Penerapan Teknik Permainan Kata Dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri 16 Cipayung Jakarta Timur

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

Imam Eko Prianto NIM 809018300439

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Penerapan Teknik Permainan Kata Dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi di Kelas V MIN Cipayung Jakarta Timur

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Yang Mengesahkan, Pembimbing

Ahmad Bahtiar, M. Hum. NrP 19768012009121002

Jurusan Kependidikan Islam

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

JAKAR"TA 1433H/20r2M.


(3)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama

NIM

Jurusar/Semester

: Imam Eko Prianto : 8 0 9 0 1 8 3 0 0 4 3 9 : PGMIA/III

Dosen Pembimbing : Ahmad Bahtiar, M.Hum.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu persyaratan menempuh ujian munaqosah.

Jakarta,05 Juni 2012

NIM 809018300439

Mahasiswa yang bersangkutan,


(4)

Mahasiswa 809018300439, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 24 Novembet 2012 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah lbtidaiyah.

Jakarta, 24 November 2012 Panitia Uj ian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Program Studi) Tanggal

Rusydy Zakwia, M.Ed., M.Phil NrP 19560530 198503 | 002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Fauzan, M.A

NIP.r9761 10720070r I 013 Penguji I

Mahmudah Fitriyah, M.Pd. NrP. 196402121 99703 2 001 Penguji II

Rosida Erowati, M.Hum NIP. 19771030 2008012 009

&- l'-&ans

3 t - l - A o t b

TandaTangan

lif at Syauqi Nawawi, M.A 4

es7100s1987

03 1 001

I


(5)

i

Kata Kunci : Teknik Permainan Kata dan Hasil Belajar Siswa.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis puisi dengan menerapkan Teknik Permainan Kata, (2) untuk mengetahui hasil pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan menerapkan Teknik Permainan Kata.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. Metode ini dilakukan dengan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan/tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilaksanakan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada pembelajaran aktif dan menyenangkan melalui penerapan teknik permainan kata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menulis puisi siswa kelas V MIN 16 Cipayung Jakarta Timur dalam pembelajaran dengan menerapkan teknik permainan kata mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui siklus-siklus tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil belajar siswa diperoleh 87.5% atau 35 orang siswa dari 40 orang siswa yang ada memperoleh skor nilai di atas rata-rata. Rata-rata nilai ulangan harian pada siklus I naik sebesar 10% dibanding dengan nilai rata-rata ulangan sebelum diadakan siklus tindakan. Rata-rata nilai ulangan pada siklus II naik sebesar 4.85% jika dibandingkan dengan nilai rata-rata pada siklus I. Rata-rata nilai ulangan harian pada siklus III naik sebesar 3.88% jika dibandingkan dengan nilai rata-rata ulangan harian pada siklus II. Dari hasil observasi di kelas, menunjukkan bahwa siswa yang tingkat apresiasinya tinggi terhadap seni sastra khususnya puisi, terlihat lebih aktif dan antusias sehingga dapat memotivasi siswa yang lain untuk turut aktif dalam proses pembelajaran.Dengan menerapkan Teknik Permainan Kata, siswa berusaha menemukan sendiri ide-ide dan gagasan untuk menulis puisi dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Melalui permainan kata, proses pembelajaran menulis puisi lebih menyenangkan. Penerapan Teknik Permainan Kata dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan menggunakan kata-katanya sendiri.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt,. Pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi berjudul Penerapan Teknik Permainan Kata Dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi di Kelas V MIN 16 Cipayung Jakarta Timur, sudah barang tentu penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan serta dukungan baik moril maupun spiritual, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi. M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Fauzan, M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ahmad Bahtiar, M.Hum. Dosen Pembimbing Skripsi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Para Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan khususnya serta segenap civitas akademika.

5. Teman-teman Mahasiswa Program Peningkatan Kualifikasi S1

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah senasib seperjuangan.

6. Semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat terhadap mereka.

7. Ayah dan Ibunda tercinta yang sangat saya hormati, Istriku tersayang Nurhabibah, tiga buah hatiku tersayang Hanifah Nur Luthfiyah, Muhammad Habib Fathurrahman, dan Achmad Maulana Al Farizi.


(7)

Dan sudah barang tentu pula banyak terdapat kekurangan di dalam penulisan skripsi ini, mengingat keterbatasan yang ada pada penulis. Untuk itu kritik dan saran senantiasa penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Hanya doa tulus yang dapat penulis panjatkan, semoga segala dukungan, bantuan dan bimbingan mereka senantiasa mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah Swt, dan semoga skripsi ini bermanfaat terutama bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca yang budiman, Amin.

Jakarta, 05 Juni 2012 Penulis

Imam Eko Prianto NIM 809018300439


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………. HALAMAN JUDUL ……… HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... HALAMAN PERNYATAAN ………..

ABSTRAK ………...i

KATA PENGANTAR ………ii

DAFTAR ISI ………..iv

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ………. 4

C. Pembatasan Masalah ……… 4

D. Perumusan Masalah ……….. 5

E. Tujuan Penelitian ……….. 5

F. Manfaat Penelitian ……… 5

G. Sistematika Penulisan ……… 6

BAB II LANDASAN TEORI ………. 7

A. Kajian Teori ……… 7

1. Sastra ……… 7

2. Puisi ………. 14

3. Puisi Anak ……….21

4. Strategi Pembelajaran Keterampilan Menulis ………... 30

5. Teknik Permainan Kata dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Puisi ………...32


(9)

B. Hasil Penelitian yang Relevan……….... 41

C. Hipotesis Tindakan ……… 43

BAB III METODE PENELITIAN ………44

A. Tempat dan Waktu Penelitian……… 44

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ……… 44

C. Subjek Penelitian ……… 46

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ……… 46

E. Tahapan Intervensi Tindakan ……… 47

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ……… 48

G. Data dan Sumber Data ……… 49

H. Instrumen Pengumpul Data ……… 49

I. Teknik Pengumpulan Data ………. 49

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ……… 50

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ……….. 51

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ……….. 52

BAB IV HASIL PENELITIAN ……… 54

A. Situasi dan Kondisi Objek Penelitian ………. 54

B. Deskripsi Data ……… 58

C. Pembahasan ……… 71

BAB V PENUTUP ……… 73

A. Kesimpulan ……….. 73

B. Implikasi ……….. 74

C. Saran-saran ……….. 74

DAFTAR PUSTAKA ……… 75 DAFTAR TABEL


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkembangkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pada hakikatnya pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa. Untuk itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan memotivasi siswa agar mereka dapat meningkatkan minat baca terhadap karya sastra sebagai salah satu sarana /medium pembelajaran, karena dengan mempelajarinya siswa diharapkan dapat menarik berbagai manfaat dari kehidupannya.

Seperti halnya bahasa pada umumnya, pengetahuan atau sistem keilmuan bahasa Indonesia juga dapat dikelompokkan menjadi tata bahasa dan kosakata, sedangkan pengetahuan tentang sastra dapat berupa teori sastra, sejarah sastra, kritik sastra, dan sebagainya. Komponen pengetahuan kebahasaan tersebut yang diajarkan dan diujikan, seharusnya berada dalam konteks penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Jadi, pembelajaran dan penilaian keterampilan tentang pengetahuan bahasa sebaiknya menjadi bagian tidak terpisahkan dan atau melekat terpadu (inklusif integrative) dengan pembelajaran dan penilaian keterampilan menggunakan bahasa, yaitu yang berkaitan denga ujian keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis.1

Begitu pula dengan pengetahuan tentang sastra Indonesia, sebaiknya diperlakukan seperti pengetahuan tentang kebahasaan. Maksudnya kepada peserta didik, pembelajaran sastra akan menjadi lebih bermakna apabila pembelajaran tersebut lebih diarahkan kepada apresiasi. Pembelajaran sastra pada peserta didik sebaiknya dihadapkan pada karya-karya sastra secara langsung. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik mau dan mampu untuk menikmati, menghayati

1

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum 2004, Pedoman Khusus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Departemen Agama R.I, 2004), hlm.7


(11)

karya sastra, yang akhirnya diharapkan mereka juga mampu secara kreatif menghasilkan karya sastra sendiri, baik yang berbentuk puisi maupun prosa.2 Maka dari itu seorang guru harus dapat mengarahkan siswa membuat karya sastra yang sesuai dengan minat dan kematangan jiwa mereka. Berbagai upaya dapat dilakukan salah satunya dengan memberikan tugas untuk membuat karya sastra yaitu puisi.

Keterampilan menulis puisi perlu ditanamkan kepada siswa, sehingga mereka mempunyai kemampuan mengapresiasikan puisi dengan baik. Mengapresiasikan sebuah puisi bukan hanya ditujukan untuk penghayatan dan pemahaman puisi, melainkan berpengaruh mempertajam terhadap kepekaan perasaan, penalaran, serta kepekaan anak terhadap masalah kemanusiaan. Kemampuan tersebut ditentukan oleh beberapa faktor penting dalam proses pembelajarannya. Selain penerapan model, metode, dan strategi yang tepat, juga yang sangat menentukan adalah peranan guru dalam proses pembelajaran terhadap siswa.

Pembelajaran menulis puisi di sekolah masih ditemukan berbagai kendala dan hambatan, berkaitan dengan ketepatan penggunaan model atau teknik pembelajaran, permasalahan lain yang timbul dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu suasana pembelajaran yang kurang menggembirakan. Selama ini guru dalam pembelajaran menulis puisi hanya membacakan salah satu puisi dalam buku pelajaran dan memberikan tugas kepada siswa untuk menuliskan puisi tersebut serta membacakannya di depan kelas. Sedangkan siswa tidak memiliki kesempatan untuk menulis puisi dengan bahasa atau kata-katanya sendiri. Model Pembelajaran tersebut kurang menggali kreativitas siswa dalam menulis puisi dengan maksimal. Ketika penulis memberi tugas kepada siswa untuk menulis puisi dengan menggunakan kata-kata sendiri, siswa terlihat mengalami kesulitan dalam menyusun kata-kata. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam proses pembelajaran menulis puisi, anak harus mendapatkan perhatian, arahan, dan

2


(12)

bimbingan mengenai bagaimana cara menggunakan bahasa yang sesuai dengan unsur-unsur yang ada dalam puisi.

Selain kesulitan di atas, suasana yang membosankan juga menjadi kendala bagi anak untuk belajar menulis puisi. Untuk itu perlu diciptakan suasana bermain dalam proses pembelajaran.

