tujuan pembelajaran.

      

32

Fadilah Suralaga, Nety Hartaty, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, h.

72  33

Fadilah Suralaga, Nety Hartaty, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, h.


(31)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku. Sampai di manakah perubahan atau pembaharuan itu tercapai atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bemacam-macam faktor.

Menurut M. Ngalim Purwanto faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan:

a. Faktor yang ada pada diri organism itu sendiri yang kita sebut faktor individu. Yang termasuk kedalam faktor individu antara lain: faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdsan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

b. Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, an motivasi sosial.34

Menurut M. Dalyono dalam bukunya psikologi pendidikan menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua diantaranya adalah:

a. Faktor Internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa), diantaranya meliputi:

1) Kesehatan

2) Intelegensi dan bakat 3) Minat dan motivasi 4) Cara belajar.

b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, diantara faktor yang berasal dari luar siswa yaitu lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat. 35

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi belajar diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu ada dua yaitu faktor yang terjadi pada diri siswa itu sendiri seperti kesehatan, cara belajar siswa, dan motivasi. Dan faktor yang terjadi diluar diri siswa.

Menurut Abu Ahmadi bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor itu antara lain:

      

34 

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, h. 102 

35


(32)

1) Faktor-faktor stimulusi belajar, yang mencangkup panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pengajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan eksternal.

2) Faktor-faktor metode belajar, mencakup kegiatan berlatih, resistensi dalam belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar, dan kondisi-kondisi intensif.

3) Faktor-faktor individual, mencangkup usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani dan rohani, serta motivasi.36

Dari berbagai penjabaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, bahwa faktor-faktor itu dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal itu adalah faktor yang timbul dari dalam diri anak didik sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang disebabkan oleh stimuli atau faktor dari luar diri siswa, kedua faktor tersebut akan selalu berinteraksi sehingga secara tidak langsung faktor-faktor tersebut akan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa karena berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam belajar disebabkan oleh faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar.

4. Pengertian Fikih

Fikih menurut bahasa berarti paham, mengerti. Paham yang dimaksud disini ialah kepahaman dalam masalah-masalah agama yang sangat dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya.37 Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam

Al-Quran surat At-Taubah ayat 122.

...

⌧ ⌧

…Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di anatara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama… (Q. S At-Taubah: 122).38

Sedangkan menurut istilah fikih adalah ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah, yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafshili.39

      

36

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, h. 139 

37

H. A. Syafi’I Karim, Fiqih Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. I, h. 11

38

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra,

1989), h. 301 39

Zurinal. Z dan Aminuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam


(33)

Menurut fuqaha fikih berarti ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ dari dalil-dalil yang rinci.”40

Dari kedua definisi di atas penulis simpulkan bahwa yang dimaksud fikih adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum-hukum syara yang bersifat furu’iyyah (cabang), yang dihasilkan para fuqaha atas hukum Allah baik yang terdapat dalam Al-Quran maupun sunnah yang berkaitan dengan tingkah laku manusia.

Fikih merupakan ilmu yang harus dipelajari agar seorang muslim dapat mengetahui dari apa yang dilakukannya. Karena dengan mempelajari fikih, ibadah kita akan lebih sempurna dan tentu kita akan selamat dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.

Adapun fikih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah:

a. Mata Pelajaran fikih adalah bimbingan untuk mengetahui ketentuan-ketentuan syariat Islam. Materi yang sifatnya memberikan bimbingan terhadap siswa agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan pelaksanaan syar’I tersebut kemudian menjadi dasar pandangan dalam kehidupannya, keluarga dan masyarakat lingkungannya.

b. Bentuk bimbingan tersebut tidak terbatas pada pemberiaan pengetahuan, tetapi lebih jauh seorang guru dapat menjadi contoh dan tauladan bagi siswa dan masyarakat lingkungan. dengan keteladanan guru ini diharapkan para orang tua dan masyarakat membantu secara aktif pelaksanaan pelajaran fiqh di dalam rumah tangga dan masyarakat lingkungannya.41

Dari pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa fikih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah yaitu bimbingan untuk mengetahui dan memahami hukum atau tata cara yang berkaitan dengan perbuatan seorang muslim mukallaf, baik dalam hubungannya dengan Allah SWT, manusia dengan manusia, maupun manusia dengan alam. Selain itu juga siswa dapat melaksanakan ketentuan hukum Islam dengan baik dan benar dalam beribadah kepada Allah dan ibadah sosial.

