Penerapan strategi cooperative learning pada mata pelajaran fiqih di MTS. Soebono Mantofani Jombang Tangerang Selatan.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

SITI SANAWIYAH

106011000024

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Nama : Siti Sanawiyah

Tempat/Tanggal lahir : Tangerang, 23 Mei 1987

NIM : 106011000024

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Angkatan : 2006/2007

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Cooperative Learning Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTs. Soebono Mantofani Jombang - Tangerang Selatan”

Adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama : 1. Drs. Sapiudin Shidiq, M. A

2. Dra. Manerah

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 16 Desember 2010 Yang Menyatakan,


(3)

i

MATA PELAJARAN FIQIH DI MTs. SOEBONO MANTOFANI

JOMBANG

TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

SITI SANAWIYAH

106011000024

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sapiudin Shidiq, M.A Dra. Manerah

NIP. 19670328 200003 1 001 NIP. 19680323 199403 2 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURTUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

ii

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidaytullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada 04 Februari 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu, berhak memperoleh gelar Sarjana S-1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 04 Februari 2011

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pend. Agama Islam) Tanggal Tanda Tangan

Bahrissalim, M. A ……… ……….

NIP. 19680307 199803 1 002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag ……… ……….

NIP. 19670328 200003 1 001 Penguji I

Bahrissalim, M. Ag ……… ……….

NIP. 19680307 199803 1 002 Penguji II

Siti Khodijah, M. A ……… ……….

NIP. 19700727 199703 2 004

Mengetahui, Dekan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A


(5)

iii

Pelajaran Fiqih Di MTs. Soebono Mantofani Jombang Tangerang Selatan”

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran fiqih di MTs. Soebono Mantofani Jombang Tangerang Selatan, dengan metode deskriptif analisis terhadap data yang penulis peroleh dari lapangan. Untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, penulis merumuskan pertanyaan penelitian yang terperinci dan bersifat operasional.

Fiqih yang dimaksud adalah pengertian fiqih yang terdapat dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah, yaitu bimbingan untuk mengetahui ketentuan-ketentuan syariat Islam atau usaha bimbingan terhadap anak didik agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam. Sedangkan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok, antara siswa dengan siswa lainnya saling membantu dalam memecahkan suatu permasalahan atas materi yang telah diberikan oleh guru agar mencapai ketuntasan dalam memahami pelajaran.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, dokumentasi dan observasi. Wawancara penulis lakukan kepada guru bidang studi fiqih dan observasi penulis secara kontiniu terhadap kelas VIII. Dan hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan pembelajaan kooperatif yang dilaksanakan oleh guru bidang studi fiqih di MTs. Soebono Mantofani terbilang “cukup baik”.


(6)

iv

Tengadah jemari teriring do’a kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

karunia nikmat yang tak ternilai dari nikmat Iman, Islam serta nikmat sehat wal „ afiat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini tepat pada waktu yang ditentukan. Salawat serta salam tak lupa kita mohonkan kepada Allah SWT, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang karena bimbingan dan perjuangan Beliaulah umat manusia terangkat ke derajat yang paling tinggi dibandingkan makhluk–makhluk Allah yang lain.

Skripsi yang berjudul “Penerapan Strategi Cooperative Learning Pada

Mata Pelajaran Fiqih Di MTs. Soebono Mantofani Jombang Tangerang

Selatan” ini disusun sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana S-1 pada Jurusan Pendidikan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, yang dengan seluruh daya upaya sekuat tenaga dan kemampuan telah tercurahkan kepada penulis demi terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih ini penulis khususkan kepada :

1. Prof. Dr. Rosyada M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag, Selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan

Agama Islam.

4. Dosen Pembimbing Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag, dan Ibu Dra. Manerah yang telah menyisihkan waktunya dan sabar dalam membimbing penulis. 5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan


(7)

v

7. Ayahanda Bapak H. Amad Siran dan Ibunda Hj. Halimah tercinta yang telah susah payah membiayai penulis dan selalu memberikan dorongan serta doa yang tak lekang oleh waktu, sehingga penulis mendapatkan gelar sarjana (S-1), serta kakak-kakakku yang telah memberikan motivasi untuk keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Kepala sekolah dan rekan guru serta staf TK dan TPA Islam YASQIN Bintaro (Ibu Sulastri,S.Pd, Ibu Sri, Ibu Ely, Ibu Wati, Ibu Iskayanti,S.Pd, Ibu Anah, Ibu Dede, Ibu Desi, Ibu Zizah dan Ibu Lela) yang telah memberikan motivasi dan doa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Sahabat seperjuangan dalam menuntut ilmu di UIN yakni: V3, Uny, Neneng, Rhomet, Nia dan Suhaemi yang telah memberikan dorongan semangat agar tetap sabar dalam menghadapi berbagai cobaan khususnya dalam penulisan skripsi.

10.Teman-teman Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas A angkatan 2006/2007 yang tergabung dalam komunitas “Shohibul Alif” yang telah banyak memberikan warna dalam persahabatan dan kebersamaan yang tidak dapat disebutkan seluruhnya.

11.Kepala sekolah dan para guru serta staf MTs. Soebono Mantofani Jombang Tangerang Selatan, yang telah memberikan motivasi dan kemudahan dalam penelitian.


(8)

vi

khususnya bagi penulis, semoga skripsi ini dapat menjadi langkah awal menuju masa depan yang lebih baik bagi penulis. Amiin.

Jakarta, 16 Desember 2010 Penulis


(9)

vii

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAKSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Pembelajaran kooperatif ... 10

1. Pengertian pembelajaran kooperatif ... 10

2. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif ... 16

3. Prinsip pembelajaran kooperatif ... 20

4. Karakteristik pembelajaran kooperatif ... 24

5. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif ... 26

6. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran kooperatif ... 30

B. Mata Pelajaran Fiqih ... 33

1. Pengertian mata pelajaran fiqih ... 33

2. Tujuan mata pelajaran fiqih... 35

3. Ruang lingkup mata pelajaran fiqih ... 36


(10)

viii

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Teknik Analisis Data ... 43

F. Kisi-Kisi Instrumen ... 45

G. Kriteria Keberhasilan Pembelajaran Kooperatif ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Mts. Soebono Mantofani ... 49

1. Sejarah singkat Mts. Soebono Mantofani ... 49

2. Visi dan misi Mts. Soebono Mantofani ... 50

3. Keadaan siswa, guru dan karyawan ... 50

4. Sarana dan prasarana ... 53

B. Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Kooperatif ...54

C. Analisis Data Hasil Temuan ...68

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(11)

ix

Belajar Konvensional/Tradisional ... 17

Tabel 2 Perbandingan 4 Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif ... 21

Tabel 3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 27

Tabel 4 Kisi-Kisi Instrumen ... 42

Tabel 5 Kriteria Keberhasilan Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 45