Bermain merupakan kegiatan yang menimbulkan kenikmatan yang akan menginspirasi dan merangsang perilaku lainnya. Usia siswa SD merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia. Anak-anak merupakan makhluk yang unik sehingga dalam pembelajaran mereka tidak harus merasa terpenjara. Dengan bermain kreativitas mereka terpicu. Banyak bermain akan meningkat kreativitasnya. Dengan demikian bermain merupakan sarana untuk mengubah potensi-potensi yang ada dalam dirinya .

Bermain adalah dunia anak sekolah dan menjadi hak setiap anak untuk bermain, tanpa dibatasi usia. Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, yang salah satu tujuannya adalah mencari kebahagiaan. Anak yang sedang bermain, bukan saja dapat menikmati permainan itu, melainkan juga memperoleh sejumlah pengalaman belajar yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.3

Melihat kondisi tersebut, akhirnya penulis mempunyai gagasan untuk memperbaiki pembelajaran tersebut dengan menerapkan Teknik Permainan Kata dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Puisi di Kelas V.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Hampir sebagian besar siswa kelas V MIN 16 Cipayung mengalami

kesulitan untuk menulis puisi dengan menggunakan kata-kata, maupun ide-idenya sendiri.

3

M. Subana, dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2000), hlm.207


(13)

2. Guru hanya memberikan contoh puisi dan menugaskan siswa untuk menyalin contoh puisi tersebut tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan menuangkan ide-ide, gagasan, perasaan, dan kreativitas dalam penulisan puisi.

3. Siswa mengalami kesulitan dalam menentukan tema sebuah puisi.

4. Siswa mengalami kesulitan dalam menggunakan dan memilih kata-kata yang mencerminkan suasana hati untuk dituangkan dalam sebuah puisi yang ingin mereka tulis.

5. Siswa kurang memiliki penguasaan kosa kata yang berkaitan dengan karya sastra.

6. Siswa kurang rasa percaya diri dalam menuangkan ide-ide atau gagasan ke dalam kata-kata.

7. Minimnya pengetahuan guru berkaitan dengan seni sastra. 8. Apresiasi siswa terhadap karya sastra sangat kurang.

9. Kurangnya media untuk mengeksplorasi siswa dalam pembelajaran menulis puisi.

10 . Metode yang digunakan dalam pembelajaran puisi tidak menyenangkan, monoton dan membosankan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan masalah-masalah yang dikemukakan di atas maka penulis membatasi pada Penerapan Teknik Permainan Kata Dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi siswa kelas V MIN 16 Cipayung

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis puisi dengan Teknik Permainan

Kata pada siswa kelas V MIN 16 Cipayung?

2. Apakah penggunaan Teknik Permainan Kata dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V MIN 16 Cipayung ?


(14)

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui poses pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan

menggunakan teknik permainan kata di kelas V MIN 16 Cipayung.

2. Untuk mengetahui meningkatnya keterampilan menulis puisi siswa kelas V MIN 16 Cipayung melalui penerapan teknik permainan kata.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti.

Menambah wawasan dalam menerapkan teknik Bermain Kata dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi serta dapat mengetahui tingkat keberhasilan penerapan teknik ini.

2. Bagi Guru.

a. Membangun inovasi dalam pembelajaran menulis puisi.

b.Membantu menentukan suatu teknik kreatif yang dapat

menunjangkeberhasilan pembelajaran.

c. Membantu menemukan desain pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran menulis puisi.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun menjadi lima Bab yang dalam setiap bab nya dibahas dalam beberapa sub bab, secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

Bab I adalah mengenai Pendahuluan, yang mana dalam pendahuluan ini diterangkan: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Malasah, Pembatasan Masalah, dan Perumusan Masalah, Tujuan, Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan.

Bab II tentang Landasan Teori, yang berkaitan dengan Kajian Teori, yang diambil dari Penelitian Pustaka berkaitan dengan Puisi Anak, Metode Pembelajaran Menulis Puisi dan Desain atau Model Pembelajaran; Hasil Penelitian yang Relevan dan Hipotesis Tindakan.


(15)

Bab III menjelaskan tentang Metode Penelitian, yaitu mengenai tempat dan waktu penelitian, metode penelitian dan rancangan siklus penelitian, subjek penelitian, peran dan posisi peneliti dalam penelitian, Tahapan intervensi tindakan, hasil intervensi tindakan yang diharapkan, data dan sumber data, instrument pengumpulan data, teknik pengumpulan data, Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan, Analisis Data dan Interpretasi Data, Pengembangan Perencanaan Tindakan.

Bab IV menjelaskan mengenai Hasil Penelitian, terkait dengan Deskripsi, Analisis Data, dan Pembahasan.


(16)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Sastra

a. Pengertian Sastra

Pengertian sastra sangat beragam. Berbagai kalangan mendefinisikan pengertian tersebut menurut versi pemahaman mereka masing-masing. Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Secara lebih rinci lagi, pada mulanya pengertian sastra amat luas, yakni mencakup segala macam hasil aktivitas bahasa atau tulis-menulis.

Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.

Menurut definisi Usman Effendi, Kesusasteraan ialah: “Semua karya cipta manusia dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa keindahan (bagus).”1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kesusasteraan adalah karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.2

1

Ayu Wilujeng, Inti Sari Kata Bahasa Indonesia, (Surabaya :Serba Jaya ,2006), hlm.166 2

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1990), hlm.786


(17)

Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.

Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan Puisi, Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun, dan Syair sedangkan contoh karya sastra Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama.

Pengertian Sastra Menurut Para Ahli:3

1. Mursal Esten

Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

2. Semi.

Sastra. adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

3. Panuti Sudjiman.

Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapanya.

4. Ahmad Badrun.

Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alat, dan bersifat imajinatif.

5. Engleton.

Sastra adalah karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa

3

http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/ pengertian-sastra-secara-umum-dan-menurut-para-ahli/Senin,19/03/2012.


(18)

yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil.

6. Plato

Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.

7. Aristoteles

Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.

8. Robert Scholes.

Tentu saja, sastra itu sebuah kata, bukan sebuah benda

9. Sapardi Djoko Damono.

Memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan social.

10.Taum.

Sastra adalah karya cipta atau fiksi yang bersifat imajinatif” atau “sastra adalah penggunaan bahasa yang indah dan berguna yang menandakan hal-hal lain”

Seiring dengan meluasnya kebiasaan membaca dan menulis, pengertian tersebut menyempit dan didefinisikan sebagai segala hasil aktivitas bahasa yang bersifat imajinatif, baik dalam kehidupan yang tergambar di dalamnya, maupun dalam hal bahasa yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan itu. Untuk mempelajari sastra lebih dalam lagi, setidaknya terdapat 5 karakteristik sastra yang mesti dipahami.

Pertama, pemahaman bahwa sastra memiliki tafsiran mimesis. Artinya, sastra yang diciptakan harus mencerminkan kenyataan. Kalau pun belum, karya sastra yang diciptakan dituntut untuk mendekati kenyataan.


(19)

Kedua, manfaat sastra. Mempelajari sastra mau tidak mau harus mengetahui apa manfaat sastra bagi para penikmatnya. Dengan mengetahui manfaat yang ada, paling tidak kita mampu memberikan kesan bahwa sastra yang diciptakan berguna untuk kemaslahatan manusia.

Ketiga, dalam sastra harus disepakati adanya unsur fiksionalitas. Unsur fiksionalitas sendiri merupakan cerminan kenyataan, merupakan unsur realitas yang tidak 'terkesan' dibuat-buat.

Keempat, pemahaman bahwa karya sastra merupakan sebuah karya seni. Dengan adanya karakteristik sebagai karya seni ini, pada akhirnya kita dapat membedakan mana karya yang termasuk sastra dan bukan sastra.

Kelima, setelah empat karakteristik ini kita pahami, pada akhirnya harus bermuara pada kenyataan bahwa sastra merupakan bagian dari masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa sastra yang ditulis pada kurun waktu tertentu memiliki tanda-tanda, yang kurang lebih sama, dengan norma, adat, atau kebiasaan yang muncul berbarengan dengan hadirnya sebuah karya sastra.

b. Jenis jenis sastra

1. Puisi yaitu karya seni sastra yang dalam penyajiannya sangat mengutamakan keindahan bahasa dan susunan kalimatnya lebih dipadatkan.

Berdasarkan masa atau zamannya, puisi meliputi puisi lama, puisi baru. Puisi lama adalah puisi yang merupakan peninggalan sastra melayu lama, yang terdiri dari puisi asli dan puisi pengaruh sastra asing.4 Salah satu contoh puisi asli masyarakat Melayu adalah Pantun, dan contoh puisi asing pengaruh sastra Arab adalah Syair. Pantun adalah bentuk puisi lama yang mengutamakan keindahan bahasa, pemadatan makna kata, serta bentuk penulisannya yang berbait-bait. Sedangkan syair adalah jenis puisi lama seperti halnya pantun, dan terikat oleh aturan-aturan baku.5

4

Ahmad Furqon, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, (Bandung : Penerbit Epsilon Goup,2007), hlm.124

5


(20)

Contoh lain jenis puisi lama adalah Mantra, Talibun, dan Karmina. 2. Prosa adalah sebuah karya sastra yang susunan kalimatnya lebih

diperluas/dijabarkan. Karya sastra jenis prosa meliputi novel, cerita/cerpen, dan drama.

c. Tujuan Pembelajaran Puisi

Tujuan pengajaran puisi menurut Rizanur Gani,19816 dapat ditampung dalam rumusan-rumusan sebagai berikut:

(a) membina dan mengembangkan kearifan menangkap

isyarat-isyarat kehidupan dengan sekurang-kurangnya mencakup; keterampilan bahasa, pengetahuan budaya, pengembangan rasa,karsa, dan pembentukan watak.

(b) Menghibahkan pandangan komprehensif tentang cipta budaya

nasional: membina anak didik memiliki rasa bangga, keyakinan mandiri, dan rasa memiliki.

d. Metode Pembelajaran Sastra

1. Ceramah.

Dirto Hadisusanto mengatakan; ‘Ceramah dikenal sebagai pemberian informasi, tetapi ada batasan tertentu yang justru terdapat dalam ingatan, yaitu kadar perhatian, dan motivasi siswa’7.

Metode ceramah menitikberatkan pada penyajian bahan atau materi pelajaran dalam bentuk informasi dari guru kepada murid.