      

40

Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantara Ilmu Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet Ke-8,

h. 17  41

DEPAG RI, GBPP MTs Pelajaran Fiqh, (Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama


(34)

5. Hakikat Hasil Belajar Fikih

Menurut Tabrani Rusyan dalam buku Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, bahwa hasil belajar merupakan hasil yang oleh seseorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seseorang guru pada suatu saat.42

Hasil belajar siswa yang diperoleh di sekolah itu biasanya dinyatakan dalam angka hasil belajar yang diukur melalui tes atau penilaian hasil belajar terhadap berbagai pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, keterampilan, dan sikap siswa selama mengikuti proses belajar mengajar.

Hakikat hasil belajar fikih adalah untuk mengantarkan siswa agar lebih mengetahui dan memahami tata cara yang berkaitan dengan perbuatan seorang muslim baik yang berhubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam semesta. Setelah siswa mempelajari fkih, siswa akan memahami hal-hal yang halal dan haram, juga tata cara ibadah yang baik dan benar. Dengan demikian, anak didik akan lebih yakin dalam melakukan sesuatu dalam beribadah.

Dari pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan, intinya adalah

perubahan. Oleh karena itu, seorang siswa yang melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka siswa atau anak didik itu sendiri dikatakan telah belajar.

C. Kerangka Berfikir dan Hipotesis 1. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini variabel yang mempengaruhi hasil belajar adalah pengelolan kelas. Dimana pengelolaan kelas itu merupakan masalah tingkah laku yang paling kompleks. Dan seorang guru diharuskan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang efektif sehingga anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan karena guru yang efektif itu membiarkan siswanya mengetahui segala sesuatu agar mereka merasa kalau dirinya itu mempunyai arti.

      

42

Tarani Rusyan, Pendekatan dalan Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT, Remaja


(35)

       

Pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas dalam kegiatan belajar mengajar siswa dalam lingkungan social, emosional, dan intelektual dalam kelas. Karena dengan adanya fasilitas yang disediakan akan dapat memudahkan guru untuk mengajar lebih maksimal dan anak didik dapat lebih mudah lagi dalam belajar dan bekerja, sehingga dapat terciptanya suasana kelas yang nyaman terhadap lingkungan kelas serta akan mendapatkan hasil belajar yang memuaskan dan menjadikan diri siswa merasa dihargai di dalam kelas.

Dari penjelasan di atas maka dapat diasumsikan jika pengelolaan kelas dapat dilaksanakan dengan baik maka akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula dan begitupun sebaliknya. Adapun pengelolaan kelas yang baik itu akan didasari dengan faktor-faktor pendukung, faktor-faktor yang mendukung itu antara lain: sarana yang lengkap, guru yang berkompentensi, professional dan dapat mengelola kelas dengan baik sehingga mendapatkan hasil belajar yang maksimal dan memuaskan.

2. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap suatu permasalahan sampai terbukti melalui data yang terkumpul. 43

Berdasarkan deskripsi teori di atas dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian dirumuskan untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh antara pengelolaan kelas dan hasil belajar, maka penulis dalam hal ini akan mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ha : Terdapat pengaruh positif yang nyata antara pelaksanaan pengelolaan kelas terhadap hasil belajar fikih siswa.

 

 

43

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2010 hingga selesai. Sedangkan tempat yang dijadikan penelitian adalah Madrasah Tsanawiyah Soebono Mantofani Jombang Ciputat Tangerang Selatan.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

korelasional melalui penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke objek penelitian karena dalam penelitian ini dibutuhkan data-data yang valid agar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah perubahan perilaku yang bisa diukur. Adapun dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu: variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pengelolaan kelas sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar siswa.