Tabel 6 Keadaan Siswa MTs. Soebono Mantofani ... 47

Tabel 7 Keadaan Guru dan Karyawan MTs. Soebono Mantofani ... 48


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu bangsa bisa diketahui melalui sejauh mana komitmen masyarakat, bangsa, atau pun negara dalam menyelenggarakan pendidikan nasional. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.1 Selain itu, pendidikan juga merupakan kerja budaya yang menuntut peserta didik untuk selalu mengembangkan potensi dan daya kreatifitas yang dimilikinya agar tetap survive dalam hidupnya. Karena itu, daya kritis dan partisipatif harus selalu muncul dalam jiwa peserta didik. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Dalam membangun dan membentuk suatu generasi yang berkualitas, diperlukan adanya semangat dan motivasi yang kuat dalam diri manusia itu sendiri agar terciptanya suatu tujuan yang diinginkan. Orang yang menuntut ilmu itu akan dimudahkan jalan ke surga oleh Allah SWT, sebagaimana yang terdapat dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

1


(13)

)

(

“Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan

baginya jalan ke surga”. (HR. Muslim)2

Pada hadits di atas sangat jelas sekali bahwa dianjurkan oleh Nabi Muhammad untuk menuntut ilmu, agar kita memiliki pengetahuan yang luas

dan mempermudah jalan hidup kita, karena pepatah mengatakan bahwa “ dengan seni hidup menjadi indah, dengan ilmu hidup menjadi mudah dan terarah “. Dan Allah SWT akan meninggikan derajat orang–orang yang memiliki ilmu pengetahuan sebagaimana tercantum dalam firman Allah SWT pada surat Al-Mujaadilah ayat 11 yang berbunyi:

                                            

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.3

Ayat di atas mengandung makna motivasi bagi kita semua untuk menuntut ilmu. Dengan ilmu pengetahuan kita mendapatkan kemuliaan dan

2

Hussein Bahreisj, Hadits Shahih, (Surabaya: CV “Karya Utama”), h. 30 3

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV, Asy-Syifa, 1999) Juz II, h. 910


(14)

derajat yang tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu. Hal ini berarti pula betapa pentingnya menuntut ilmu pengetahuan.

Tujuan pendidikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan, disadari dan dijadikan sasaran oleh setiap pendidik yang melaksanakan kegiatan pendidikan. Dalam Undang-Undang N0.20 Tahun 2003 telah dijelaskan tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.”4

Sementara itu, Tujuan Pendidikan menurut Ketetapan MPR No.2 Tahun 1993, berbunyi: ”Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan

rohani.”5

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam hal ini, proses pembelajaran masih berpusat pada guru (student centered), kompetisi antar individual masih diprioritaskan. Proses pembelajaran seperti ini dapat mengakibatkan kurang aktifnya siswa, kurang termotivasi untuk belajar, bahkan menimbulkan sikap yang acuh tak acuh terhadap suatu materi pelajaran. Dan proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan pada kemampuan anak untuk menghapal informasi, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran yang baik yaitu ketika para peserta didik bukan hanya sebagai objek tapi juga subjek. Jadi siswa akan menjadi aktif, tidak pasif dengan

4

Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama, 2006), h. 8

5


(15)

begitu peserta didik akan merasa betah dan paham atas penjelasan guru. Untuk mengejawantahkan hal itu dibutuhkan kejelian dan ktreatifitas guru dengan cara mendesain metode pembelajaran yang bisa mengena setiap gaya belajar peserta didik. Sehingga semua peserta didik merasa enjoy dan pas atas sajian yang disampaikan oleh guru, tanpa merasa bosan dan terkekang.

Paradigma pembelajaran lama, guru memberikan pengetahuan kepada siswa secara pasif, guru kurang menguasai proses belajar mengajar yang tepat, dia hanya tahu menuangkan apa yang diketahuinya ke dalam memori siswa yang siap menerimanya. Banyak guru masih mengangap paradigma ini sebagai satu-satunya alternatif. mereka mengajar dengan strategi ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat, dan hafal (3DCH) serta mengkompetisikan siswa dengan satu sama lain.6

Dengan berlakunya Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal. Salah satu perubahan paradigma tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered), metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke kooperatif. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, maka di pandang perlu adanya pembaharuan dalam menelaah proses belajar siswa dan interaksi antar siswa dan guru. Untuk itu, guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model pembelajaran yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Masalah klasik dalam pendidikan di Indonesia adalah rendahnya prestasi murid serta kurangnya motivasi dan keinginan terhadap pembelajaran fiqih di sekolah. Penyampaian guru cenderung bersifat monoton, hampir tanpa variasi kreatif. Karena masalah rendahnya nilai hasil belajar fiqih siswa

6

Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: Penerbit Grasindo, 2002), h. 3


(16)

merupakan masalah yang serius dan perlu mendapatkan perhatian penuh dari semua pihak, baik pemerintah, sekolah, maupun siswa itu sendiri.

Rendahnya nilai hasil belajar siswa disebabkan oleh banyak hal, diantaranya kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, sehingga siswa merasa jenuh dan bosan ketika belajar. Dapat pula disebabkan cara penyampaian atau penyajian materi yang kurang menarik perhatian siswa, sehingga siswa bersikap acuh tak acuh ketika guru menyampaikan materi. Selain itu juga, disebabkan oleh guru kurang pandai mengatur strategi belajar mengajar yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa atau juga karena metode pembelajaran yang masih bersifat tradisional dimana siswa tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran dan keaktifan kelas sebagian besar didominasi oleh guru.

Tetapi dari sekian banyak permasalahan pendidikan pada mata pelajaran fiqih yang dikemukakan di atas, pendekatan pengajaran merupakan aspek permasalahan penting yang memerlukan penanganan serius. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam model pembelajaran kontruktivisme. Pembelajaran kontruktivisme menurut anggapan Paul Suparno adalah pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengetahui sesuatu itu sendiri, terutama menekankan peran aktif siswa karena pengetahuan atau pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif dan bukan sekedar diterima secara pasif dari guru.7

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok, antara siswa dengan siswa lainnya saling membantu dalam memecahkan suatu permasalahan atas materi yang telah diberikan oleh guru agar mencapai ketuntasan dalam memahami pelajaran. Strategi ini merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Di dalam buku Wina Sanjaya, Slavin (1995) mengemukakan dua alasan:

7

Paul Suparno, Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997), h. 5


(17)

pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pengunaan pembelajaran koperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran koperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan deangan keterampilan. Dari dua alasan tersebut maka pembelajaran koperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.8

Dengan demikian jika pendidik menginginkan agar tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien, maka penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus menguasai berbagai teknik atau metode penyampaian yang tepat dalam proses belajar mengajar. Ia juga dapat mempergunakan metode mengajar secara bervariasi, sebab masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga dalam penggunaannya pendidik harus menyesuaikan dengan materi yang diajarkan dan kemampuan peserta didik. Pemilihan teknik dan metode yang tepat memerlukan keahlian tersendiri, sehingga pendidik harus pandai memilih dan menerapkannya guna memenuhi kebutuhan tersebut, pengajaran harus bersifat multisensori dan penuh variasi. Hal ini bisa dilakukan dengan cara beragam dan dalam semua mata pelajaran.

Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pembelajaran fiqih adalah faktor yang penting, sehingga berbagai strategi pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam menyampaikan materi fiqih, karena pada hakikatnya siswa lebih menyukai suatu pembelajaran yang menyenangkan atau melalui aktivitas-aktivitas dalam kelas.

MTs. Soebono Mantofani adalah salah satu lembaga pendidikan menengah berciri khas Islam yang memiliki kualitas berdasarkan opini yang berkembang di masyarakat. MTs. Soebono Mantofani diakui sebagai salah

8

Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) Cet. I, h. 309


(18)

satu sekolah favorit. Pendapat ini dapat dibuktikan dengan banyaknya jumlah siswa yang ada dan setiap tahun jumlah peminat selalu meningkat. Selain itu,

sekolah tersebut mengedepankan siswanya dibidang ”Imtaq” dan ”Iptek”. Upaya peningkatan mutu yang ditempuh oleh MTs. Soebono Mantofani diantaranya dengan menerapkan pembelajaran kooperatif yang merupakan pembelajaran dengan mengaktifan siswa, sehingga diharapkan siswa tersebut dapat menerapkan ilmunya di masyarakat dengan benar.

Penerapan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar di MTs. Soebono Mantofani merupakan respon yang baik terhadap perkembangan mutakhir sistem pendidikan di Indonesia khususnya dalam pembelajaran fiqih yang merupakan mata pelajaran penting sekaligus pendukung bagi mata pelajaran lainnya. Namun demikian, dalam pelaksanaannya banyak para guru yang belum mampu melaksanakan pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu menjadikan siswa aktif, bekerjasama, saling tukar menukar pengalaman, informasi, dan mampu memecahkan masalah. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif itulah yang masih menjadi kendala dalam menciptakan pembelajaran yang efektif.

Untuk itu dalam penerapan pembelajaran dengan strategi kooperatif perlu dilakukan penelitian dan analisa yang mendalam untuk diketahui keberhasilannya dalam membentuk siswa aktif, mandiri, dan memiliki kerjasama yang baik dengan guru dan antara siswa dengan siswa yang lain.

Berdasarkan uraian di atas, apakah penerapan strategi pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan di MTs. Soebono Mantofani sudah ideal ?. Untuk memperoleh jawaban tersebut peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul : ”PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE

LEARNING PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MTs. SOEBONO


(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menemukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pada proses pembelajaran, guru kurang melakukan variasi-variasi metode pembelajaran, hal ini menyebabkan pembelajaran berlangsung secara monoton dan mengakibatkan siswa menjadi jenuh dan pasif.

2. Masih banyaknya guru fiqih yang belum berhasil dalam merencanakan program pengajaran secara baik.

3. Kurang aktifnya siswa dalam proses belajar mengajar 4. Kurang tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi pada :

1. Pelaksanaan strategi cooperative learning pada mata pelajaran fiqih. 2. Materi dalam pembelajaran ini terbatas pada pokok bahasan zakat

3. Sasaran penelitian ini adalah kelas delapan (VIII) semester 2 di MTs. Soebono Mantofani Jombang-Tangerang Selatan

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran fiqih di MTs. Soebono Mantofani?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran fiqih di MTs. Soebono Mantofani.

b. Mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif


(20)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini diantaranya:

a. Bagi siswa, untuk mengatasi kejenuhan dalam proses belajar dan membantu siswa untuk belajar secara aktif

b. Bagi guru, memberikan informasi atau alternatif dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar dikelas

c. Bagi sekolah yang diteliti, agar dapat memberikan wacana baru tentang pembelajaran fiqih yang diinginkan oleh para siswanya.

d. Bagi peneliti, sebagai pengalaman dan wawasan baru dalam membahas masalah yang berkaitan dengan pembelajaran fiqih melalui cooperative learning.

e. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian untuk pembaca dan peneliti yang lain.Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan literatur penelitian yang akan datang dengan masalah yang sejenis.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.9 Istilah cooperative

Learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama

pembelajaran kooperatif. Menurut Nurhadi dan Senduk (dalam Made Wena), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.10 Jadi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Anita Lie yang dikutip oleh Isjoni menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.11 Dari pernyataan tersebut dapat penulis simpulankan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model

9

Isjoni, cooperative learning, (Bandung: alfabeta, 2007), h. 15 10

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 189

11


(22)

pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Slavin (dalam Isjoni), menjelaskan

cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal

sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). 12 Jadi pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.

Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok, antara siswa dengan siswa lainnya saling membantu dalam memecahkan suatu permasalahan atas materi yang telah diberikan oleh guru agar mencapai ketuntasan dalam memahami pelajaran.

Cooperative learning dilandasi oleh falsafah homo homini socius,

yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan kerja sama merupakan kebutuhan penting bagi kelangsungan hidup manusia.13

Sementara itu, Bruner dalam Silberman menjelaskan bahwa belajar secara bersama merupakan kebutuhan manusia yang mendasar untuk merespon manusia lain dalam mencapai suatu tujuan. Dalam pembelajaran kooperatif itu dikembangkan tujuan kelompok, yang menuntut kesamaan harapan, kesamaan strategi dan kebersamaan dalam pencapaian target penguasaan dalam kerangka mastery learning.14 Dan dalam belajar kooperatif bukan kompetensi yang dikedepankan tapi kebersamaan dan kerja sama serta saling membantu satu sama lain untuk mencapai keberhasilan masing-masing siswa dalam mencapai kompetensi ideal, yang pada akhirnya akan

12

Isjoni, Cooperative Learning, … h. 17 13

Anita Lie, Cooperative Learning (Mempraktekan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas), Jakarta: Grasindo, 2002, h. 27

14

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, ( Jakarta: Prenada Media, 2004) h. 169


(23)

membentuk image kompetensi kelas. Itulah tujuan yang harus disepakati dalam kelompok dengan strategi cooperative learning.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995) yang dikutip oleh Wina Sanjaya, mengemukakan dua alasan:

pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pengunaan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri.

Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan

siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan deangan keterampilan. Dari dua alasan tersebut maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.15

Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragamaan ras, budaya, dan agama, sastra sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Satu aspek penting dalam pembelajaran kooperatif ialah bahwa di samping mengembangkan tingkah laku kerja sama dan hubungan yang lebih baik diantara para siswa, pembelajaran kooperatif juga secara bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan akademik siswa, teori tersebut diantaranya:

15

Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) Cet. I, h. 309


(24)

a. Menurut Teori Motivasi

Robert E. Slavin mengungkapkan bahwa motivasi siswa pada pembelajaran kooperatif terutama terletak pada bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan. Pada pembelajaran kooperatif siswa yakin tujuan mereka tercapai jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut.

b. Teori Perkembangan

Damon dan Murray mengasumsikan bahwa interaksi antar siswa dalam melaksanakan tugas yang sesuai, dapat meningkatkan penguasan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit.

c. Teori Elaborasi Kognitif

Wittrock (1978) dalam Slavin (1995) menjelaskan bahwa agar informasi dapat tersimpan dan terkait dengan informasi sebelumnya yang sudah ada dalam memory, maka siswa harus terlibat dalam beberapa macam kegiatan intreaksi/elaborasi kognitif atas suatu materi. Devin-Sheehan dkk. (1976) dalam Slavin (1995) menemukan salah satu cara elaborasi kognitif yang paling efektif, yaitu dengan menjelaskan materi kepada orang lain. 16

Unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning adalah sebagai berikut: 17

a. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka

sehidup sepenanggungan bersama”.

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti mereka sendiri.

c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota dalam kelompok memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi dan juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompoknya.

f. Siswa dapat berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individu

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Sementara itu menurut Roger dan David Johnson sebagaimana dikutip oleh Anita lie, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa unsur yang

16

Muhammad Nur, Pembelajaran Kooperatif, (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar Dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Jawa Timur, 2005), h. 17

17


(25)

harus diterapkan untuk mencapai hasil yang maksimal, unsur-unsur tersebut diantaranya: Saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.18

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa unsur-unsur yang terdapat di dalam pembelajaran kooperatif adalah: mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama, saling ketergantungan positif antar individu, tanggung jawab secara individu, tatap muka dalam proses pembelajaran, komunikasi antar anggota kelompok, dan evaluasi proses pembelajaran kelompok.

Dan tujuan dibentuknya kelompok kooperatif yaitu:

a. Untuk lebih meningkatkan motivasi belajar siswa dibandingkan dengan suasana belajar individual

b. Untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar

c. Agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya.

d. Membentuk kemampuan kognitif dan sosialisasi yang baik, menciptakan aktivitas intelektual yang akan meningkatkan hasil belajar

e. Dapat meningkatkan kepercayaan terhadap teman, mengurangi perasaan asing terhadap orang lain dan sikap individual, serta membagun hubungan yang baik antar siswa

f. Meningkatkan kerjasama

18

Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktekan Cooperative Learning Di


(26)

Sementara itu menurut Depdiknas model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:19

pertama, meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan

kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok. Di dalam belajar kooperatif setiap anggota kelompok saling membagi ide, belajar bersama, bertanggung jawab terhadap keberhasilan anggota lain pada kelompoknya sebagaimana terhadap dirinya sendiri. Pembelajaran kooperatif merupakan pondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan prestasi siswa. Dengan memiliki dorongan atau motivasi yang positif seorang siswa akan menunjukan minatnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ludgren dalam Tonih Feronika, pembelajaran kooperatif memiliki manfaat antara lain:

20

a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas b. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

c. Memperbaiki kehadiran

d. Angka putus sekolah menjadi rendah

e. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar f. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

g. Konflik antar pribadi berkurang h. Sikap apatis berkurang

19

Http://Ipotes.Wordpress.Com/2008/05/10/Metode-Pembelajaran-Kooperatif/ diakses pada Senin, 01 November 2010

20

Tonih Feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN SYAHID, 2008), h. 62-63


(27)

Sedangkan menurut Anita Lie yang dikutip oleh Tonih Feronika, ada beberapa manfaat proses pembelajaran kooperatif, yaitu: 21

a. Siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerja sama dengan siswa yang lain

b. Siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan

c. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran meningkat d. Mengurangi kecemasan siswa (kurang percaya diri) e. Meningkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif

f. Meningkatkan prestasi belajar siswa

Esensi pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individu sekaligus tangung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok berjalan optimal. Keadaan ini mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai selesainya tugas-tugas individu dan kelompok. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yang penting, yakni prestasi akademik, penerimaan akan penghargaan, dan pengembangan keterampilan sosial.

2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Arends (1997: 111) dalam buku Trianto, mengemukakan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif, diantaranya yaitu :22

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memilki kemampuan yang heterogen

c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu

Senada dengan Arends, Stahl mengemukakan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif, yaitu :23

21

Tonih Feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, … h. 62

22 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 47


(28)

a. Belajar bersama dengan teman

b. Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman c. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

e. Belajar dalam kelompok kecil

f. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat g. Keputusan tergantung pada siswa seendiri

h. Siswa aktif

Sementara itu, Johnson & Johnson (1984) serta Hilke (1990) yang dikutip oleh Slavin mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut :24

a. Terdapat saling ketergantungan yang positif diantara anggota kelompok

b. Dapat dipertanggung jawabkan secara individu c. Heterogen

d. Berbagi kepemimpinan e. Berbagi tanggung jawab

f. Menekankan pada tugas dan kebersamaan g. Membentuk keterampilan sosial

h. Peran guru mengamati proses belajar siswa i. Efektifitas belajar tergantung pada kelompok

Dan di dalam buku Yatim Riyanto, terdapat 7 ciri-ciri pembelajaran kooperatif, yaitu:25

a. Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, dan rendah

b. Siswa dalam kelompok sehidup semati

c. Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama d. Membagi tugas dan tanggung jawab sama

e. Akan dievaluasi untuk semua

f. Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama g. Diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang

ditangani.

23

Http://Www.Ditnaga-Dikti.Org/Ditnaga/Files/Pip/Kooperatif.Pdf. Diakses pada Senin, 01 September 2010

24

Robert E. Slavin, Cooperative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2008), h. 28 25


(29)

Sedangkan Carin yang dikutip oleh Tonih, mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:26

a. Setiap angota mempunyai peran

b. Terjadi interaksi langsung diantara siswa

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya

d. Peran guru adalah membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan

Dari beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yang telah diuraikan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif terjadi dalam kelompok kecil (4-5 orang) yang saling ketergantungan yang positif diantara anggota kelompok, bersifat heterogen tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan akademik, gender, suku, maupun lainnya dan mempunyai tujuan yang sama dalam menuntaskan materi belajar.

Pada pembelajaran kooperatif siswa dikondisikan untuk bekerja dan belajar dalam kelompok. Aktivitas kerja dan belajar dalam kelompok belajar kooperatif berbeda dengan kelompok belajar tradisional/konvensional. Kelompok tradisional adalah kelompok belajar yang sering diterapkan di sekolah, seperti kelompok tugas, kelompok diskusi, dan kelompok belajar lainnya. Berikut ini adalah tabel perbedaan antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional/tradisional.

