39 enam pertanyaan yang digunakan dalam pengukuran kinerja respnden ini, dengan
ukuran sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Item pertanyaan yang digunakan dalam ukuran ini diperoleh dan diadaptasi dari penelitian yang dilakukan
oleh Davis 1989, Thomson dan Snaders 1984 dalam Batubara 2008. Menurut Ilyas 1999 pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menilai
tingkat pencapaian target, insitif, loyalitas dan kerja sama dalam kelompok, disiplin dan kepatuhan, kesadaran atau pengembangan diri dan peningkatan pengetahuan.
Furtwengler 2000 dalam Batubara 2008 mengatakan bahwa tujuan penilaian kinerja karyawan adalah untuk memudahkan proses pemberian imbalan dan hukuman
mengindentifikasi karyawan untuk mendapatkan promosi, mengindentifikasi karyawan untuk mendapatkan pelatihan yang lebih tinggi dan membimbing, tumbuh
kembang karyawan secara individu.
2.1.2. Tingkat Pendidikan
Fenomena mengenai kualifikasi personel pemeriksaan ini memang menjadi masalah penting. Seorang pemeriksa mempunyai wawasan yang luas dan mendalam
atas segala kegiatan yang diperiksa. Namun pada kenyataanya masih banyak pemeriksa intern yang buta akan seluk beluk kegiatan yang akan diperiksanya.
Sehingga kadang-kadang pemeriksa menghabiskan waktu hanya untuk mengenali obyek pemeriksa. Hal itu akan bertambah tidak menguntungkan dengan kualitas dan
kapabilisitas dari masing-masing pemeriksa yang tidak merata bahkan kurang memadai. Salah satu penyebab utamanya adalah tingkat pendidikan yang tidak merata
40 SLTA, Sarjana dan Pasca Sarjana dan beraneka ragam latar belakang jurusan
pendidikan Ekonomi, Hukum, FISIP, Teknik, dan lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan suatu mekanisme yang dapat
menciptakan tercapainya kondisi para personel pemeriksa dengan tingkat kualitas yang memadai. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah seperti pemberian
pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan. Di samping itu pemberian kesempatan kepada para pemeriksa untuk meningkatkan kualitasnya dengan
melanjutkan studi formal yang akan mendorong dengan segera terwujudnya tingkat kualitas personel pemeriksa yang memadai.
Berdasarkan pedoman etika International Federation of Accountants IFAC, dalam Sawyer, 2005 menyatakan prinsip-prinsip dari seorang auditor adalah sebagai
berikut : 1.
Integritas 2.
Obyektivitas 3.
Kebebasan independence 4.
Kepercayaan 5.
Standar-standar teknis 6.
Kemampuan profesional 7.
Perilaku etika
41 Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPKN Pasal 1 butir 4, diuraikan mengenai definisi Pemeriksa, yaitu: “Pemeriksa adalah orang
yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan”. Pasal 1 butir 5 menyatakan
bahwa “Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar
pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara”.
Dan pada Pasal 1 Butir 6 menyatakan bahwa “Aparat Pengawas Internal Pemerintah adalah unit organisasi di lingkungan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Kementerian Negara, Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan dalam
lingkup kewenangannya”. Apabila dikaitkan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pemeriksa
intern, bahwa semua syarat-syarat profesionalisme dituruti. Hal ini ditegaskan oleh Sawyer 2005 bahwa seorang auditor harus mempunyai kualifikasi sebagai berikut :
1. Mempunyai kesanggupan teknis dan pendidikan memadai di bidang
auditing. 2.
Mempunyai kemampuan di bidang hubungan antar manusia. 3.
Jujur, independen, obyektif, tegas, dan bertanggung jawab, berani serta bijaksana.
42 4.
Menguasai operasional bidang yang diperiksa. Pengertian keahlian dalam norma umum pemeriksaan umum diatas adalah
keahlian mengenai pemeriksaan dan keahlian mengenai yang diperiksa. Walaupun seorang telah memenuhi yang dipersyaratkan, auditor wajib meningkatkan kualitas
keahliannya. Disamping itu agar para pemeriksa selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan kemajuan teknologi, maka Satuan Pengawas Intern
menyelenggarakan usaha peningkatan diri. Keahlian yang memungkinkan bertambah tingginya kualitas seorang hanyalah
dapat diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang cukup. Untuk mengimbangi dan menghadapi tantangan dari luar, maka kualitas para pemeriksa harus lebih tinggi
dibandingkan pelaksana itu sendiri dalam hal menilai seberapa jauh pelaksana tugas yang telah dilakukan dan diikuti atas sistem dan prosedur pekerjaan tersebut.
2.1.3. Pendidikan Berkelanjutan