Selanjutnya Rochman Natawijaya, H.A. Moes mengatakan; ‘ceramah merupakan salah satu metode mengajar tradisional yang menganggap siswanya tidak memiliki potensi dalam belajar. Guru

6

Drs. Mukhsin Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa & Apresiasi Sastra, (Malang : Yayasan Asih Asah Asuh, 1990), hlm.123

7

M.Subana, dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung : Pustaka Setia , 2000), hlm.94


(21)

berperan sebagai sebagai pemindah informasi secara oratorik kepada siswa sebagai pendengar pasif’8

.

Berdasarkan batasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode ceramah merupakan cara menyampaikan bahan atau materi pelajaran dalam bentuk informasi.

Dari hasil penelaahan terhadap konsep ceramah, maka dapat dikemukakan bahwa ciri-ciri metode ceramah, tersebut antara lain :

a) Berbentuk informasi yang bersifat tetap baik bahan baru maupun sumbernya.

b) Materi berbentuk rangkuman.

c) Komunikasi satu arah.

d) Waktu terbatas, sedangkan jumlah peserta didik cukup

banyak.

2. Demontrasi.

Metode demonstrasi adalah cara mengajar guru untuk menunjukkan atau memperlihatkan suatu proses sehingga siswa dapat melihat, mengamati, mendengar, meraba-raba, dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru.

Ciri-ciri metode demonstrasi :

a) Guru melakukan percobaan.

b) Guru menunjukkan cara mempergunakan alat-alat,

mengatur atau menyusun sesuatu.

c) Siswa mendemonstrasikan atau mempraktekkan .

d) Siswa memilih dan memperbandingkan cara yang terbaik.

3. Simulasi

Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti “pura-pura” atau “berbuat seolah-olah” dan juga simulationyang berarti “tiruan” atau “perbuatan yang hanya berpura-pura saja”.

8


(22)

Sebagai metode mengajar, simulasi merupakan cara penyajian pelajaran dengan mengunakan situasi tiruan atau berpura-pura untuk memperoleh pemahaman tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.

Jenis-jenis simulasi : a) Sosio Drama

Permainan yang dilakukan bertitik tolak dari permasalahan social atau permasalahan yang menyangkut hubungan antar manusia.

Contoh : pergaulan remaja.

Tujuan : mencari alternatif pemecahan terhadap

permasalahan sosial secara baik. b) Psikodrama

Psikodrama adalah drama yang bertitik tolak dari permasalahan yang menyangkut psikologis manusia atau dalam hubungan antar manusia.

Tujuan : untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.

c) Permainan Peran (Role Playing)

Permainan peran atau role playing adalah jenis metode simulasi yang bertitik tolak dari permasalahan yang berhubungan dengan tujuan untuk mengkreasi kembali peristiwa sejarah masa lalu, mengkreasi kemungkinan masa depan, atau mengekspos kejadian masa kini.

4. Metode Out door.9

Metode out door merupakan metode pembelajaran yang menggunakan lingkungan luar ruangan atau luar sekolah. Dalam metode ini peserta didik diajak ke luar ruangan menuju taman, atau

9


(23)

halaman sekolah untuk melihat langsung objek-objek mana yang dapat diambil sebagai salah satu ide atau gagasan dalam penulisan judul sebuah puisi.

Metode out door dikenal juga dengan teknik out bond.10 Teknik ini pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan metode out door. Teknik out bond dilakukan dengan memilih tempat di alam terbuka misalnya; tepi sungai, lapangan, taman, di objek wisata, di keramaian dan sebagainya.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam teknik outbond adalah:

a) Memilih tempat/lokasi yang cocok dengan tema yang

dipilih.

b) Memaksimalkan objek langsung sebagai sumber inspirasi dan ekspresi.

c) Mengekspresikannya sesuai dengan objek amatan dengan menggunakan kata-kata sendiri.

d) Menata dengan baik berbasis objek langsung.

2. Puisi

a. Pengertian Puisi.

Terdapat beberapa definisi berkaitan dengan puisi antara lain:

1) Puisi ialah karangan yang menggunakan kata-kata yang indah dan banyak makna.11

2) Keindahan puisi disebabkan oleh kesamaan bunyi atau irama, juga oleh

gaya bahasa seperti pengulangan dan klimaks atau anti klimaks.12

10

www.mashudismada.wordpress.com/2010/11/06/variasi teknik kreatif dalam pengajaran menulis puisi/Senin,07/05/2012.

11

Yoce Aliyah Darma, Kaka Rosdianto, dan Sahrum, Intisari Bahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas 4,5, dan 6 (Bandung : CV.Pustaka Setia, 2007), hlm.180

12


(24)

3) Puisi adalah teks sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan bait dan larik.13

4) Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, serta penyususnan bait dan larik. Puisi bebas adalah puisi yang tidak terikat oleh rima dan irama serta tidak terikat oleh jumlah larik dalam setiap bait.14

Ciri-ciri puisi dapat dilihat dari bahasa yang dipergunakan serta dari wujud puisi tersebut. Bahasa puisi mengandung rima, irama, dan kiasan, sedangkan wujud puisi terdiri dari bentuknya yang berbait, letak yang tertata ke bawah, dan tidak mementingkan ejaan.

Jadi, Puisi adalah salah satu karya sastra yang merupakan ungkapan hati penyair tentang pengalaman hidupnya baik suka maupun duka yang penulisannya mengutamakan keindahan bahasa dan terikat oleh rima, irama, matra, serta penyusunan bait dan larik.

b. Macam-macam Puisi.

Berdasarkan waktu kemunculannya puisi dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu puisi lama, puisi baru, dan puisi modern.

Puisi lama adalah puisi yang lahir sebelum masa penjajahan Belanda, sehingga belum tampak adanya pengaruh dari kebudayaan barat. Sifat masyarakat lama yang statis dan objektif, melahirkan bentuk puisi yang statis pula, yaitu sangat terikat pada aturan tertentu. Puisi lama terdiri dari mantra, bidal, pantun, dan karmina, talibun, seloka, gurindam, dan syair.15

Puisi baru adalah puisi yang muncul pada masa penjajahan Belanda, sehingga pada puisi baru tampak adanya pengaruh dari kebudayaan Eropa.

13

Edi Warsidi dan Farika, Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 5, (Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm.35

14

Tim Bina Bahasa, Bahasa Indonesia Kelas 5 SD, ( Jakarta: Yudistria, 2007), hlm.109 15

http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com content&view=article&id=58:pbin-4104-teori-sastra&Itemid=75&catid=30:fkip/Kamis,17/05/2012


(25)

Penetapan jenis puisi baru berdasarkan pada jumlah larik yang terdapat dalam setiap bait. Jenis puisi baru dibagi menjadi distichon, terzina, quatrain, quint, sextet, septima, stanza atau oktaf, serta soneta.16

Puisi modern adalah puisi yang berkembang di Indonesia setelah masa penjajahan Belanda. Berdasarkan cara pengungkapannya, puisi modern dapat dibagi menjadi puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik.

c. Unsur-unsur Puisi.

Sebah puisi terbentuk oleh dua aspek yang saling berkaitan, yaitu sesuatu yang ingin diekspresikan dan sarana pengekspresiannya. Yang pertama lazim disebut sebagai unsur isi, sedangkan yang kedua adalah bentuk.Unsur isi mencakup aspek gagasan, ide,emosi, atau biasa disebut tema atau makna. Sedangkan unsur bentuk misalnya berbagai aspek kebahasaan dan tipografi. Unsur-unsur tersebut biasa dikenal dengan unsur intrinsik, yang mencakup antara lain:

1. Bunyi, yang meliputi: asonansi, aliterasi, persajakan, efoni, dan kakofoni. Aspek bunyi dalam sebuah puisi merupakan hal yang penting, karena sangat menentukan keberhasilan puisi sebagai sebuah karya seni.Pada derajat tertentu puisi dapat dipandang sebagai permainan bahasa lewat seleksi kata-kata yang ketat. Aspek bunyi dalam banyak hal akan mendukung pencapaian efek kepuitisan sebuah puisi.Adanya unsur kepuitisan dalam sebuah puisi memberikan semcam jaminan bahwa puisi itu indah, atau setidaknya “berhak” disebut indah, bersifat literer, atau memiliki nilai kesastraan.17

Keindahan bunyi dalam sebuah puisi terasa intensitasnya setelah puisi itu dibacakan, dan bahkan jika mungkin dilagukan. Tidak sekadar dilihat secara visual dalam bentuk tulisan. Sebagai contoh adalah puisi anak.

16

http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com content&view=article&id=58:pbin-4104-teori-sastra&Itemid=75&catid=30:fkip /Kamis,17/05/2012.

17

Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, , (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005 ), hlm.322


(26)

Dalam puisi anak, pencapaian efek kepuitisan lewat permainan bunyi biasanya lebih intensif, dan itu secara nyata dapat didengar dalam puisi-puisi lagu atau tembang-tembang dolanan.18 Salah satu contoh adalah puisi lagu dan puisi anak dibawah ini.

Potong Bebek Angsa Potong bebek angsa masak di kuali Nona minta dansa dansa empat kali Sorong ke kiri sorong ke kanan Tra lala lala lala lala lala Sorong ke kiri sorong ke kanan Tra lala lala lala lala lala

Masuk ke hutan ambil rambutan Dikejar-kejar sama orang hutan

Guruku Padamu Ibu guruku

Kuucapkan terima kasihku Yang tanpa lelah mengajarku Pagi siang tanpa henti

Walau letih tak terperi Padamu Ibu guruku Kuhaturkan rasa hormatku

Yang tanpa keluh kesah mendidikku Demi tercapai cita-citaku

Padamu Ibu guruku Kukirimkan doa untukmu Agar Allah selalau memberimu Kesehatan dan keselamatan selalu

(Ananda Yasmin Farhanah, 10 tahun, kelas V SDN Ngemplak 2, Bogor) 19

Persajakan, rima. Aspek bunyi pada puisi menduduki peran yang penting untuk pencapaian keindahan.Aspek bunyi biasanya sengaja dieksploitasi dan didayakan lewat bentuk-bentuk perulangan dengan mengikuti pola-pola tertentu sehingga terlihat terdengar lebih menarik, indah dan merdu.Pola perulangan bunyi

18

Ibid,hlm.322

19Ibid


(27)

yang sengaja ditimbulkan dan didayakan untuk menecapai efek keindahan itulah yang kemudian dikenal sebagai persajakan, sajak, atau rima.

Dalam sebuah puisi munculnya bunyi-bunyi dalam persajakan membangkitkan atau mengundang bunyi-bunyi pada kata-katalain yang mirip.Hal ini yang dikenal sebagai daya evokasi yaitu kemampuan untuk membangkitkan bunyi lain secara ekspresif.