Tabel 1

Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok Belajar Konvensional/Tradisional27

Kelompok Belajar Kooperarif Kelompok Belajar Tradisional/Konvensional

Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif

Guru sering membiarkan adanya

siswa yang mendominasi

kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok

Adanya akuntabilitas individual yang

mengukur penguasan materi

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas

26

Tonih Feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, … h. 58 27


(30)

pelajaran tiap anggota kelompok sering didominasi oleh salah seorang anggota kelompok

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, dan sebagainya.

Kelompok belajar biasanya homogen

Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok

Pemimpin kelompok sering

ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing

Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti

kepemimpinan, kemampuan

berkomunikasi secara langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan

Guru terus melakukan pemantauan melalaui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar angota kelompok

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung Guru memperhatikan secara proses

kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar Penekanan tidak hanya pada

penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan

antar pribadi yang saling

menghargai)

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Isjoni mengatakan bahwa sesuatu pembelajaran dikatakan pembelajaran kooperatif bilamana pembelajaran tersebut mengandung prinsip-prinsip yang berikut yaitu saling ketergantungan positif, kebertanggung-jawaban individu, interaksi serentak, penglibatan seksama, interaksi semuka, kemahiran sosial, dan pemprosesan kumpulan.28

Sedangkan menurut Johnson & Johnson yang dikutip oleh Muslimin Ibrahim, prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) adalah sebagai berikut:29

28

Isjoni, Pembelajaran Visioner, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 31 29


(31)

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Sementara itu di dalam buku Wina Sanjaya (Kurikulum dan

Pembelajaran) terdapat empat prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif,

yaitu :30

a. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)

Kerja kelompok adalah kerja tim, artinya keberhasilan kelompok sangat tergantung dari keberhasilan semua individu dalam kelompok, sehingga setiap anggota dalam kelompok sangat tegantung dengan anggota-anggota yang lain. ketergantungan antar anggota dalam kelompok akan efektif apabila setiap anggota dalam kelompok mengetahui dengan baik tugas masing-masing sesuai dengan kemampuanya. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa dianggap sukses manakala ada anggota lain yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, sehingga semua anggota dalam kelompok saling ketergantungan.

30


(32)

b. Interaksi Tatap Muka (Face To Face Interaction)

Implementasi pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Inetraksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif di bentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda, sehingga proses memperkaya antara kelompok akan terwujud.

c. Tanggung Jawab Individu (Individual Accountabilitiy)

Keberhasilan dalam kerja kelompok merupakan keberhasilan setiap individu, untuk itu keberhasilan kerja kelompok sangat tergantung dari keberhasilan individu, jadi setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya masing-masing. Setiap anggota harus memberikan kontribusi yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.

d. Partisipasi dan Komunikasi (Particiapation Communication)

Diantara tujuan pembelajaran kooperatif adalah melatih peserta didik untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, peserta didik perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi, misalnya dalam mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, cara menyatakan setuju dan cara menyanggah pendapat temannya harus dengan cara santun dan tidak memojokan teman yang lain.

Sama halnya dengan Yatim Riyanto yang membagi lima prinsip dasar pembelajaran kooperatif, yaitu:31

31


(33)

a. Positive independence, artinya adanya saling ketergantungan positif yakni angota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam pencapaian tujuan.

b. Face to face interaction, artinya antar anggota berinteraksi

dengan saling berhadapan

c. Individual accountability, artinya setiap anggota kelompok harus

belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok

d. Use of collaborative/social skill, artinya harus menggunakan

keterampilan bekerjasama dan bersosialisasi.

e. Group processing, artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka

bekerja efektif.

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Setidaknya terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, yaitu STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok, dan Pendekatan Struktur yang meliputi think pair

share (TPS) dan numbered head together (NHT).

Tabel 2 berikut ini mengikhtisarkan dan membandingkan empat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif.

Tabel 2

Perbandingan Empat Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif32

STAD JIGSAW Ivestigasi Kelompok

Pendekatan Struktural Tujuan

Kognitif

Informasi akademik sederhana

Informasi akademik sederhana

Informasi akademik tingkat tinggi &

keterampilan

Informasi akademik sederhana

32


(34)

inkuiri

Tujuan Sosial

Kerja kelompok dan kerja sama

Kerja kelompok dan kerja sama Kerjasama dalam kelompok kompleks Keterampilan kelompok & keterampilan sosial Struktur Tim Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang

anggota

Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang

anggota menggunak

an pola

kelompok

„asal’ &

kelompok

„ahli’

Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 anggota homogeny Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok dengan 4-5 orang anggota Pemilihan Topik Biasanya guru Biasanya guru

Biasanya siswa Biasanya guru

Tugas Utama

Siswa dapat menggunaka

n lembar

kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya Siswa mempelajari materi dalam kelompok „ahli’ kemudian membantu anggota kelompok „asal’ mempelajari materi itu Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan scara sosial dan kognitif

Penilaian Tes mingguan

Bervariasi dapat

berupa tes mingguan

Menyelesaikan proyek dan menulis

laporan, dapat menggunakan tes essay

bervariasi

Pengakuan Lembar pengetahuan & publikasi lain

Publikasi lain

Lembar

pengakuan dan publikasi lain


(35)

4. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Tiga konsep sentral yang menjadi larakteristik cooperative

Learning sebagaimana dikemukakan Slavin (dalam Isjoni) yaitu: 33

a. Penghargaan Kelompok

Cooperative Learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok

untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor tertinggi. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal ang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

b. Pertanggung Jawaban Individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga dapat menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan Yang Sama Untuk Berhasil

Dengan menggunakan metode skoring, setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Sedangkan menurut Junaedi, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan strategi pembelajaran lain. Sesuai dengan sifatnya pembelajaran kooperatif yang lebih mengedepankan aspek kerjasama memilki karakteristik sebagai berikut: 34

33

Isjoni, Cooperative Learning, … h. 21-22 34


(36)

a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran dilakukan secara tim, dengan tim inilah secara bersama-sama mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sesama anggota tim saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Anggota tim bersifat heterogen yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin dan latar belakang yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota kelompok dapat memberikan kontribusi tehadap keberhasilan kelompok.

b. Pembelajaran dengan manajemen kooperatif

Manajemen memiliki empat pilar fungsi, yaitu : fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi control. Fungsi perencanaan memiliki makna bahwa pembelajaran dilakukan secara terencana baik tujuannya, cara mencapainya dan lain-lain. Fungsi perencanaan menujukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui dengan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan dan disepakati bersama. Fungsi organisasi dimaksudkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota dalam kelompok, oleh karenanya perlu di atur mekanisme tugas dan tanggung jawab setiap anggota. Fungsi kontrol sangat penting dalam pembelajaran ini, karenanya harus ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.

c. Kemauan untuk bekerja sama

Kerja sama dalam kelompok tidak akan efektif manakala setiap anggota tidak memilki kemauan untuk bekerja sama, karena dalam tim bukan hanya ada pengaturan tugas dan tanggung jawab setiap anggota tim, melainkan juga harus ditanamkan dan ditumbuhkan kebersamaan dalam kelompok yang bisa diwujudkan dalam bentuk saling membantu, saling mengingatkan dan sebagainya.


