21
A. Keadaan siswa Madrasah Ibtidaiyah th 9394
Dalam table dibawah ini dapat kita ketahui jumlah siswa yang belajar di M.I Ar- Rahmah th 9394. Kelas Pria Wanita
jumlah 1 13 19 32
II 25 16 41 III 19 25 44
IV 21 17 38 V 20 21 41
VI 16 22 38
234
Jumlah
Madrasah ini dilengkapi pula dengan asrama olah raga, sarana ibadah, perpustakaan dan mesjid untuk shalat dan pengajian.
BAB III PENDIDIKAN AQIDAH DI MADRASAH IBTIDAIYAH AR- RAHMAH
A. Pengertian Aqidah dan Ruang Lingkupnya
Sering ulama- ulama Islam dalam ceramah- ceramahnya memberikan perumpamaan tentang ajaran Islam itu dengan sebatang pohon. Akar dari pohon tersebut adalah aqidah,
sedangkan batang, dahan,ranting dan daunnya adalah syari’ah dan buahnya adalah akhlaq. Betapa besarnya peranan akar dalam sebatang pohon, sehingga dapat dikatakan kuat atau
tidaknya pohon tersebut ditentukan oleh akarnya. Perumpamaan ini sesuai dengan apa yang telah difirmankan oleh Allah yang berbunyi :
ْ ا ﺔ ﻃ ةﺮ آ ﺔ ﻃ ﺔ آ ﷲا بﺮ ْآﺮ ْ ا ءﺎ ا ﻰ ﺎﻬ ْﺮ و ﺎ ﺎﻬ
هﺮ ا 14
: 14
Artinya : ….. Tidak kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. S. Ibrahim ; 24
Dari keterangan ayat diatas dapat difahami bahwa terlaksananya ajaran Islam atau syari’ah Islam dikalangan ummat Islam dapat dilihat dari segi sejauhmaana umat Islam dapat
memperlihatkan akhlaqnya dalam kehidupan sehari- hari . Apakah yang diperlihatkan akhlaq yang mulia atau sebaliknya. Keduanya ini berkait erat dengan kuat atau lemah
aqidah yang di peganginya.
22
23
A. Pengertian Aqidah
Aqidah berasal dari kata ﺪ yang bermakna
ةﺪ ْ , artinya : ‘’ yang terikat ‘’
ﺪ ْ ْا
. Artinya ‘’tambang terikat’’, sedangkan ْ ْا ﺪ
artinya ‘’melakukan kontak jual beli’’, dan artinya
ﺪْﻬ ْا ﺪ ‘’ mempererat ikatan perjanjian ‘’.
1
Syahminan Zaini memberi pengertian aqidah secara bahasa dengan : simpulan, ikatan dan sangkutan. Secara teknis diartikan juga dengan : Iman , kepercayan, dan keyakinan.
2
Secara Istilah menurut Al- Imam Hasan Al- Banna , aqidah ialah : ‘’ hal- hal yang berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan di dalam hati, sehingga hati dan jiwa itu
menjadi tentram tidak ragu dan tidak bimbang, bersih dan murni dari segala was- was syak wasangka, suatu keyakinan yang kuat dan teguh menghayati seluruh aspek kehidupan dan
amal ibadah kepada satu Zat Yang Maha Kuasa’’.
3
Syahminan Zaini mendefinisaikan Aqidah secara Istilah sebagai berikut : ‘’ kepercayaan yang sesuai dengan kenyataan yang dapat dikuatkandengan dalil’’.
4
Ibnu Taimiyah mengartikan dengan : ‘’ suatu perkara yang harus dibenarkan dengan hati; yang dengannya jiwa dapat menjadi tenang sehingga jiwa itumenjadi yakin serta
mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan dan tidak dipengaruhi oleh syak wasangka’’.
5
Dari beberapa keterangan definisi sebagaimana yang penulis kemukakan diatas , maka dapat penulis simpulkan bahwa aqidah ialah : sesuatu yang dipercaya diyakini dengan
benar menurut ajaran Islam dan tidak dapat digoyahkan lagi dengan kebimbangan atau keragu- raguan, walaupun ada usaha yang tak langsung mempengaruhi aqidahnya.