(37)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi, yakni keseluruhan subyek penelitian yang memiliki karakter sama dan ditetapkan oleh penelitian sebagai obyek dalam penelitiannya serta akan ditarik kesimpulan dan digeneralisasi pada semua anggota populasi tersebut.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII MTs Soebono Mantofani Tangerang Selatan tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 173 siswa dari 5 kelas.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Dinamakan penelitian sampel jika penelitian bermaksud untuk mengeneralisasikan hasil penelitian sampelnya pada keseluruhan populasi. Untuk mempermudah penelitian ini, penulis hanya mengambil 23% dari jumlah populasi 173, yaitu 40 siswa/i. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan sampel stratifikasi

(stratified sampling). Stratified sampling adalah teknik penganbilan data yang

langkah awalnya melakukan pengelompokkan populasi dengan kriteria tertentu dalam beberapa strata atau tingkatan. Dengan pertimbangan sampel berjumlah 40 siswa dimaksudkan untuk mempermudah perhitungan statistik. Dengan cara seperti ini diharapkan setiap anggota dari populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data

a. Angket atau Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam hal-hal yang ia ketahui.1 Yang

menjadi responden adalah siswa-siswi kelas VIII MTs Soebono Mantofani. Dalam hal ini, penulis ingin mengetahui data yang obyektif dari responden.

      

1

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 140 


(38)

Dan kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

b. Interview (wawancara)

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara.2 Penulis menggunakan teknik ini

karena untuk mendapatkan keterangan yang dapat menguatkan informasi data yang diperoleh sebagai bahan penulisan skripsi. Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan guru fikih untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola kelas selama proses pembelajaran dan kepala sekolah untuk memperoleh informasi secara umum mengenai MTs Soebono Mantofani Jombang Ciputat – Tangerang Selatan.

c. Observasi

Obsevasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang diselidiki.3 Observasi atau yang disebut pula

dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra, yang dilakukan dengan cara datang langsung ketempat penelitian untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan kelas terhadap hasil belajar fikih siswa.

       

d. Pemeriksaan Dokumentasi (studi dokumenter)

Pemeriksaan dokumentasi ini dilakukan dengan meneliti bahan

dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.4

Adapun teknik pengumpulan data, penulis menggunakannya untuk memperoleh data-data tentang hasil belajar fikih siswa.

2. Intrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan variabel pengelolaan kelas dengan hasil belajar fikih siswa. Adapun kisi-kisi intrumennya sebagai berikut:

 

2

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 145  3

Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, (Yogyakarta: Andi Offest, 1992), h. 151  4

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2008), h. 30 


(39)

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Item Σ

Variabel X Pengelolaan Kelas a. Pengelolaan Fisik b. Pengelolaa n Siswa

1. Pengaturan Tempat

duduk

2. Pengaturan alat

pengajaran

3. Penataan keindahan

dan kebersihan kelas

4. Ventilasi dan tata

cahaya

1.Menunjukkan sikap tanggap

2.Memusatkan perhatian ketika proses belajar mengajar berlangsung

3.Membantu siswa dengan memberikan petunjuk yang jelas 4. Memberikan teguran

dan penguatan

5. Pengelolaan kelompok 6. Memberikan motivasi

dan semangat kepada siswa untuk bertanya 7. Menemukan dan

memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah 1, 2 3, 4 5 6, 7 14 15 9, 12 8, 10 11 13 16 17 18 2 3 2 1 1 2 3 1 1 1 1


(40)

Variabel Y Hasil Belajar Siswa

a. Intrinsik

b. Ekstrinsik

1. Kebutuhan dari dalam diri siswa.

2. Keinginan berprestasi 3. Cita-cita dalam diri

siswa.