Pada puisi lagu yang berjudul “Potong Bebek Angsa” di atas pendayaan pola bunyi dilakukan lewat persajakan dengan dominannya vocal /u/, /a/, dan suku kata yant berakhir dengan /an/. Selain itu, aspek irama yang berupa pembagian larik ke dalam dua periodus juga terasa dominan, misalnya : //Potong bebek angsa/masak di kuali//Nona minta dansa/dansa empat kali//sorong ke kiri/Sorong ke kanan//.

Pada puisi yang ke dua, aspek bunyi didominasi oleh bunyi vocal /u/, /a/, dan /i/. Aspek bunyi dalam sebuah puisi selain berfungsi sebagai persajakan dan pendukung arti, juga sekaligus sebagai pembangkit suasana tertentu.Misalnya, suasana senang, riang gembira,sedih, duka, muram, tak berdaya, religious, khusyuk, romantis, dan sebagainya.

Persajakan yang dimaksud dapat berupa pola perulangan bunyi konsonan dan vokal yang masing-masing dikenal sebagai aliterasidanasonansi.

Aspek bunyi juga berfungsi sebagai peniru bunyi (anomatope) bunyi-bunyian alamiah seperti suara laut, hujan, kucing, anjing, kereta api, mobil, delman, kicau burung , dan lain-lain yang juga mendukung keindahan puisi itu sendiri.Puisi anak yang banyak mendayakan bunyi tiruan itu adalah puisi lagu yang bersifat universal, misalnya puisi lagu “Naik Delman”.

Naik Delman20

Pada hari Minggu ku turut ayah ke kota Naik delman istimewa ku duduk di muka

Ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja Mengendali kuda supaya baik jalannya

Hai… tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk

20 Ibid,


(28)

Tuk tik tak tik tuk tik tak suara sepatu kuda

Irama.Aspek irama (rhytm) dan rima (rhyme) sering muncul secara bersamaan dalam sebuah puisi karena berangkat dan muncul dari permainan bunyi, yang secara sengaja didayakan dan dipolakan lewat bentuk-bentuk perulangan.

Irama dalam sebuah puisi berkaitan dengan gerak, alunan, bunyi yang teratur dan ritmis yang akan terasa bila puisi itu dibacakan. Irama dalam sebuah puisi juga dapat dibangkitkan lewat urutan kata, urutan kelompok kata, lewat berbagai bentuk repetisi dan paralelisme. Repetisi dan paralelisme sebenarnya memiliki kesamaan, yaitu sama-sama mensyaratkan adanya pengulangan sesuatu yang sama atau mirip.

Penyebutan kata yang berjenis sama, misalnya sama-sama kata kerja transitif, secara berurutan akan menghasilkan paralelisme kata. Penyebutan frase yang mirip secara berurutan akan menghasilkan paralelisme frase.Begitu juga halnya dengan larik dan bait.Sebagai contoh adalah pada puisi-puisi tradisional sepeti pantun, karmina (pantun kilat) yang biasanya memiliki pola persajakan a, b, a, b di bawah ini ;

Gendang gendut tali kecapi Kenyang perut senanglah hati Atau,

Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu

Bersenang-senang kemudian

2. Kata, yang membahas tentang pengulangan kata dan diksi.

Kata-kata adalah pengusung makna yang utama yang sekaligus penyedia warna keindahan sebuah puisi. Eksistensi dan keindahan sebuah puisi


(29)

sebagai sebuah karya sastra amat ditentukan oleh kualitas kata-kata yang membangunnya.21

Seleksi kata atau diksi, yaitu pemilihan atau penyarinagn kata-kata lewat berbagai bentuk “permainan” bahasa, lewat berbagai citraan dan ungkapan, ketepatan bunyi dan lain-lain pertimbangan.22

Dalam upaya menyeleksi kata berkaitan dengan penulisan puisi, saran umum yang biasanya diajukan untuk memperluas kosa kata yaitu, (1) pemakaian kamus umum dan sinonim yang baik, (2) pemasukan kata baru di dalam tulisan , dan (3) usaha membaca jenis tulisan sebanyak-banyaknya, dan berbagai cara lain untuk mencapai kosa kata yang luas dan memperoleh kepekaan bahasa yang luas.23

Berkaitan dengan kosa kata, biasanya pemilihan kata dalam penulisan puisi tidak terlepas dari sinonim. Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada dasarnya mempunyai makna yang sama tetapi bentuknya berbeda.Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengkonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud.24

3. Sarana Retorika, yang berisi gaya pemajasan implisit dan penyiasatan struktur.

4. Tema

Tema merupakan sesuatu yang ingin diiekspresikan oleh

penulis/pengarang. Sesuatu itu dapat berupa gagasan, ide, pengalaman, emosi atau hal-hal yang lain yang kesemuanya dapat dikategorikan ke dalam aspek kandungan isi. Adapun tema-tema yang banyak ditemui

21

Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, , (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2005 ), hlm.333

22 Ibid

), hlm.333 23

Alek, H.Achmad H.P, Buku Ajar Bahasa Indonesia, FITK PRESS (Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan UIN Syarif Hidayatullah , 2009), hlm. 147-148

24

E.Zaenal Arifin, S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,(Jakarta : CV Akademika Pressindo, 2000),hlm.29


(30)

dalam puisi anak antara lain adalah masalah keluarga, persahabatan, liburan, dan hal-hal lain yang berkaitan erat dengan dunia anak.

3. Puisi Anak

a. Pengertian Puisi Anak

Puisi anak adalah puisi yang isinya tentang anak-anak dengan segala aspek kehidupannya. Tentang kriteria puisi yang bagaimana yang sesuai untuk puisi anak, pada intinya harus memenuhi dua kriteria yaitu : keterbacaan dan kesesuaian. Keterbacaan sangat berkaitan erat dengan penggunaan bahasa yang sesuai dengan kemampuan anak mudah dicerna oleh anak. Sedangkan kesesuaian berhubungan dengan lingkungan kehidupan anak dan sesuai dengan perkembangan jiwa anak.

Pada umumnya usia anak SD/MI berkisar antara 6 sampai dengan 12 tahun. Menurut Rahmanto 1993; usia SD/MI bisa memiliki dua tahapan, yaitu tahap pengkhayal (8 s/d 9 th), dan tahap romantik (10 s/d 13 tahun).Selisihnya sudah merupakan tahap realistik untuk ukuran anak SMP, tetapi tidak menutup kemungkinan akan adanya siswa SD/MI yang sudah memasuki tahap realistik. Kemungkinan ini bisa terjadi karena pengaruh perkembangan ilmu dan teknologi.25

b. Jenis-jenis Puisi Anak

Puisi anak dapat dibedakan ke dalam jenis-jenis tertentu berdasarkan sudut pandang tertentu. Pembedaan yang sering digunakan adalah yang didasarkan isi kandungan yang ingin disampaikan.

Menurut Huck, Michelle dkk (1987:406) dalam Burhan Nurgiyantoro, membedakan puisi anak ke dalam jenis :

1.Puisi Balada adalah puisi yang berisi cerita yang diadaptasikan untuk dinyanyikan atau paling tidak dapat memberikan efek nyanyian. Karakteristik puisi jenis balada antara lain adalah dipergunakannya dialog dalam pengisian

25

Djago Tarigan, dkk., Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2005), hlm.11.26


(31)

cerita, kuatnya aspek repetisi bunyi yang terwujud dalam bentuk rimadan irama, dan adanya unsur refrain sebagaimana dalam nyanyian26.

Adapun contoh puisi jenis balada salah satunya adalah puisi karya Sherly Malinton yang memiliki aspek balada dan khas puisi anak di bawah ini:

Mama, Ada Orang Meminta-minta di Pintu Pagar Mama, ada orang minta-minta di pintu paga

Kasihan sekali. Matanya buta, jalannya meraba-raba

Sherly hanya dapat memberinya spotong coklat dan gula-gula. Karena sisa uang jajanku hari ini habis untuk membeli buku. Mama ada orang minta-minta di pintu pagar.

Kasihan sekali.

Tampaknya lapar dan belum makan sejak pagi barangkali uang belanja masih tersisa Ma,. Sebagian dapat diberikan padanya,

untuk membeli sebungkus nasi atau makanan.

Mama, orang minta-minta itu telah meninggalkan pintu pagar. Dengan uang yang dua ribu rupiah, wajahnya kelihatan cerah. Ia kembali berjalan tersaruk-saruk dituntun oleh tongkatnya menuju rumah tetangga.

(Sherly Malinton, Bunga Anggrek untuk Mama, 1981:16)27

2.Puisi Naratif

Puisi Naratif adalah puisi yang berisi cerita. Adapun wujud puisinya dapat berupa puisi lirik, sonata, atau syair. Jadi puisi naratif adalah puisi yang disampaikan dalam bentuk cerita. Salah satu contoh puisi naratif adalah puisi karya Leon Agusta berjudul “Putri Bangau”, yang pernah ditayangkan di salah satu stasiun televisi dalam bentuk drama singkat dengan judul “Bangau Terbang Senja”.

Jadi, puisi hanyalah bentuk penyampaian, sedang yang disampaikan adalah cerita. Dapat di katakan pula bahwa puisi naratif adalah sebuah cerita yang

26

Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak-Pengantar Pemahaman Dunia Anak, ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press,2005 ), hlm.358

27 Ibid.


(32)

disampaikan melalui puisi, yang diekspresikan dalam bentuk bahasa yang singkat padat dan mempertimbangkan unsur keindahan yang dimanifestasikan dalam larik-larik yang pendek dan bait-bait.