1
Abdullah Azzam, Aqidah Landasan Pokok Membina Umat, Jakarta : Gema Insani Press, 1991 , cet. Ke 1, h. 18
2
Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam, Surabaya : Al- Ikhlas, 1983 ,cet. Ke 1, h. 50
3
Hasan Al- Banna, Al- Aqaid, Alih Bahasa : Salim Muhammad Wakid, Surabay : PT. Bina Ilmu, 1981 , cet. Ke 1, h.7
4
Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam, op.cit., h. 51
5
Ibnu Taimiyah, Aqidah Islam,Alih bahasa : Mushlich Shabir, Bandung: PT . Al- Ma’arif, 1981 cet. Ke I,h .6
24 Ruang Lingkup ajaran Aqidah sebagaimana yang penulis kemukakan diatas, maka dapat
penulis simpulkan bahwa aqidah ialah : sesuatu yang dipercayai diyakini dengan benar menurut ajaran Islam dan tidak dapat digoyahkan lagi dengan kebimbangan atau keragu-
raguan, walaupun ada usaha yang langsung atau tak langsung mempengaruhi aqidahnya. Ruang lingkup Aqidah sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sayid Sabiq
tersusun dari enam perkara : a.
Ma’rifat kepada Allah, ma’rifat ddengan nama- Nya yang mulia dan sifat- sifatnya yang tinggi. Ma’rifah dengan bukti- bukti adaNya dan kenyataan sifat keagungannya dalam
alam semesta ini. b.
Ma’rifat dengan alam yang ada dibalik alam semesta ini, yakni alam yang tak dapat dilihat. Dan kekuatan- kekuatan kebaikan yang terkandung didalmnya yakni yang
berbentuk malaikat, serta kekuatan- kekuatan yang yang jahat yakni Iblis dan sekalian tentara- tentaranya dari golongan syetan. Selain itu ma’rifah juga kepada jin dan roh.
c. Ma’rifat dengan kitab- kitab Allah yang telah diturunkan Nya. Tujuannya adalah untuk
dijadikan batas untuk mengetahui antara yang hak dan yang bathil, yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram, dan antar yang bagus dan yang jelek.
d. Ma;rifat dengan Nabi- nabi dan Rasul – rasul Allah yang telah dipilihnya yang telah
menjadi pembimbing kearah petunjuk Allah dan untuk memimpin seluruh makhluk guna menuju kearah yang baik.
e. Ma’rifat dengan hari akherat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi padanya seperti
kebangkitan, memperoleh pahala syurga dan siksa neraka. f.
Ma’rifat dengan taqdir qadha dan qadhar yang diatas landasannyalah berjalannya peraturan segala yang ada di alam semesta ini, baik dalam penciptaannya, maupun cara
pengaturannya.
6
6
Syahminan Zaini, op.cit ., h. 52
25 Menurut Ibnu Taimiyah , ruang lingkup aqidah dapat meliputi : ‘’ mewajibkan beriman
percaya kepada Allah, Malaikat- malaikat, kitab- kitab dan Rasul- rasulnya serta kebangkitan hidup kembali setelah mati dan beriman kepada qadar yang baik dan qadar
yang buruk’’.
7
Dari beberapa runabg lingkup yang telah dikemukakan diatasm ini bersesuaian dengan sabda Nabi dalam Matnul arba’in Nawawiyah Fil Ahaadits shohihatin Nabawiyah yang
berbunyi : نﺎ ْﻹا
: ﻜ و ﷲﺎ ْﺆ ْنا
ﺮ و ﺮْ رﺪ ْﺎ و ﺮ ْا مْﻮ ْﺎ و رو آو اور
‘’…Iman ialah kau mempercayai Allah , para Malaikat, Kitab- kitab Nya, rasul- RasulNya, hari akhir dan kamu mempercayai takdir yang baik atau yang buruk..’’. HR.
Muslim
8
B.
Pe
ntingnya Pendidikan Aqidah bagi Anak menurut Islam
Aqidah dan syari’ah adalah dua pokok ajaran Islam yang tak dapat dipisahkan. Bidang kepercayaan dinamakan aqidah dan bidang hukum dinamakan syari’ah. Aqidah menempati
posisi dasar posisi pokok , dan syari’ah berposisi cabang. Jiak diibaratkan sebagai bangunan, aqidah adalah pondasinya yang tertanam dalam tanah sedangkan syari’ah adalah
semua benda yang didirikan diatas pondasi tersebut. Karena aqidah merupakan dasar, maka tak mengherankan kalau Nabi Muhammad dalam
da’wahnya, bidang keimanan inilah yang diajarkan terlebih dahulu. Di mekkah penekanannya di titik beratkan pada pembinaan aqidah, sedangkan pada periode mekkah
Madinah titik beratnya pada syari’ah.
7
Ibnu Taimiyah, op. cit., h. 6
8
Imam Yahya bin syarifudin Nawawi, Matan Arbain Nawawiyah, Surabaya : Maktabah Muhammad bin Ahmad Nbhan wa
Auladihi