4. Keaktifan siswa.

1.Pemberian hadiah kepada siswa yang rajin dan aktif

2.Adanya persaingan untuk memotivasi siswa agar mendapat hasil belajar yang bagus

3.Pemberian hukuman kepada siswa yang gaduh di kelas

1, 2 3, 4, 6, 5 17 7, 10 8, 9 11, 12, 13 14, 15, 16 2 2 2 1 2 2 3 3

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument

a. Validitas Instrument

Suatu instrument dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka r hitung dibandingkan dengan r tabel product

moment dengan α = 0,05. Jika r hitung kurang dari r tabel, maka soal

tersebut dinyatakan tidak valid, dan jika r hitung lebih dari r tabel maka soal tersebut dinyatakan valid, dan tetap dipertahankan dalam instrument selanjutnya untuk proses pengolahan data dalam penelitian yang sebenarnya.


(41)

Berdasarkan data hasil uji coba validitas angket pengelolaan kelas yang terdiri dari 18 item dan 17 item untuk angket hasil belajar fikih siswa, yang disebarkan kepada responden sebanyak 20 orang siswa diketahui terdapat pernyataan yang valid yaitu:

Untuk variabel pengelolaan kelas item yang valid adalah nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18. Sisanya sebanyak 3 butir pernyataan yang tidak valid.

Sedangkan untuk variabel hasil belajar fikih siswa item yang valid adalah 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17. Sisanya sebanyak 2 butir pernyataan yang tidak valid.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Setelah Divaliditas

Variabel Dimensi Indikator Item Σ

Variabel X Pengelolaan Kelas

a.Pengelolaan Fisik

b.Pengelolaan Siswa

1. Pengaturan Tempat

duduk

2. Pengaturan alat

pengajaran

3. Penataan keindahan

dan kebersihan kelas

4. Ventilasi dan tata

cahaya

1. Menunjukkan sikap tanggap

2. Memusatkan perhatian ketika proses belajar mengajar

berlangsung

3. Membantu siswa dengan memberikan

1

2, 3

4

5

6

7, 14

15

1

2

1

1

1

2


(42)

petunjuk yang jelas 4. Memberikan teguran

dan penguatan

5. Pengelolaan kelompok 6. Memberikan motivasi

dan semangat kepada siswa untuk bertanya 7. Menemukan dan

memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah 9 12 8, 10 11,13 1 1 2 2 Variabel Y Hasil Belajar Siswa a. Intrinsik b. Ekstrinsik

1. Kebutuhan dari dalam diri siswa.

2. Keinginan berprestasi 3. Cita-cita dalam diri

siswa

4. Keaktifan siswa

1. Pemberian hadiah kepada siswa yang rajin dan aktif

2. Adanya persingan untuk memotivasi siswa agar mendapat hasil belajar yang bagus

3. Pemberian hukuman kepada siswa yang gaduh di kelas

1, 2 3, 4, 6 5 7, 10 8, 9 11, 12 13, 14, 15 2 3 1 2 2 2 2 1


(43)

b. Reliabilitas Instrumen

Suatu instrument penelitian dikatakan reliable apabila instrument tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang di ukur. Dalam instrument penelitian ini, penulis menggunakan rumus alpha cronbach, sebagai berikut:

α = ⎟⎟

⎠ ⎞ ⎜⎜

⎛ Σ

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛

− 2

1 2

1

1 σ

σ

σ b

k k

keterangan:

α = Koefosien alpha

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal 2

b

σ

Σ = Jumlah varians butir

2 1

σ = Varian total

Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:

1. Apabila α sama dengan atau lebih besar dari 0,70 berarti instrument

yang sedang diuji kredibilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (reliabel).

2. Apabila α lebih kecil dari pada 0,70 berarti intrumen yang sedang diuji

dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (unreliliabel).5

Berdasarkan perhitungan reliabilitas, penulis mendapatkan angka

koefisien (α) sebesar 0,88 untuk angket variabel pengelolaan kelas dan

sebesar 0,72 untuk angket variabel hasil belajar siswa. Dengan demikian

angket ini reliable karena α lebih besar dari 0,70.

      

5


(44)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara 2 variabel. Maka cara-cara yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Editing yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket yang berhasil

dikumpulkan.