3.Puisi Lirik

Puisi Lirik adalah puisi yang mengambarkan suasana hati, jiwa, perasaan, dan pikiran. Puisi lirik adalah puisi curahan jiwa. Lewat puisi lirik itu penulis berusaha mengekspresikan kejiwaannya untuk berbagi rasa dan pengalaman kepada orang lain, agar orang lain dapat juga merasakan apa yang dirasakannya, dan memperoleh pengalaman emosional sebagaimana yang dialaminya.

c. Langkah-langkah Membuat Puisi28

Sastra bentuk puisi banyak macamnya. Namun yang akan dibahas di sini

hanyalah 3 macam saja yaitu:

1. Pantun

2. Syair

3. Sajak Bebas

Pantun dan syair merupakan bagian dari puisi lama. Adapun alasan mengapa kedua bentuk puisi ini dipilih untuk disajikan adalah, karena keduanya merupakan bentuk puisi tertua di Indonesia. Lagipula kedua puisi tersebut sampai saat ini masih sering dipergunakan, terutama pada buku-buku teks untuk pelajaran baik SD/MI maupun jenjang lainnya yang lebih tinggi. Ada pula di beberapa tempat masih dipakai sebagai dolanan atau permainan anak-anak. Sedangkan sajak-sajak bebas atau biasa disebut puisi bebas atau puisi modern adalah bentuk puisi baru yang muncul pada zaman baru yaitu tahun 1945, ketika masih dalam suasana cenderung ingin kebebasan dan kemerdekaan. Oleh karena itu, puisi bentuk ini sangat mementingkan isi dan mempergunakan kata-kata yang singkat serta menggambarkan hal-hal yang nyata atau realistis yang tidak mengikuti pola-pola puisi lama. Untuk mengetahui karakteristik ketiga puisi tersebut dapat diliha pada contoh berikut:

28

Djago Tarigan, dkk., Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka,2005), hlm.11.27


(33)

A. 1. Kalau ada sumur di ladang 2. Boleh kita menumpang mandi 3. Kalau ada umur panjang 4. Boleh kita berjumpa lagi. B. 1. Akan ramah putri bangsawan 2. Parasnya elok sukar dilawan. 3. Sedap manis barang kelakuan. 4. Sepuluh tahun umurnya tuan.

C. Doa Seorang Anak Kecil (Untuk Ayah ) Kutahu engkau letih

Kutahu engkau pusing Kutahu engkau mengantuk

Kutahu pula engkau ingin istirahat Itu Kutahu semua

Tapi kutak bisa berbuat apa-apa Untuk membantu pekerjaanmu Selain hanya berdoa kepada Tuhan

Agar engkau diberi rahmat dan perlindungan Agar kau diberi ketabahan hati

Agar kau diberi kesehatan dan keselamatan Semoa Allah mengabulkan doaku ini Amin

Karya Anita (Dalam Sumardi, dkk)29 Dari ketiga contoh tersebut dapat diidentifikasi bahwa:

1) Ciri-ciri Pantun

a) Tiap bait terdiri dari baris.

b) Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.

c) Sajaknya berirama, berumus a-b, a-b atau bunyi akhir baris

pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga, dan bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat.

29Ibid,


(34)

d) Kedua baris pertama merupakan sampiran, sedangkan isi terdapat pada kedua baris terakhir.

2) Ciri-ciri Syair

a) Tiap bait terdiri dari empat baris.

b) Tiap baris terdiri dari 8-13 suku kata, tetapi biasanya 10 atau 11 suku kata.

c) Bunyi akhir tiap kalimatnya sama atau bersajak a-a, a-a

d) Antara baris yang satu dengan baris yang lainnya merupakan satu kesatuan cerita.

3) Ciri-ciri sajak bebas/puisi modern

a) Sangat mementingkan isi

b) Jumlah kalimat dan jumlah baris tidak penting.

c) Pilihan kata sangat diutamakan.Terutama kata yang mengandung

imajinasi, gaya bahasa, dan ketepatgunaan kata.

d) Persajakan bukan suatu keharusan.Artinya boleh bersajak sama

boleh tidak. 4) Cara Membuat Pantun

1) Menentukan isi pantun, biasanya berupa maksud, tujuan membuat

pantun.Misalnya agar giat belajar.

2) Tuliskanlah tujuan tersebut dalam dua baris kalimat yang tiap barisnya tidak kurang dari 8 suku kata dan tidak lebih dari 12 suku kata.

3) Kedua kalimat tersebut diletakkan pada bagian isi pantun yaitu baris ketiga dan keempat.

4) Carilah kata-kata yang bunyi akhirnya sama.

5) Buatlah kalimat dari masing-masing kata temuan tersebut.

6) Letakkan kalimat buatan tersebut pada kalimat pertama dan kedua

sehingga akan bersajak sama antara baris 1 dan 3, baris 2 dan 4. Untuk lebih jelasnya, dapat dperhatikan contoh berikut ini:


(35)

1. ……….

2. ……….

3. Jika kamu rajin belajar

4. Pasti kelak akan berhasil

Langkah 4 mencari kata-kata yang sama bunyi akhirnya dengan akhir kalimat 3 dan 4. Kata-kata yang sama bunyinya pada akhir kalimat mungkin dapat ditemukan pada deretan kata-kata di bawah ini :

3; pagar, jajar, gitar, layar, datar, pasar, ajar, dan lain-lain. 4; pensil, kail, kerikil, kecil, ambil, kancil, bedil, dan lain-lain.

Langkah 5 kita pilih dari sini 2 alternatif yaitu Pasar dan pensil atau layar dan kail.

Alternatif yang pertama kalimatnya menjadi : 1a. Kalau kamu pergi ke pasar.

1b. Jangan lupa membeli pensil. Alternatif ke dua kalimatnya menjadi : 2a. Kalau kamu pergi berlayar.

2b. Jangan lupa membawa kail.

Langkah ke 6 ada 2 alternatif pantun,yaitu pertama :

1. Kalau kamu pergi ke pasar.

2. Jangan lupa memberli pensil.

3. Kalau kamu rajib belajar.

4. Pastilah kelak akan berhasil. Sedangkan alternatif ke dua :

1. Kalau kamu hendak berlayar

2. Jangan lupa membawa kail.

3. Kalau kamu rajin belajar.

4. Pastilah kelak akan berhasil.

Dari contoh di atas dapat kita kembangkan menjadi bermacam-macam pantun. Kita dapat merangkai kalimat sebanyak yang kita inginkan untuk mendapatkan sampiran. Sampiran bisa kita temukan dari sebanyak kosa kata-kosa kata yang kuasai. Jadi, intinya adalah penguasaan kosa kata. Kita juga dapat


(36)

membuat isi pantun menjadi bermacam-macam, bisa berupa nasihat, anjuran, larangan, slogan dan lain-lain.

5). Cara membuat syair

Antara pantun dan syair terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan antara keduanya adalah sama-sama merupakan bentuk puisi lama, yang sampai saat ini dipakai. Masing-masing memiliki bait yang jumlah barisnya 4 baris, dan jumlah suku katanya sama. Sedangkan perbedaannya adalah bahwa syair tidak ada sampiran. Semua baris merupakan isi yang saling berkaitan. Bunyi akhir tiap barisnya sama.

Langkah-langkah membuat syair:

1. Tulislah satu kalimat pernyataan, isinya tentang apa saja. Misalnya; Lucunya adikku Syafril.

2. Amatilah bunyi kata akhir kalimat pernyataan tadi yaitu Syafril. 3. Carilah kata sebanyak-banyaknya yang fonem suku terakhirnya berbunyi il. Seperti : kecil, mungil, jahil, tahlil, kancil, kikil, tengil, dekil, martil dan lain-lainnya.

4. Buatlah kalimat dari tiap kata tersebut dengan posisi kata yang dibuat terletak pada akhir kalimat.

5. Pilihlah dari kalimat yang telah dibuat, yang dapat disesuaikan dengan kalimat pertama.

6. Urutkan sampai berjumlah empat baris, hingga menjadi satu bait. Juika kalimatnya lebih, maka buatlah kelompok baris berikutnya, hingga menjadi bait lagi. Dan begitu seterusnya.

Contoh:

Lucunya adikku Syafril. Dia masih sangat kecil. Suka sekali meminta pensil. Untuk menggambar kancil.


(37)

Kita juga dapat membuat contoh seperti berikut: Aku anak sehat

Tubuhku kuat

Aku suka sekali makan buah tomat Apalagi buah alpukat

6). Membuat puisi modern atau sajak bebas

Pada prinsipnya jenis puisi modern hampir sama dengan syair dalam hal hubungan antar kalimatnya. Hanya saja, kalau syair sangat memerlukan persajakan yang berpola sama, sedangkan sajak bebas boleh sama boleh tidak dan tidak memerlukan bait-bait. Oleh sebab itu puisi modern disebut juga sajak bebas.

Langkah-langkah dalam membuat puisi modern/sajak bebas adalah sebagai berikut :30

1. Amati objek/sesuatu di sekitar yang akan ditulis.

2. Tentukan temanya.

3. Tuliskanlah tema itu menjadi judul puisi.

4. Kembangkan menjadi cerita.

5. Susunlah tiap kalimat berurutan ke bawah. Satu baris berisi satu kalimat yang tidak terlalu panjang.

6. Jika ada kalimat yang panjang, perpendeklah dengan membuang kata

tugas satu menjadi kalimat-kalimat inti.

7. Carilah kalimat atau kata yang bisa diganti dengan kata yang memiliki intensitas makna yang lebih kuat dan lebih imajinatif. Misalnya: kata angin diganti dengan bayu, hitam diganti dengan pekat, kelam, matahari diganti dengan mentari, sang surya.

8. Perbaiki terus kata tiap kalimat jika dianggap masih kurang memenuhi keindahan bunyi, boleh dengan mempergunakan gaya bahasa, hingga menghasilkan cerita yang singkat, tepat, padat, disamping memiliki unsur keindahan bunyi.

30

Karsidi dan Nafron Hasjim, Gemar Berbahasa Indonesia 5 untuk Kelas V SD dan MI, (Solo : PT.Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2006), hlm.71


(38)

Contoh : 1. Lampu

2. Tergantung di langit-langit 3. Warnanya sudah tidak jelas lagi. 4. Dengan sinarnya semua menjadi terang 5. Semua bisa melakukan kegiatan

6. Apalagi pada malam hari 7. Tambah berguna

8. Tidak akan kegelapan.

9. Tapi terangnya terhalang oleh debu-debu 10.Sehingga tidak jelas lagi terangnya 11.Karena aku lupa membersihkan.

Perhatikan kata-kata atau kalimat yang dicetak miring dapat dipendekkan/dipadatkan atau diganti dengan kata-kata yang lebih berkesan imajinatif, sehingga menghasilkan sebuah puisi bebas seperti berikut:

Lampu Lampu

Tergantung di langit-langit Warnamu memudar

Sinarmu menerangi segala Tanpamu

Aku tak akan menjadi pintar Bila malam datang

Kau bebaskan aku dari gulita

Dengan cahyamu yang kian memudar Sayang


(39)

4.

Strategi Pembelajaran Keterampilan Menulis

1. Pengertian

Menulis adalah meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu bahasa sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca simbol-simbol grafis itu sebagai bagian penyajian satuan-satuan ekspresi bahasa.