(37)

d. Keterampilan bekerja sama

Tujuan bekerja dalam kelompok adalah keberhasilan kelompok bukan hanya individu-individu dalam kelompok secra terpisah, untuk itu kemampuan dan keterampilan bekerja sama dalam kelompok sangat dibutuhkan agar setiap anggota kelompok dapat menyumbangkan ide, mengemukakan pendapat dan dapat memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.

5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran kooperatif dibagi menjadi empat langkah, yaitu:

a. Orientasi

Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa, serta sistem penilaiannya. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara guru dan siswa, namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan bersama.

b. Kerja kelompok

Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat sebagai pedoman kegiatan. Sebaiknya panduan ini disiapkan oleh guru. Panduan harus memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, serta hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai. Guru


(38)

berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi masing-masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa, mengarahkan ketrampilan kerjasama, dan memberikan bantuan pada saat diperlukan.

c. Tes/Kuis

Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah mampu memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing-masing siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif dan ketrampilan.

d. Penghargaan kelompok

Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu.

e. Evaluasi

Evaluasi belajar dilakukan pada awal pelajaran sebagai prates, selama pembelajaran, serta hasil akhir belajar siswa baik individu maupun kelompok. Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap, ketrampilan dan kemampuan berpikir serta berkomunikasi siswa. Kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memberikan pandangan atau argumentasi, kemauan untuk bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama, merupakan contoh aspek-aspek yang dapat dinilai selama proses pembelajaran berlangsung.


(39)

Sedangkan menurut Trianto, terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 35

Tabel 3

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua

tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase-3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase-4 Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajarai atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

35


(40)

Sementara itu, menurut Wina Sanjaya terdapat 4 prosedur langkah-langkah pembelajaran kooperatif, yaitu:36

a. Penjelasan materi

Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (team). Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat dan tanya jawab. Di samping itu, guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa

b. Belajar dalam kelompok

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa di minta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam pembelajaran kooperatif ini bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berrdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosial, ekonomi serta kemampuan akademis. Selanjutnya (Anita Lie, 2005) menjelaskan beberapa alasan lebih disukainya pengelompokan heterogen. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, dan sebagainya. Ketiga, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas. Melalui pembelajaran dalam kelompok siswa didorong untuk melakukan tukar-menukar (sharing) informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.

36


(41)

c. Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.

d. Pengakuan Tim

Pengakuan tim adalah penempatan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian di berikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

6. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Jarolimenk & parker (1993) dalam Isjoni, mengatakan bahwa kelebihan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah :37

a. Saling ketergantungan yang positif

b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas d. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan

e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru

f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Dan di dalam buku M. Basyiruddin Usman dijelaskan mengenai keuntungan dari pembelajaran kooperatif terhadap siswa, yaitu: hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan dengan belajar individu, pendapat yang dituangkan secara bersama lebih meyakinkan dan lebih kuat dibanding

37


(42)

pendapat perorangan, dan dengan kerjasama yang dilakukan oleh siswa dapat mengikat tali persatuan, tanggung jawab bersama, rasa memiliki serta menghilangkan egoisme.38

Senada dengan itu, Deutsch (1949), Shaw (1986) serta Johnson (1985;1988) yang dikutip oleh Junaedi, telah mengidentifikasi beberapa keuntungan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif, yaitu:39

a. Peserta didik dalam kelompok kooperatif mampu bekerja sama untuk kebaikan kelompok secara keseluruhan ketimbang hanya untuk kebutuhan individu saja.

b. Peserta didik dalam kelompok kooperatif dapat didorong untuk membantu siswa yang mempunyai masalah dalam belajar atau membantu siswa yang cacat.

c. Prosedur pembelajan kooperatif memudahkan integrasi sosial dari kebutuhan khusus siswa. Manfaat yang dihasilkan adalah sikap yang lebih toleran kepada mereka yang mempunyai perbedaan dalam hal kemampuan, latar belakang sosial, kelas sosial, ras dan latar belakang akademis.

d. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk menyediakan penghargaan atau reward baik kepada siswa yang berprestasi tinggi maupun siswa berprestasi rendah.

e. Pembelajaran kooperatif memudahkan pembagian usaha dan tugas yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu. Siswa dapat diminta untuk menjalankan tugas yang paling sesuai dengan kemampuan individualnya.

f. Pembelajaran kooperatif mendorong komunikasi antar siswa, dan hasilnya adalah pembelajaran yang lebih baik dan hubungan antar personal yang semakin membaik.

38

M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Ciputat: Ciputat Pers, 2002), h. 15

39


(43)

Sedangkan menurut Roger and David Johnson dalam Tonih Feronika pembelajaran kooperatif memiliki 4 keunggulan, diantaranya:40

a. Pembelajaran kooperatif lebih kuat menghasilkan pencapaian tujuan pembelajaran dibandingkan pola interaksi kompetitif dan individual. b. Siswa lebih positif tentang sekolah, bidang mata pelajaran dan guru. c. Siswa lebih positif tentang satu sama lain ketika belajar secara

kooperatif.

d. Siswa lebih efektif antar pribadi, lebih mampu menerima perspektif orang lain, dan memiliki keahlian interaksi yang lebih baik.

Selain memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya:41

a. Butuh waktu yang lama untuk memahami filosofi belajar secara kooperatif

b. Sulit untuk mewujudkan peer teaching yang efektif padahal ciri utama pembelajaran kooperatif adalah adanya peserta didik yang saling membelajarkan

c. Dalam evaluasi sulit untuk memberi penilaian yang objektif secara individual, karena dalam pembelajaran kooperatif lebih menonjolkan kebersamaan atau kerja kelompok

d. Butuh waktu yang lama untuk mengembangkan kesadaran berkelompok

e. Kurang memperhatikan aspek motivasi diri untuk menanamkan kepercayaan diri, karena tertutup dengan kepentingan bersama

40

Tonih Feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, …h. 62 41


(44)

B. Mata Pelajaran Fiqih

1. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih

Pada tingkatan Madrasah Tsanawiyah (MTs) mata pelajaran fiqih merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar mereka bisa mengenal, memahami dan mengamalkan syariat Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya dalam bermasyarakat.

Secara etimologi, fiqih berarti paham yang mendalam.42 Dengan definisi lain dalam buku zakiah, fiqih artinya faham atau tahu.43 Dan dalam firman Allah SWT surah At-Taubah ayat 122 dijelaskan:



















”Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan

perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah

kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.44

Tahu dan paham yang dimaksud di atas adalah tahu dan paham tentang masalah-masalah agama. Pengertian fiqih seperti tergambar pada ayat di atas merupakan pengertian yang sebenarnya. Pengertian tersebut pada perkembangan selanjutnya mengalami penyempitan makna. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Quraisy Shihab bahwa ”fiqih yang pada mulanya dimaksudkan sebagai pengetahuan yang menyeluruh tentang

42

Amir syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 2 43

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, … h. 78 44

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran Dan Terjemahan, (Semarang:CV. Adi Grafika,1994), h. 301


(45)

agama, mencakup hukum, keimanan, akhlak, al-qur’an, dan hadits”.45 Tetapi istilah itu kemudian dipakai khusus menyangkut pengetahuan tentang hukum agama saja.

Sedangkan menurut istilah yang digunakan para ahli fiqih (fuqaha), fiqih itu ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syariat islam yang di ambil dari dalil-dalilnya yang terperinci. Dilihat dari segi ilmu pengetahuan yang berkembang dalam kalangan ulama islam, fiqih itu ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan/membahas/memuat hukum-hukum islam yang bersumber pada al-qur’an, sunah dan dalil-dalil syar’i yang lain, setelah diformulasikan oleh para ulama dengan mempergunakan kaedah-kaedah ushul fiqih.46 Sementara itu menurut pengikut As-Syafi’i mengatakan bahwa fiqih itu adalah:

”Ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan pekerjaan para mukallaf, yang dikeluarkan (istinbatkan) dari dali-dalil yang jelas (tafshili)”.47

Senada dengan As-Syafi’i, ulama Hanafiyah memberikan batasan bahwa fiqih adalah ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban yang berhubungan dengan amalan para mukallaf.

Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud fiqih yaitu ilmu yang menerangkan segala hukum-hukum yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.

45

M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), h. 383 46

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 78

47

Hasbi Ash-Siddieqy, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), cet. VI, h. 25-26


(46)

Adapun pengertian mata pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah: 48

a. Mata pelajaran fiqih adalah bimbingan untuk mengetahui ketentuan-ketentuan syariat islam. Materi yang sifatnya memahami, menghayati dan mengamalkan pelaksanaan syariat tersebut yang kemudian menjadi dasar pandangan dalam kehidupannya, keluarga dan masyarakat lingkungannya. b. Bentuk bimbingan tersebut tidak terbatas pada pemberian pengetahuan,

tetapi lebih jauh seorang guru dapat menjadi contoh dan tauladan bagi siswa dan masyarakat lingkungannya. Dengan keteladanan guru diharapkan para orang tua dan masyarakat membantu secara aktif pelaksanaan fiqh di dalam rumah tangga dan masyarakat lingkungannya.

Dari penjelasan di atas, dapat penulis pahami tentang pengertian mata pelajaran fiqh dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah yaitu mata pelajaran yang diarahkan untuk memberikan pengetahuan, pemahaman dan bimbingan kepada siswa mengenai ketentuan-ketentuan syariat islam untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih

Pembelajaran fiqih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik agar dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaffah (sempurna). Pengembangan Isi kurikulum Fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs) merupakan kelanjutan dari kurikulum di MI, beberapa isi kurikulum merupakan perluasan dan pendalaman dari kurikulum sebelumnya. Sehingga pembelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat :49

48

Depag RI, GBPP Mts Mata Pelajaran Fiqih, (Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1993), cet ke-1, h. 1

49

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No:2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah , (Jakarta: Bp. Mediatama Pustaka Mandiri, 2009), Cet Ke-1, h. 90.


(47)

1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fiqih muamalah.

2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih

Ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi:50

a. Aspek fiqih ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara taharah, shalat fardu, salat sunnah dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur.

b. Aspek fiqih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan upah.

Seluruh hukum syariah yang berkaitan dengan berbagai tindakan manusia, ucapan ataupun tindakan seluruhnya diambil dari nash-nash yang telah ada, di samping istimbat dalil-dalil syariah islam yang tidak terdapat nashnya, yang kemudian digolongkan di dalam ilmu fiqih.

50

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No:2 Tahun 2008 Tentang Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah…,


(48)

Para penulis kitab-kitab Fiqih Syafi’iyah membagi pembahasan fiqih kepada empat bagian, yaitu:51

a. Aspek Ibadah meliputi masalah-masalah yang dapat dikelompokan kedalam kelompok thaharah, shalat, puasa, zakat, haji, qurban, jenazah serta aqiqah.

b. Aspek Mu’amalat meliputi masalah-masalah yang dikelompokan kedalam kelompok persoalan harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan, cara mendapatkan dan menggunakannya seperti dalam permasalahan jual beli, khiyar, gadai, jaminan, dan lain-lain.

c. Aspek Munakahat meliputi masalah-masalah yang di kelompokan kedalam kelompok persoalan pernikahan.

d. Aspek Jinayat meliputi masalah-masalah yang di kelompokan kedalam kelompok persoalan pelanggaran, kejahatan, bembalasan, hukuman dan sebagainya.

Manusia sebagai makhluk sosial dalam bertindak, berpikir selalu dipengaruhi oleh jiwa dan lingkungannya, untuk membimbing manusia bertindak, berucap dan berpikir dibutuhkan sekali peranan fiqih sehingga manusia itu selamat dalam kedudukan sekarang dan akan datang. Jadi peranan dan kedudukan fiqih adalah menerapkan hukum islam terhadap seluruh tindakan manusia baik perkataan maupun perbuatan berdasarkan

al-qur’an dan sunah.

Selanjutnya ilmu fiqih juga membicarakan tentang berbagai hal diantaranya yakni mengenai hubungan-hubungan seperti:52

a. Hubungan manusia dengan Allah, tuhannya dan para rasulnya b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

c. Hubungan manusia dengan keluarga dan tetangganya

d. Hubungan manusia dengan orang lain yang seagama dengan dia e. Hubungan manusia dengan orang lain yang tidak seagama dengan dia

51

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,…h. 80 52


(49)

f. Hubungan manusia dengan makhluk hidup yang lain seperti binatang dan lain-lain

g. Hubungan manusia dengan benda mati dan alam semesta h. Hubungan manusia dengan masyarakat dan lingkungannya i. Hubungan manusia dengan akal pikiran dan ilmu pengetahuan

j. Hubungan manusia dengan alam ghaib seperti setan, iblis, surga, neraka, alam barzah, yaumil hisab dan sebagainya.

C. Kerangka Konseptual

Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dan pembelajaran adalah aktivitas dimana guru dan siswa dapat saling berinteraksi. Di dalam proses interaksi yang terjadi di kelas melibatkan semua siswa yang beragam, dengan latar belakang dan sifat pembawaan individu yang berbeda-beda. Keanekaragaman tersebut yang mengakibatkan adanya perbedaan kecepatan berpikir dari setiap siswa dalam menerima dan memahami sesuatu materi pelajaran. Dengan kondisi yang ada pada siswa yang terurai di atas, dapatlah diadakan pertimbangan dalam proses belajar mengajar.

Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran di sekolah salah satunya tergantung pada strategi belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Cara guru menciptakan suasana kelas akan berpengaruh pada reaksi yang di tampilkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Oleh sebab itu, dalam pembelajaran haruslah menggunakan metode atau strategi yang tepat. Hal ini perlu dipikirkan oleh seorang guru agar terciptanya suasana kelas yang penuh makna. Tidak saja sebatas pemberian suatu ilmu atau informasi kepada siswa, melainkan adanya interaksi yang baik antara unsur-unsur yang ada di dalam kelas.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif (cooperative

learning). Kegiatan belajar ini memungkinkan siswa saling bekerja sama,


(50)

dalam mengerjakan tugas serta saling berkompetisi secara sehat dengan anggota kelompok lain. Dan untuk lebih memperjelas, di bawah ini adalah gambarannya.

Kerangka Konseptual

Proses Pembelajaran

Cooperative Learning

Unsur-unsur

 memiliki tujuan yang sama

 saling ketergantungan positif

 tanggung jawab perseorangan

 tatap muka

 komunikasi antar anggota

 evaluasi proses kelompok

aktif kerjasama

a

serius tanggung jawab

EFEKTIF

Manfaat

 Meningkatkan kemampuan

siswa untuk bekerja sama

 Meningkatkan prestasi belajar siswa

 menghargai perbedaan diantara siswa

 Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran meningkat

 Mengurangi kecemasan siswa (kurang percaya diri)


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VIII MTs. Soebono Mantofani Jombang–Tangerang Selatan. Waktu pelaksanaan penelitian mulai dari September sampai Desember.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang. Tujuan utama dalam mengunakan metode ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang berjalan pada saat penelitian dilakukan.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.53 Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi ialah seluruh guru dan siswa MTs. Soebono Mantofani Jombang-Tangerang Selatan.

53


(52)

2. Sampel

Adapun sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti.54 Teknik sampling yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

sampling purposive atau sampel bertujuan. Sampling purposive merupakan

metode penetapan sampel dengan didasarkan pada ciri-ciri, sifat-sifat atau kriteria-kriteria tertentu untuk memberikan informasi secara maksimal tentang suatu masalah.55 Oleh sebab itu, sampel yang penulis ambil dalam penelitian ini hanyalah yang memiliki ciri-ciri tertentu yang berkaitan dengan judul penelitian ini, yakni guru dan kelas yang menerapkan pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran fiqih.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang akan diperoleh dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik, diantaranya:

1. Wawancara (Interview)

Wawancara yang sering juga disebut dengan interview atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee).56 Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk memperoleh informasi langsung dengan pihak terkait atau sumber utama, yaitu penulis lakukan kepada guru fiqih kelas VIII dan siswa-siswi kelas VIII MTs. Soebono Mantofani. Sedangkan teknik wawancara yang penulis gunakan yakni teknik wawancara tidak terstruktur yang merupakan pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

54

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,…h. 131 55

Nuraida dan Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research Publishing, 2009), cet. 1, h. 91

56


(1)

(2)

(3)

Daftar Nilai Ulangan Harian (NUH) Siswa Pada Materi Zakat Dengan Pembelajaran Kooperatif

Kelas VIII A

NO NAMA SISWA NILAI

1 Abdul hamid 90

2 Ahmad ulil albab 88

3 Amelinovi 80

4 Andika wahyu 70

5 Andika sulaeman 88

6 Andre firmansyah 70

7 Ardean putra 80

8 Clarita vica 75

9 Desti indah sartika 86

10 Diana noviani 90

11 Dwi ayu lestrai 70

12 Fatma hidayah 80

13 Fika shofiana 75

14 Handika perdana 90

15 Indira rahayu 70

16 Inkarani 85

17 Junita putrid 78

18 m. ziedul adha 78

19 Naily alfia 90

20 Noviana putrid 90

21 Nurlita 85

22 Putri maghni 90

23 Reza pratama 88

24 Surya wijaya 90


(4)

26 Syahrul ghifari 60

27 Virliana pratiwi 85

28 Wahyu Anike 85

29 Windi anggraini 70

30 Zivandito Aryo 90

Daftar Nilai Ulangan Harian (NUH) Siswa Pada Materi Zakat Dengan Pembelajaran Kooperatif

Kelas VIII B

NO NAMA SISWA NILAI

1 Ade Kurnia 90

2 Adistia Grahita 86

3 Ahmad Rizaldi 90

4 Andre Agustian 75

5 Aprillia Maharani 90

6 Audya Apriliani -

7 Ayu Lestari 80

8 Bagas Hermansyah 80

9 Dian Kusuma 85

10 Difa Rizki 70

11 Feninda Priyanti 70

12 Fitri Haryani 83

13 Hikmah Anizah 70

14 Indra Cahyo 90

15 Kharul Huda 83

16 Melisa Cahyani 90

17 Mentari Ramadhani 70

18 Mira Indriani 85

19 Muhamad Hilmi 85


(5)

22 Muhamad Arik 81

23 Muhamad Rizki 88

24 Muhamad Rofi 78

25 Muhamad Sahiq 85

26 Putri Anisah 90

27 Rizka Nuur Ikhsan 70

28 Ummu Habibah 85

29 Zulfa Mahmuda 85

30 Arya Handayana 80

Daftar Nilai Ulangan Harian (NUH) Siswa Pada Materi Zakat Dengan Pembelajaran Kooperatif

Kelas VIII C

NO NAMA SISWA NILAI

1 Ade Andriansyah 85

2 Alex Saifudin 85

3 Andini Afrianti 90

4 Arif Rahman 80

5 Asef Mulyana 90

6 Diah Kusuma 70

7 Dini Wahyuni 88

8 Elma Putri 90

9 Fajar Riyana 85

10 Fajri Ramadhan 75

11 Gilang Budiman 90

12 Indah Permata Sari 88

13 Indra Ari Sandi 90


(6)

15 Ingki Nurilah 90

16 Irma Maulida 90

17 Melania Wati 88

18 Muhamad Firmansyah 90

19 Muhamad Arifin 70

20 Muhamad Zaki 90

21 Nadilah Saputri 70

22 Naviska Astia 90

23 Nur Auva Ulul Albab 75

24 Reza Septian 88

25 Robi Sani 65

26 Santi Susilawati 83

27 Silva Nur Aurelia 90

28 Tiara Ismawati 65

29 Tri Wulandari 90