2. Skoring yaitu tahap untuk menentukan skor dalam hasil penelitian, ditetapkan

bahwa untuk responden yang menjawab diberi bobot nilai sebagai berikut :

a. Untuk jawaban dengan simbol SS = 4

b. Untuk jawaban dengan simbol SR = 3

c. Untuk jawaban dengan simbol KD= 2

d. Untuk jawaban dengan simbol TP = 1

3. Tabulating yaitu mentabulasi data jawaban yang berhasil dikumpulkan ke

dalam table yang telah disediakan. Setelah pengumpulan data dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan analisis kuantitatif secara deskriptif yang sebelumnya telah dilakukan presentasenya dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi sebagai berikut:

P =

N F

x 100% P = Presentasi untuk setiap kategori jawaban F = Frekuensi jawaban responden

N = Number of cases

4. Analisis korelasi Product Moment yang digunakan untuk mencari pengaruh

antara variabel X dan variabel Y. Rumus yang digunakan adalah:

rxy = 

} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑  

rxy = Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment

N = Number of Cases

ΣXY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y


(45)

ΣY = Jumlah seluruh skor Y.6

Memberikan interpretasi rxy, yaitu memberikan interpretasi sederhana dengan

cara mencocokkan hasil perhitungan dengan indeks korelasi “r” Product Moment seperti dibawah ini:

Tabel 3.3

Indeks Korelasi Product Moment

Besarnya “r” Product Moment (rxy) Interpretasi

0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y

memang terdapat korelasi, akan tetapi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi yang lemah

0,40 – 0, 70 Antara variabel X dan variabel Y

terapat korelasi yang sedang atau cukup

0,70 – 0, 90 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelsi yang kuat atau tinggi

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi yang sangat tinggi

Setelah diberikan interpretasi terdapat angka indeks korelasi “r” product moment dengan jalan berkonsultasi pada nilai product moment, maka prosedur selanjutnya secara berturut-turut adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan atau membuat hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil atau

hipotesis nol (Ho).

2. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah diajukan dengan

cara membandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dalam proses

      

6


(46)

penghitungan atau “r” observasi (ro) dengan besarnya “r”yang tercantum dalam tabel nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya (d) yang rumusnya:

Df = N-nr Df : degrees of feedom

N : Number of cases

nr : banyaknya variabel yang dikorelasikan

Setelah hasilnya dicocokan dengan pedoman nilai koefisien korelasi “r” product moment baik pada taraf signifikansi 5% ataupun pada taraf signifikansi 1% kemudian dibuat kesimpulan apakan terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak.

Untuk lebih memudahkan memberikan interpretasi angka indeks korelasi “r” product moment, maka prosedurnya adalah sebagai berikut:

KD = r2 x 100%

KD : kontribusi atau pengaruh variabel X terhadap variabel Y

r2 : koefisien korelasi variabel X terhadap variabel Y.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah

Madrasah Tsanawiyah Soebono Mantofani adalah sekolah yang berciri khas Islam, telah berdiri sejak tahun 1995. Madrasah ini dibangun atas dasar menumbuhkan semangat ketakwaan para siswanya kepada Allah SWT,

mewujudkan fungsi kekhalifahan manusia dimuka bumi (khalifah fil ardi),

membentuk siswa yang mampu menjadi agen perubahan masyarakat munuju masyakat madani serta mewujudkan siswanya yang senantiasa bertambah ilmunya sekaligus bertambah hidayah dari Allah SWT.

Dengan status sekolah (akreditasi) yang telah DISAMAKAN sejak tahun 1998 dan sekarang terakreditasi dengan nilai A, MTs Soebono Mantofani berkomitmen kuat mewujudkan visi pendidikannya sebagaimana yang tertuang di

atas. Namun usaha ke arah pembentukan siswa yang akan menjadi agent of

change masyarakat ke arah masyarakat madani yang dicita-citakan hanya dapat terlaksana apabila ada kerjasama yang kuat dari berbagai pihak. Menjadi penting, adanya komitmen yang kuat dari pengelola Yayasan dan MTs Soebono Mantofani

serta dukungan masyarakat luas (stakeholders) untuk serius melakukan perubahan

terhadap tatanan kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran di MTs Soebono Mantofani mengacu pada kurikulum yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) untuk mata pelajaran umum, dan Departemen Agama (Depag) untuk kurikulum pendidikan agama Islam. Kedua sumber kurikulum


(48)

tersebut mengacu kepada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan konteks baru kurikulum pendidikan nasional dewasa ini.