Menulis juga dapat dipandag sebagai upaya untuk merekam ucapan orang menjadi bahasa baru, yaitu bahasa tulisan. Bahasa tulisan adalah suatu jenis notasi bunyi, tekanan nada, isyarat atau gerakan, dan ekspresi muka yang memindahkan arti dalam ucapan atau bicara manusia.31

2. Tujuan

Pembelajaran menulis pada dasarnya dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut:32

a. Mendorong siswa/siswi untuk menulis dengan jujur dan

bertanggung jawab, dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa secara hati-hati, integritas, dan sensitif;

b. Merangsang imajinasi dan daya pikir atau intelektualitas

siswa/siswi;

c. Menghasilkan tulisan/karangan yang bagus susunannya, tepat, jelas, dan efektif penggunaan bahasanya dalam mengungkapkan apa yang terkandung dalam hati dan pikirannya.

3. Metode dan Teknik Belajar Mengajar Keterampilan Menulis

Pembelajaran keterampilan menulis harus dirancang secara urut. Dalam hal ini, tugas-tugas dapat diatur dari yang sederhana menuju ke yang kompleks, dari yang mudah ke yang sukar, dari karangan yang pendek ke yang panjang, yang mencerminkan kegiatan eksplorasi pengalaman dan pikiran siswa/siswi dari kehidupan sehari-hari.

31

Drs. Mukhsin Ahmadi, Strategi Belajar-Mengajar Keterampilan Berbahasa & Apresiasi Sastra, (Malang: Yayasan Asih Asah Asuh, FPBS IKIP Malang, 1990), hlm.28

32Ibid,


(40)

Dalam hal tersebut di atas, maka pembelajaran keterampilan menulis dapat diurutkan sebagai berikut:33

1) Penciptaan diksi

Siswa/siswi mendapat letihan secukupknya untuk dapat memilih kata secara tepat dan menggunakannya sesuai dengan gagasan dan perasaannya, serta pembaca yang ingin dituju dengan karangannya itu.

2) Pembuatan kalimat efetif

Siswa/siswi berlatih untuk dapat menciptakan berbagai variasi kalimat serta memilihnya sedemikian rupa sehingga karangannya benar-benar mengasyikkan pembacanya karena dibangun dengan kalimat-kalimat efektif.

3) Membangun paragraf

Siswa/siswi dilatih bagaimana cara membuat paragraf yang disusun berdasarkan kalimat topik yang dikembangkan dengan kalimat penjelas sesuai dengan jenisnya, sampai akhirnya terbentuk sebuah paragraf induktif atau deduktif.

4) Menyusun paragraf

Berdasarkan suatu tipok atau judul karangan , beberapa paragraf disusun secara kronologis dengan system tertentu sehingga secara padu membenetuk sebuah karangan yang utuh.

5) Pembatasan dan penjabaran topik

Judul atau topic karangan harus dibatasi ruang lingkupnya, kemudian dijabarkan sedemikian rupa sehingga dapat disusun suatu karangan sesuai dengan kemampuan dan waktu.

6) Pemilihan jenis dan penciptaan wacana

Siswa/siswi mendapatkan latihan intensif agar dapat menyususn wacana (ekspositori, deskripsi, argumentasi, narasi), kemudian dapat menentukan jenis apa yang sebaiknya digunakan untuk membangun karangan.

33


(41)

5.Teknik Permainan Kata dalam Pembelajaran Keterampilan

Menulis Puisi

1. Beberapa Dasar Pemikiran

Permainan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, yang salah satu tujuannya adalah mencari kebahagiaan. Setiap orang menyukai permainan tertentu berarti mencari sekelumit kebahagiaan/kesenangan dalam kehidupannya. Melalui permainan siswa/siswi memperoleh sejumlah pengalaman belajar yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Mengapa permainan dapat mengembangkan motivasi untuk belajar aktif?. Alasannya adalah sebagai berikut:

a) Permainan mampu menghindarkan kebosanan. John, M. Stephens dalam The Psycology of Classroom Teaching, mengemukakan mekanisme

motivasi, “Monotony and regularities are especial enemies of

makefullness.”( Keadaan yang terus menerus, tanpa variasi adalah tidak menggairahkan ).

b) Permainan memberikan tantangan untuk memecahkan masalah dalam

suasana gembira.

Pelajaran yang dianggap sulit umumnya sering menjadi masalah dan menimbulkan ketegangan.Bila pelajaran itu dapat dikelola dengan baik, cukup bervariasi, yaitu dengan cara permainan, siswa akan lebih berani dan lebih gembira melakukan aktivitas.

Misalnya: TTS, walaupun memberikan sejumlah kesulitan, banyak

orang yang berusaha untuk mencari jawaban atas soal-soal yang sulit itu.

Permainan menimbulkan semangat kooperatif dan kompetitif yang sehat, di antaranya sebagai berikut:


(42)

a. Permainan beregu mengajak peserta untuk berpartisipasi aktif agar regunya menang. Dengan demikian akan menimbulkan semangat kerja sama dan persaingan sehat.

b. Tugas Guru:

1) Menghadiri keputusasaan bagi regu yang sering kalah.

2) Menghilangkan sikap sok pintar bagi regu yang menang.

3) Mengadakan pergantian anggota regu.

c. J.M. Stephens : Kompetisi tidak harus dihilangkan karena seringkali merupakan tantangan yang menggairahkan, tapi hendaknya dalam batas yang wajar.

2. Jenis-Jenis Permainan Kata

N.F. Maskey dalam Language Teaching analysis mengenai permainan kata membagi “Permainan Kata” ke dalam empat jenis yaitu :

a. Permainan Mendengarkan (Listening Games). b. Permainan Berbicara ( speaking games). c. Permainan Membaca ( reading games) . d. Permainan Menulis ( writing games ).

a. Permainan Mendengarkan ( Lestening Games ). 1. Bisik berantai ( the grape vine ).

a. Bagi kelas dalam beberapa regu lalu bentuk lingkaran. b. Bisikkan kata atau kalimat pendek kepada salah seorang

siswa dari tiap tegu.

c. Siswa harus meneruskan bisikan tersebut kepada siswa yang lain.

d. Siswa terakhir harus mengatakan dengan suara keras

kepada guru.

e. Regu yang betul mendapatkan nilai 10. 2. Temukan Objek (Find the Object ).


(43)

b. Letakkan nama-nama benda dalam kotak.

c. Guru menyebutkan nama benda itu lalu menyuruh anggota

regu menamai benda itu.

b. Permainan Mengarang Lisan (Oral Composition). a. Mari kita bercerita (let’s tell a story).

Permainan ini ditujukan untuk melatih kemapuan mengarang bersama secara lisan.

Guru mengatakan kalimat pertama.

 Pagi yang cerah itu, ketika …..  Setiap regu melanjutkan cerita itu.

 Salah seorang dari masing-masing regu mencatat semua kalimatnya.

 Guru menetapkan waktu.

 Setelah habis waktu, sekretaris membacakan

kalimat.

b. Terka Gambar (name the picture). Guru memperlihatkan gambar.

Siswa harus menebaknya dan menceritakan apa yang terjadi pada gambar, kemudian menuangkan ide cerita tersebut ke dalam bahasa puisi dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

c. Permainan Mambaca

Permainan mengenal (recognition games)

a. Mencocokan Kartu.

b. Guru membagikan flash card.

c. Guru menulis sebuah kalimat di papan tulis.


(44)

d. Permainan Menulis

1. Silang Datar ( Across and down ) Pelaksanaannya seperti menyusun TTS

2. Category Bingo

a). Siswa ditugaskan untuk membuat segi empat dengan 16 kotak pada kertas.

b). Guru mengambil sebuah daftar kategori, misalnya: 1. Benda-benda langit.

2. Gunung.

3. Hutan-hutan.

4. Binatang.

c). Siswa segera mengisi kotak-kotak tersebut. 3.Spelling Bee

a) Guru membuat daftar kata-kata.

b)Kelas dibagi menjadi dua regu saling berhadapan. c) Guru mengambil satu kata dari daftar.

d)Siswa disuruh mengejanya dengan benar.

e) Jika salah, ia harus duduk dan jika benar ia tetap berdiri.

f) Pemenangnya adalah regu yang paling banyak yang masih berdiri. 4. Membentuk Kata dari huruf yang sama

Berikut akan dipaparkan dua buah permainan kata yang diimplementasikan pada pembelajaran bahasa Indonesia. Permainnan ini dapat digunakan sebagai bahan apersepsi terutama untuk mengawali pembelajaran dengan tujuan dapat membangkitkan semangat belajar siswa. Permainan ini dikembangkan untuk menerapkan linguistik dalam pembelajaran bahasa.

Permainan yang pertama sengaja dirancang untuk menerapkan semantik dan pengajaran kosa kata dalam pembelajaran menulis.


(45)

Sebelum melakukan permainan perlu dijelaskan dulu kepada anak seputar permainan yang akan dipraktikkan.

Permainan ini dapat diberi nama Putaran Huruf karena huruf-huruf dalam satu kata akan diputar sehingga putaran huruf-huruf tersebut akan menghasilkan kata baru dengan susunan yang berbeda dan masing-masing kata itu mempunyai makna yang berbeda pula. Misalnya: murah, rumah, harum, dan umrah.

Cara melakukan permainan ini:

Anak diminta untuk mencari satu kata yang bisa dibentuk menjadi

kata baru. Anak diberi waktu sekitar lima menit untuk menemukan kata yang dimaksud. Setelah anak menemukan kata yang dapat dibentuk

menjadi kata lain, mereka lalu diberi kesempatan untuk

mempresentasikan olahan huruf yang sudah ditemukan di depan teman-teman yang lain. Jika hal ini dilakukan di dalam kelas sebaiknya anak yang presentasi diminta untuk menuliskan kata bentukannya di papan tulis agar anak yang lain bisa tahu sehingga kemungkinan pemakaian kata yang sama dalam satu kelas tidak terjadi.

5. Menyusun kata yang sudah dibentuk berdasarkan abjad (membuat kamus kecil)

Contoh :

Dari kata bentukan (duka, daku, kuda, dan aduk) jika diurutkan menjadi :

a. aduk.

b. daku.

c. duka.

d. kuda.

Dari kata bentukan (rusak, kurus, rakus, sukar, dan kasur, jika diurutkan menjadi:

a. kasur.


(46)

c. rakus.

d. rusak.

e. sukar.

6. Mencari arti kata yang sudah dibentuk dalam kamus bahasa Indonesia

Contoh:

a. aduk: mencampur.

b. daku: aku, saya, beta.

c. duka: sedih, susah.

d. kuda: binatang menyusui yang biasa dipelihara sebagai atau penarik gerobak.

e. kasur: alas untuk tidur biasanya terbuiat dari kapuk atau busa yang empuk.

f. kurus: menghabiskan/ membersihkan kulah dari air dan kotoran.

g. rakus: suka makan banyak/ ingin memperoleh sesuatu lebih banyak

dari yang sudah didapat.

h. rusak: sudah tidak sempurna lagi. i. sukar: susah/sulit.

7. Menggunakan kata yang sudah dibentuk dalam kalimat yang runtut dan berhubungan

Contoh:

Sewaktu hari libur tiba daku pergi rekreasi ke kebun teh dengan menunggang kuda sangat kencang, sampai terjatuh sehingga hatiku berduka, setelah peristiwa itu perasaanku menjadi bercampur aduk. Bersih-bersih adalah hobbyku, setelah mencuci baju kukuras kamar mandi, kujemur kasur di kamarku, kubuang barang-barang yang sudah rusak. Pekerjaan ini tidak begitu sukar bagiku, tetapi setelah semua


(47)

selesai , aku sangat lapar sehingga aku makan begitu banyak seperti orang rakus.

8. Menyusun kalimat dari kata akhir

Permainan kedua penerapan sintaksis dalam pembelajaran menulis. Pada permaianan kedua ini, anak diminta untuk berdiri berjajar. Satu anak yang berdiri paling ujung diminta untuk membuat kalimat. Dari kalimat yang sudah diucapkan secara lisan tersebut akan ditemukan kata akhir. Kata akhir tersebut lalu digunakan oleh anak berikutnya menjadi kata pertama untuk membuat kalimat baru.

Contoh :

1. Sapu disudut kelas itu berwarna biru. 2. Biru adalah warna kesukaan ibuku. 3. Ibuku membeli sayur bayam.

4. Bayam mengandung zat besi yang diperlukan tubuh. 5. Tubuh setiap hari perlu diberi makan.

6. Makan bakso hobbyku nomor Satu. 7. Satu kilo mangga kuhabiskan sendiri.

Agar permainan ini semakin menarik, anak yang salah atau tidak bisa membuat kalimat diminta untuk menghibur teman-temannya dengan bernyanyi menyanyikan lagu-lagu anak-anak atau lagu dolanan atau membacakan puisi. Tindakan ini sebagai satu bentuk motivasi kepada siswa agar semua kreatif dalam belajar dan sportif dalam permainan. 9. Teknik Peta Pasang Kata34

Teknik ini berpusat pada keberanian dalam memasang-masangkan kata secara bebas tetapi imajinatif. Di sinilah, akan dimungkinkan munculnya kata-kata baru yang imajinatif pula. Hal ini, kemudian menjadi hal yang secara potensial dapat dikembangkan menjadi larik yang

34

mashudismada.wordpress.com/2010/11/06/variasi teknik kreatif dalam pengajaran menulis puisi/ Senin,07/05/2012.


(48)

menarik, kemudian dapat dikemabangkan menjadi bait, selanjutnya dapat disempurnakan puisi yang utuh.

Langkah pertama kita perlu membayangkan sentral kata yang menggerakkan inspirari kita. Tugas kita dalam langkah ini, adalah menyeleksi dari sekian pengalaman dan empati kita untuk memilih fokus pada diksi tertentu. Inspirasional diksi yang menggerakkan ini menggugah ingatan kita pada hal-hal lain yang seringkali secara tidak sadar akan menghasilkan eksplorasi kata yang luar biasa.

Langkah kedua mengaitkan kata dengan kata lain (memasangkan kata). Ini membutuhkan keberanian untuk tidak terjebak pada ketakutan apakah pasangan kata yang dibuat salah atau benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam menulis puisi tidak dikenal salah atau benar, sebab penyair memiliki kebebasan untuk menyimpang dari kaidah yang dikenal dengan licensia poetica. Contoh: mata lupa, aroma dusta, hitam hati, dll.

Langkah ketiga setelah kita secara acak bermain-main dengan memasangkan kata dengan berbagai kata secara bebas maka selanjutnya mengembangkannya menjadi larik-larik yang menarik. Larik-larik menarik dalam puisi tidak terikat oleh kaidah kebahasaan, tetapi seorang penyair diberikan kebebasan untuk berkarya.

Contoh: Aroma dusta bermuara pada tatapan luka/ mata lupa mengingatnya karena//

Langkah keempat mengkategorikan larik-larik yang telah dibuat ke dalam tema kecil (pokok permasalahan) yang biasa disebut subject matter. Di sini, dibutuhkan kemampuan analisis terhadap isi dan makna larik kemudian merangkai gagasan larik ke dalam keutuhan bait yang memikat.

Langkah kelima dekat dengan langkah keempat, mengkategorikan larik kedalam kelompok larik yang membangun bait. Di sinilah dibutuhkan kejelian untuk menentukan larik-larik yang manakah yang memiliki nuansa sama, berdekatan, dan bahkan berurutan “pikiran”.


(49)

Dengan begitu, maka akan sangat membantu dalam mengklasifikasikan larik.

10.Teknik Epigonal35

Teknik epigonal ini pada dasarnya adalah teknik pengekoran terhadap puisi-puisi yang telah ada. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah; (a) sebanyak mungkin membaca puisi para penyair, (b)

mengidentifikasi kemenarikan puisi, (c) mengategorikan aspek

kemenarikan puisi, (d) menyisihkan puisi-puisi yang inspirasional dan menarik, (e) mengedit secara cermat sehingga puisi yang ditulisnya sudah relatif memesona.

11.Teknik Lengkapi Puisi36

Teknik ini merupakan latihan mendasar mengawali puisi, mengisi isi puisi, sampai bagaimana mengakhiri puisi yang menarik. Di samping itu, teknik ini juga melatihkan agar secara kreatif kita dapat menyesuaikan secara cepat dengan gaya puisi yang dirumpangkan.

Langkah-langkah yang dapat dimanfaatkan dalam teknik ini adalah sebagai berikut (a) menghilangkan sebait dua bait awal kemudian mengisinya dengan ungkapan beda tetapi semakna, (b) menghilangkan bait-bait isi puisi kemudian mengisinya dengan ungkapan beda tapi semakna, (c) menghilangkan sebait terakhir kemudian mengisinya dengan ungkapan beda tapi semakna, (d) mengedit ulang apakah pengisian bait-bait rumpang itu secara totalitas makna sudah padu.

12.Teknik Outbond37

Pada prinsipnya teknik outbond mengajak kita untuk terlibat langsung dengan objek, dan karena itu, pemaksimalan penulisan puisi menggunakan teknik ini menarik jika dilakukan di luar ruang-ruang bersekat, tetapi di alam terbuka. Misalnya, di pinggir kali, di alun-alun kota, di objek wisata, di pesawahan, di keramaian, dan seterusnya.

35

mashudismada.wordpress.com/2010/11/06/variasi teknik kreatif dalam pengajaran menulis puisi/Senin,07/05/2012. hlm.3

36Ibid

.hlm.4

37Ibid


(50)

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam teknik outbond adalah: (a) memilih tempat yang cocok dengan tema terpilih, (b) memaksimalkan

objek langsung sebagai sumber inspirasi dan ekspresi, (c)

mengekspresikannya sesuai dengan objek amatan, dan (d) menata dengan baik berbasis objek langsung.

13.Teknik Bergambar38

Gambar dapat dimanfaatkan untuk mengarahkan siswa langsung pada tema yang diangkat dalam sebuah puisi. Aktivitas yang disarankan adalah dengan menunjukkan sebuah gambar disertai dengan pertanyaan-pertanyaan yany mengarah pada gambar.

Contoh aktivitas: Sebelum pengajaran menulis puisi ditunjukkan beberapa gambar, seperti kelinci dengan wajah sedih, rumah, dan gadis yang sedang mencari sesuatu. Kemudian disertai pertanyaan-pertanyaan seperti, Binatang apa ini? Apakah dia kelihatan senang? Gambar apakah ini? Apakah kelinci itu tahu rumah ini? Siapa gadis kecil ini? Apa yang dia lakukan?

14.Teknik Panggil Pengalaman39

Sumber yang paling diyakini dapat membantu dalam pengajaran menulis puisi adalah mengangakat pengalaman pribadi, mengundang ide atau gagasan (brainstorming). Dalam kegiatan ini, satu tema bisa dipilih, misalnya, yang paling sederhana, kegiatan akhir pekan. Ini bisa dimulai dengan menulis paragraf pendek tentang kegiatan akhir pekan yang tak terlupakan. Setelah itu dengan bimbingan bisa dilanjutkan menulis puisi berdasarkan pengalaman yang tak terlupakan.

15.Tebak Kata40 1). Kondisikan anak.

2). Sampaikan materi, contohnya jenis makhluk hidup.

38

Ibid., hlm.4

39Ibid

., hlm.5 40

http://arabgampangblogspot.com/2009/07/inovasi-pembelajaran-dengan-metode.html./ Senin,02/04/2012.


(51)

3). Berikan pertanyaan ke murid : aku adalah jenis makhluk hidup, aku hidup di darat, aku termasuk hewan menyusui, aku mempunyai kaki empat, aku digunakan untuk menarik delman, apakah aku ?

jawabannya : kuda.

4). Sebelum ada anak yang mampu menjawab, berikan pernyataan dengan menyebutkan ciri-ciri atau kata yang mendekati kata kunci.

Kelebihannya : anak akan mempunyai kekayaan bahasa.

Kelemahannya : memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan.

16.Acak Kata41

1). Kondisikan anak.

2). Sampaikan materi, contohnya jenis makhluk hidup.

3). Berikan Pernyataan secara acak dan biarkan anak menyusunnya. 17.Komunikata42

1). Kondisikan anak.

2). Sampaikan materi, contohnya permukaan bumi.

3). Untuk kelas yang jumlah muridnya kurang dari 20, boleh tempat duduknya berbentuk U, dan bisikan salah satu pengertian ke telinga murid yang paling ujung dan terus dibisikan sampai ke murid ujung satu lagi. Setelah sampai di murid paling ujung, guru menanyakan apa yang dibisikan temannya. Contohnya bisikan kalimat: Palung adalah dasar laut yang paling dalam dan curam.

4). Untuk kelas yang muridnya lebih dari 20 boleh di kelompokan menjadi beberapa kelompok. Ketua tiap kelompok diberi kalimat yang berbeda untuk disampaikan ke anggotanya. Setelah semua anggota dibisikkan. Tanya anggota yang paling terakhir di bisikan. Kelompok yang benar jawabannya diberi poin.

Kelebihannya : melatih kekuatan hafalan, pendengaran, dan kejelasan bicara.

41

Ibid., hlm.4 42


(52)

Kekurangannya: memerlukan waktu yang lama.

B.

Hasil Penelitian yang relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian penulis adalah:

Skripsi yang disusun oleh Mochammad Riza Anshori Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang tahun 2010 dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Strategi Windows pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Malang. Dari hasil peningkatan kemampuan menulis puisi pada tahap pratulis pada siklus I diketahui bahwa siswa yang mencapai skor >75 sebanyak 62,16% berjumlah 23 siswa, sedangkan untuk siklus II siswa yang mencapai skor >75 sebanyak 100% berjumlah 37 siswa. Pada tahap pratulis diketahui ada peningkatan kemampuan siswa sebesar 37,84%. Dari hasil peningkatan kemampuan menulis puisi pada tahap saat tulis siklus I diketahui bahwa siswa yang mencapai skor >75 sebanyak 24,32% berjumlah 9 siswa. Pada siklus II siswa yang mencapai skor >75 sebanyak 100% berjumlah 37 siswa, hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa sebesar 75,68% dibandingkan siklus I. Pada tahap pascatulis siklus I siswa kurang percaya diri dan kurang antusias dalam kegiatan publikasi, sedangkan pada siklus II siswa telah mempunyai kepercayaan diri untuk membacakan puisinya di depan kelas. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi dengan strategi Windows dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan menggunakan strategi Windows dapat meningkat pada aspek diksi, majas/bahasa kias, rima, citraan pada proses dan hasil tahap pratulis, saat tulis, dan paskatulis.

Relevansi dari skripsi Mochammad Riza Anshori dengan skripsi yang penulis susun adalah teknik pembelajaran yang student center sebagai solusi dalam menyelesaikan masalah. Namun upaya peningkatan keterampilan menulis puisi tersebut menerapkan strategi windows, dan diarahkan untuk siswa kelas VII SMP Negeri 20 Malang. Sedangkan aktivitas permainan yang


(53)

penulis angkat sebagai salah satu solusi permasalahan dalam pembelajaran di kelas, dijelaskan secara spesifik yaitu bentuk permainan kata dalam hal menulis puisi siswa kelas V MIN.

Skripsi yang disusun oleh Puji Rahayu pada Tahun 2011 dengan judul “Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Penerapan Pendekatan Konstektual : studi kasus pasa siswa kelas X SMA Bani Saleh Tambun, Bekasi”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kelas X pada SMA Bani Saleh Tambun, Bekasi tahun akademik 2011/2012 bahwa melalui penerapan pendekatan kontekstual dengan taknik meditasi, siswa mampu menulis puisi dengan baik, meningkat lebih dari 50%. Setelah menerapkan pendekatan kontekstual dengan teknik meditasi, terdapat peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari pretes (penelitian pendahuluan) ke post tes siklus ketiga yang sangat signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pendekatan kontekstual dengan teknik meditasi, kemampuan siswa dalam menulis puisi meningkat.

Relevansi dari skripsi Puji Rahayu dengan skripsi yang penulis susun adalah pendekatan kontekstual yang dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi . Hanya saja upaya peningkatan keterampilan menulis puisi yang dilakukan oleh Puji Rahayu dengan teknik meditasi, dan ditujukan untuk siswa kelas X SMA Bani Saleh Tambun, Bekasi, sedangkan upaya peningkatan keterampilan menulis puisi yang penulis susun adalah melalui penerapan teknik permainan kata, ditujukan untuk siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyyah Negeri 16 Cipayung.

Skripsi yang disusun oleh Endang Siwi Ekoati Mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Tahun 2009 yang berjudul Teknik Kata Berantai Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Siswa SMP I Kudus Tahun Pelajaran 2008/2009. Dalam kesimpulan skripsi tersebut dijelaskan bahwa:


(54)

a. Teknik Kata Berantai mengacu pada teori organisasi konsep, bahwa siswa akan mengaitkan kata dengan kata yang lain karena kedekatan konsep.

b. Teknik Kata Berantai dilaksanakan dengan pola-pola

permainan, hal ini mengacu pada prinsip pembelajara PAIKEM.

Relevansi dari skripsi Endang Siwi Ekoati dengan skripsi yang penulis susun adalah Teknik Permainan Kata yang diterapkan dalam proses pembelajaran menulis puisi. Hanya saja dalam penelitiannya Endang Siwi Ekoati hanya menerapkan satu jenis teknik permainan yaitu Kata Berantai. Sedangkan dalam skripsi ini penulis mencoba mengkolaborasikan beberapa teknik permainan kata selama tiga kali siklus berlangsung diantaranya adalah Teknik Out bond/Out door, Panggil Pengalaman, Tebak Kata, Acak Kata, dan Komunikata. Perbedaan lain yang ada adalah bahwa penelitian yang dilakukan oleh Endang Siwi Ekoati ditujukan kepada siswa SMP, sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah ditujukan untuk siswa Madrasah Ibtidaiyah.

C.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan strategi pembelajaran yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “jika pembelajaran menulis puisi dilaksanakan dengan teknik permainan kata, maka kemampuan menulis puisi siswa kelas V MIN 16 Cipayung akan meningkat”.


(1)

c\

Jordii !.ua(srni . h{efio" tftTa odo gcng rlq)gtihfl{tr hryof" difiku rfietomuhl€o nnmr,o .-Yhdo gxg rnvnrfikt

Schqbdr.

sii Sod k, knral Ctl* Sqruo bq*nhrliqb lcgi s?'Verg kuc*n b:F bokgP, karcts d*o" ycag h$h, ms.gqfr$lc}-.

StUf bi"itL

\mb h$Sacih tiodo grg rerghihrt{, kuUpo.o Fg'hoh hTrCdr Scr5t ht6kqa

bssrnm., sotabob..,1Gb g*,g hegirbr ku.^. Todo png rrsutcrHxo

diriku smt ini -..


(2)

Puisi-4

KWansa So+tnrunnada

! a

"laman Ku Kicauan bururg..

Ounry^- buaga

kn Pohon-pohon gonq tin$i Memb{a6 t(au lebih intlaf.,

MAWVrar; mmyinorirn\1 . . 4".9;i, Eqoi - s<poi -fanomafl

yng hdup diseKt<rnrnut Mpmbuot Kru \€bih SquK

Rau tffnfaf qan? indah kau {:<mPai yang Sguk

KaU m.{rtbuar Fq f\\,lamc0 ciudqk d$€Ktcxrmur kq\,r lerngat go0$ rn'*mbuatK.r \nq'n +er\'\\ d ' S e r i r c t r n u " - .


(3)

H

Ii

t

Puisi-5

TOn"*.

Fh'ctron.gr$

Si:-..--*-.-;.-*-.,-. -..-"..--...-.-.*

r.,ii,r ;

t t ;

ir^"-,.-.,,r t

d : * , ' * ; : .

. J f i J : ' l ' . lll: iltii.r: ..:;\;:i/


(4)

Puisi-6

?uttt

onr

, i H

t ? - 4 - t z

Taudi" -^Ktn ,, F.lohir uot..rt hidrrp

|\du Laia^g +uot,, sqat LiLo okqn mati

n J

ltmol bait lol5nrg ol.an Lito bowa nqn{i lJukqniqh hacto oLau 6rrn booong be'hogo

:

"iry,u!

izito .rr:ry|'erLrhcn

rmba

. Jo"glqh rn,rluL dqtqm ["[,r.oto

dyf.f. gen$d\ do\c6'"retqkrs,qnscardu Jagclah l'alri qjqr ttdalc r4etgq

ocoh gong salah

I

', ,r,'i'.r,.

: .ti" .).:::i1:;,1


(5)

IMAM EKO PRIANTO, Lahir di Purbalinggatanggal 19 September 1964. Menempuhpendidikandasar di SD AisyiyahCabangPurbalinggaluluspadatahun 1977, SMP

Negeri I Purbalingga lulus tahun 1981, SMEA

NegeriPurbalingga lulus tahun 1984.

Bekerjapadasebuahperusahaanpercetakandanpenerbitanbuk u PT. Grafikatama Offset Printing & Publishing sejaktahun 1987 sampaitahun 1997 sebagai Staff Accounting.

Melanjutkankuliah di IAIN SyarifHidayatullah Jakarta FakultasTarbiyahJurusan D2 PAI, lulus tahun 2000.

Selamamelanjutkankuliahsejaktahun 1997 mengabdikandiri di

duniakependidikanmengajar di Madrasah Ibtidaiyah MIN Kampung

Tengahsampaitahun 2001, kemudianhijrahke MIN Cipayunghinggasekarang. Pendidikan formal keguruandiperolehdarijenjang D2 FakultasTarbiyahJurusan PAI dandilanjutkankejenjang S1 FakultasKeguruandanIlmuPendidikanJurusan PGMI daritahun 2010 danluluspadatahun 2012.

MempunyaiseorangistribernamaNurhabibah, guru di MIN 3 Cijantung Jakarta Timurdantelahdikaruniaitiga orang anakyaituHanifahNurLuthfiyah, Muhammad HabibFathurrahman, danAchmadMaulana Al-Farizi.


(6)

Dokumen yang terkait

PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN BAHASA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA KELAS V Penerapan Teknik Permainan Bahasa Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Pada Kelas V MI Muhammadiyah Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 11

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI PENERAPAN TEKNIK AKROSTIK MATA PELAJARAN BAHASA Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Teknik Akrostik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas V.C SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta Tah

0 0 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI PENERAPAN TEKNIK AKROSTIK MATA PELAJARAN Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Teknik Akrostik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas V.C SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta Tahun Aj

0 0 12

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK Peningkatan Ketrampilan Menulis Puisi dengan Teknik Modelling Bagi Siswa Kelas V SD Negeri 01 di Kalijirak Kec. Tasikmadu Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 2 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK UNGKAPAN KREATIF PADA SISWA KELAS V Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Teknik Ungkapan Kreatif Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kartasura 06 Tahun 2011/2012.

0 2 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK UNGKAPAN KREATIF PADA SISWA KELAS V Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Teknik Ungkapan Kreatif Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kartasura 06 Tahun 2011/2012.

0 2 15

PENERAPAN TEKNIK KATA KUNCI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SUKAJAYA KABUPATEN BANDUNG BARAT.

1 1 31

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK WRITING IN THE HERE AND NOW DI KELAS V SD NEGERI PURWOBINANGUN SLEMAN.

1 2 194

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DENGAN TEKNIK KATA KUNCI KELAS VII I

0 3 11

PENGARUH PENERAPAN METODE PERMAINAN SUKU KATA TERAKHIR TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI KELAS V MIN

1 1 8