Adapun mata pelajaran yang diajarkan di MTs Soebono Mantofani, sebagai berikut:

Tabel 4.1

Mata pelajaran yang diajarkan di MTs Soebono Mantofani

No Mata Pelajaran

Kelas (Jumlah Jam Pelajaran)

VII VIII IX

1. Pendidikan agama Islam :

a. Qur’an Hadits 2 2 2

b. Aqidah Akhlak 2 2 2

c. F i q i h 2 2 2

d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 5

4. Bahasa Arab 2 2 2

5. Bahasa Inggris 4 4 5

6. Matematika 4 4 5

7. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 5

8. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

9. Seni Budaya 2 2 2

10. Pendidikan Jasmani, OR dan Kesehatan

2 2 2

11. Teknologi Informatika dan

Komunikasi

2 2 2

12. Nahwu Shorf 2 2 2


(1)

  59

Hasil signifikan ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh terhadap perhitungan nilai jumlah ‘r’ yang lebih besar dari pada ‘r’ tabel. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat pada penjelasan sebagai berikut :

1. Memberikan interpretasi terhadap rxy

Jika dilihat interpretasi secara kasar dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi variabel X dan variabel Y tidak terdapat tanda negative, berarti kedua variabel tersebut terdapat korelasi atau pengaruh yang positif, dengan memperhatikan besarnya rxy = 0,587 yang besarnya berkisar antara 0,4 sampai 0,7 berarti korelasi positif antara variabel X dan variabel Y adalah termasuk korelasi yang sedang atau cukup.

2. Memberikan interpretasi dengan menggunakan tabel nilai ‘r’ Df = N – nr

= 40 – 2 = 38

Dengan memeriksa tabel nilai ‘r’ produck moment bahwa dengan Df sebesar 38 pada taraf signifikan 5% diperoleh dari ‘r’ tabel= 0,320, sehingga pada taraf signifikan 1% atau 5%. Hipotesis Ho ditolak sedangkan hipotesis alternative Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pengelolaan kelas dengan hasil belajar Fikih siswa.

3. Menghitung koefisien Determinan, sebagai berikut :

Untuk mengetahui kontribusi antara variabel X dan variabel Y maka dapat digunakan rumus koefisien determinan sebagai berikut :

KD = r2 x 100% = 0,587 x 100% = 41,3%

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh pengelolaan kelas terhadap hasil belajar Fikih siswa di MTs Soebono Mantovani sebesar 58,7% dan


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa temuan sebagai berikut:

1. Dari hasil temuan dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas yang

dilakukan guru bidang fiqh cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari interval kelas sebanyak 33-38 dengan frekuensi 14.

2. Dari hasil belajar siswa, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar

siswa cukup baik. Dengan perolehan nilai rata-rata dari jumlah responden sebesar 85,1 dengan frekuensi 22 hal ini membuktikan bahwa hasil belajar siswa cukup baik.

3. Terdapat hubungan positif antara variabel X (pengelolaan kelas) dan

variabel Y (hasil belajar siswa), dengan perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,587. Dengan perolehan nilai tersebut hubungan antara kedua variabel dikategorikan sebagai hubungan positif signifikan dengan kategori yang cukup atau sedang. Hubungan yang positif tersebut dinyatakan dengan adanya kontribusi variabel X (pengelolaan kelas) terhadap variabel Y (hasil belajar siswa) melalui koefisien determinasinya. Dari perhitungan koefisien determinan sebagaimana telah dipaparkan pada bab IV diketahui nilai koefisien determinasinya adalah 41,3%. Hal ini mencerminkan bahwa kemampuan guru bidang fiqh dalam mengelola kelas hanya dapat memberikan kontribusi atas hasil belajar siswa sebesar 58,7%.


(3)

 

  61

Atas dasar temuan-temuan tersebut penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui peningkatan kemampuan pengelolaan kelas guru bidang fiqh. Semakin baik kemampuan pengelolaan kelas guru bidang fiqh, maka semakin baik juga hasil belajar yang terbentuk pada siswa MTS Soebono Mantofani Jombang Ciputat Tangerang Selatan.

B. Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang dapat dikemukakan antara lain:

1. Saran yang ditunjukan untuk kepala sekolah, seharusnya kepala sekolah

secara intensif memberikan motivasi dan bimbingan kepada guru untuk selalu meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, salah satunya adalah keterampilan guru dalam pengelolaan atau menejemen kelas.

2. Saran yang ditunjukkan untuk kepala sekolah, untuk memperhatikan

sarana dan prasarana salah satunya menambah alat peraga agar dapat mempermudah dan membantu guru dalam menyampaikan materi sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran. Di lain pihak siswa dan siswi lebih termotivasi untuk belajar fiqh sehingga memperoleh hasil belajar yang baik, karena media yang tersedia sangat menarik dan mendukung proses belajar mengajar.

3. Saran yang ditunjukan untuk guru, dalam rangka meningkatkan hasil

belajar siswa seharusnya guru lebih berkreasi lagi dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa di kelas, antara lain dengan menggunakan metode pengajaran yang bervariasi, penggunaan alat peraga yang dapat menarik perhatian siswa serta teknik-teknik lainnya yang dapat lebih mengaktifkan siswa.


(4)

Arikunto, Suharsini, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, Jakarta: CV Rajawali, Cet. 2, 1988.

_______, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,

1998.

Ash-Shiddieqy, Hasbi, Pengantara Ilmu Fiqh, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. 8,

1993.

Dalyono, M, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001.

Daradjat, Zakiyah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,

Cet-1, 1996

Depag RI, GBPP MTs Pelajaran Fiqh, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama

Islam

Djamara, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:

PT. Rineka Cipta, cetakan pertama, Februari 2000.

_______, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta,

Cet. 3, 2006.

Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar,

Bandung: PT. Refika Aditama, 2007

Hadi, Sutrisno, Metodelogi Research, Yogyakarta: Andi Offest, 1992.

Hall, Gene E; Linda F. Quinn; Donna M. Gollnick, Mengajar denagn Senang,

Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, Cet-2, 2008

Karim, Syafi’I H.A, Fiqih Ushul Fiqih Bandung: Pustaka Setia, Cet. I, 1997.

Kaudfeldt, Martha, Wahai Para Guru, Ubahlah Cara Mengajarmu Perintah

Pengajaran yang Berbeda-beda dan Sesuai Dengan Otak, Jakarta: PT

Macanan Jaya Cemerlang, Cet-2, 2008

M, Sadriman A., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007.


(5)

63

Nasrun, Media, Metode, dan Pengelolaan Kelas Terhadap Keberhasilan Praktek

Lapangan Kependidikan, Forum Pendidikan: Universitas Negeri Padang,

Desember, 2001.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

2007, Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidkan, 2007.

Poerwadarmita, W. J. S, Tim Penyusun Kamus Pusat Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Porter, Bobbi De, Mark Reardon, dan Sarah Singer, Quantum Teaching

Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas, Bandung: Kaifa,

2002.

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

Cet kedua puluh tiga, September, 2007.

Rohani, Ahmad HM, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 2,

2004.

Rusyan, Tarani, Pendekatan dalan Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT,

Remaja Rosda Karya, 2000.

Semiawan, Conny, Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan

Siswa Dalam Belajar, Jakarta: PT. Grafindo, 1992.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT,

Remaja Rosda Karya, edisi revisi, September 2006.

Soetopo, Hendyat, Pendidikan dan Pembelajaran, Teori, Permasalahan, dan

Praktek, Malang : UMM Press, 2005.

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo

persada, 2008.

Suralaga, Fadilah, Nety Hartaty, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif

Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.

Undang-undang, SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) No. 20, Surabaya:


(6)

Wiryawan, Sri Anita dan Noorhadi, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka, Cet. 2, 1994.

Z, Zurinal. dan Aminuddin, Fiqh Ibadah, Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas