Keadaan Geografis Sistem Kekerabatan

Pada masa pendudukan Jepang 1942-1945 Batavia diubah lagi menjadi Jakarta. Dan melalui peraturan UU no 10 tahun 1964, Jakarta ditetapkan sebagai pusat Ibukota dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.2 Keadaan Geografis

Jakarta terletak pada posisi 106 ˚22´42˝ BT sampai 106˚58´18˝ BT dan - 5 ˚19´12˝ LS sampai -6˚23´54˝ LS. Luasnya sendiri adalah 655,76 km² atau 65.000 ha. Sedangkan untuk batas-batasnya adalah: Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, Sebelah selatan berbatasan dengan Depok, Sebelah barat berbatasan dengan Banten, Sebelah timur berbatasan dengan Jawa Barat. 18 Selain itu, Jakarta juga terbagai atas lima wilayah Kotamadya dan satu Kabupaten Administratif, yaitu: Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, dan Kepulauan Seribu. Jakarta mempunyai keunikan dalam hal luas wilayah. Paling tidak dalam rentang waktu dari tahun 1967-1978, Jakarta mengalami lima kali perluasan wilayah. Di awali tahun 1967 luas Jakarta 18 Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Universitas Sumatera Utara adalah 590,11 km², dan tahun 1969-1975 menjadi 587, 62 km². Berubah kembali menjadi 637,44 km² pada tahun 1976-1977. Kemudian di tahun 1978 wilayah Jakarta bertambah lagi menjadi 654,90 km² dan akhirnya sesudah tahun 1978 menjadi 655,76 km². Adanya disparitas luas wilayah Jakarta dari tahun ke tahun ini disebabkan oleh kebijakan pembulatan atau tambahan wilayah dari desa-desa provinsi Jawa Barat ke dalam wilayah Jakarta. 19 Sebagai pusat Ibukota dari Republik Indonesia adalah wajar jika setiap lahan di Jakarta banyak bangunan. Baik itu diperuntukkan untuk kepentingan pemerintahan, bisnis ekonomi, hiburan, dll. Kota Jakarta juga selalu dijadikan acuan atau barometer utama untuk mengubah tingkat kehidupan. Maka tidak aneh salah satu masalah kota Jakarta ialah kepadatan penduduk. 2.3 Sistem Ekonomi Penduduk Jakarta 2.3.1 Penduduk Jakarta Sama dengan daerah lainnya di Indonesia, sifat heterogen menjadi ciri penduduk kota Jakarta. Heterogenitas ini juga sangat didukung oleh potensi Jakarta sebagai wilayah utama bagi penduduk di luar Jakarta untuk mencari 19 Supratikno, Op., Cit., hal., 21 Universitas Sumatera Utara pekerjaan. Pluralitas masyarakat Jakarta ini sudah berlangsung sejak lama. Bahkan ketika masih sebagai wilayah kolonialisme Belanda. Tepatnya, ketika Jayakarta berhasil dikuaasai VOC dan diganti namanya menjadi Batavia. Pengalihan kekuasaan ini membuat VOC melakukan pembangunan menuju sebuah kota yang lebih modern. Akibatnya, Batavia menjadi lebih ramai oleh kedatangan penduduk dari luar Batavia, seperti orang-orang Cina. Namun, kota Jakarta juga mempunyai penduduk asli lokal. Yaitu suku bangsa Betawi. Menurut sejarahnya, suku Betawi merupakan hasil perkawinan campuran beberapa suku bangsa: Bali, Sumatera, Arab dan juga Portugis. Jadi dengan kata lain, suku Betawi terbentuk oleh heterogenitas masyarakat Jakarta Batavia pada masa lalu. Suku Betawi sendiri terdiri atas dua jenis. Pembagian ini didasari oleh letak geografisnya. Pertama, Masyarakat Betawi Tengah. Domisilinya meliputi wilayah bekas kekuasaan Batavia. Namun, tidak termasuk wilayah Tanjung Priok dan sekitarnya. Masyarakat Betawi Tengah sangat kuat dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan juga agama Islam. Dalam wujud fisik hal ini nampak dari kesenian mereka seperti Samrah, Zapin, dan Rebana. Universitas Sumatera Utara Ciri lain Masyarakat Betawi Tengah adalah pengucapan tutur kata. Dimana terjadi perubahan huruf vocal “a” menjadi huruf vokal “e” pada setiap akhir suku kata. Misalnya, “di mana” menjadi “di mane”. Kedudukan sosial masyarakat Betawi Tengah pada umumnya berada di tingkatan menengah ke atas. Ini dikarenakan pada masa lalu kelompok Betawi Tengah mendapatkan akses ekonomi yang lebih baik dari penguasa. Kedua, Masyarakat Betawi Pinggiran. Kelompok masyarakat ini dibagi lagi menjadi dua bagian. 1. Masyarakat Betawi Pinggiran bagian Utara. Domisilinya meliputi bagian Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Tengerang. Dalam soal kebudayaan kelompok masyarakat ini banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Cina. Hal ini terlihat dari manifestasi kesenian mereka seperti Gambang Kromong, Lenong, dan Tari Cokek. 2. Masyrakat Betawi Pinggiran bagian Selatan. Domisilinya mulai dari Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Bogor, dan Bekasi. Bedanya, kelompok masyarakat ini kental dengan budaya Jawa dan Sunda. Sebagai contoh dalam pengucapan kata. Di Universitas Sumatera Utara mana terjadi perubahan vokal “a” menjadi huruf “ah” pada akhir setiap kata. Misalnya, kata “gua” menjadi “guah”. Adapun kelompok suku lainnya yang mendiami kota Jakarta yaitu suku Jawa, Sunda, Minangkabau, Batak, Ambon, dll. 20

2.3.2 Ekonomi Penduduk Jakarta

Status Jakarta sebagai ibukota Indonesia sungguh berdampak positif bagi perekonomian provinsi tersebut. Bisa dikatakan pusat perekonomian bisnis nasional banyak ditentukan dari Jakarta. Peredaran uang secara nasional pun terkonsentrasikan di sini. Adapun lapangan pekerjaan umumnya terbagi atas tiga sektor. Sektor pertama meliputi pertanian. Kedua, terdiri dari pertambangan, industri, bangunan, listrik, air, dan gas. Terakhir, perdagangan, angkutan atau komunikasi, keuangan dan jasa masuk ke sektor ketiga. 21 20 Tim Peneliti atau Penulis, Tito Adonis ed., Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional di Kelurahan Kebagusan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya, 1989, hal., 13-15 21 Edi Sedyawati, dkk., Op., Cit., hal., 51-53 Universitas Sumatera Utara Pada periode ini lahan pertanian masih bisa dijumpai di Jakarta. Umumnya berseberangan dengan gedung-gedung bertingkat. Seperti perkantoran, perumahan maupun bangunan untuk industri. Mereka yang bekerja di sektor pertanian kebanyakan berpendidikan rendah sehingga sangat menyulitkan bagi mereka untuk mendapatkan akses pekerjaan di sektor lainnya. Di kota Jakarta banyak juga dijumpai pedagang, baik itu pedagang kecil, pedagang keliling maupun pedagang kaki lima. Barang dagangannya bisa berupa makanan, sayur-sayuran, buah-buahan, dll. Untuk profesi buruh juga mudah dijumpai di kota besar seperti Jakarta. Sektor ini termasuk kelompok yang mempunyai pekerjaan tidak menentu. Karena sifat pekerjaannya tergantung kepada ada tidaknya proyek pembangunan. Oleh karenanya untuk menyiasati kelangsungan hidup ketika tidak ada pekerjaan, mereka beralih ke pekerjaan yang lainnya. Seperti menjadi kuli sawah atau tukang becak. Selain penduduk dengan spesifikasi pekerjaan menengah ke bawah, ada juga golongan pekerjaan menengah ke atas. Mereka adalah pegawai atau karyawan. Baik itu pegawai di lingkungan instansi pemerintah maupun yang bekerja di perusahaan swasta. Demikian juga hanya dengan kelompok masyarakat yang termasuk ke dalam high class. Mereka Universitas Sumatera Utara adalah pemilik akses atau penyedia lahan pekerjaan. Harus diakui, faktor pendidikan ternyata sangat mempengaruhi tingkat perekonomian status masyarakat Jakarta. Semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin tinggi pula status sosial yang dimilikinya. Dan juga berlaku sebaliknya.

2.4 Sistem Kekerabatan

Suku Betawi memandang perkawinan sebagai suatu yang sakral. Selain terdapat dalam ajaran agama Islam, bagi suku Betawi pernikahan adalah suatu kewajiban. Umumnya pernikahan berlangsung bagi laki-laki dan perempuan yang menjelang usia dewasa. Meskipun demikian, pernikahan di bawah umur juga terkadang terjadi. Orang tua suku Betawi sebenarnya mempunyai kewajiban mencarikan jodoh untuk anaknya. Namun, dalam perkembangannya si anak juga bisa mencari jodohnya sendiri. Dengan syarat ia sudah akil baliq. Mengingat suku Betawi cukup fanatik dalam menjalankan agamanya, maka jodoh yang akan dinikahi haruslah beragama Islam. Dalam hal prosesi atau adat pernikahan, suku Betawi memiliki caranya sendiri. Lazimnya suku bangsa yang menganut sistem patrilineal, maka pihak Universitas Sumatera Utara laki-laki dalam masyarakat Betawi mendatangi orang tua si perempuan untuk melamarnya. Beda dengan suku Batak yang biasanya rumit pada acara pelamaran, suku Betawi justru sebaliknya. Kemudian, sebelum pesta pernikahan berlangsung, maka diadakan terlebih dahulu prosesi ijab kabul. 22 Setelah pernikahan berlangsung, kebiasaan suami-isteri Betawi dalam bertempat tinggal mengikuti prinsip utrolokal atau bilokal. 23 Dalam keluarga inti di masyarakat Betawi, setiap anggota mempunyai tugasnya masing-masing. Di mana isteri dan anak mempunyai kebiasaan membantu suami sebagai kepala rumah tangga. Di samping keluarga inti batih, terkadang terdapat juga saudara lain yang ikut menumpang untuk bertempat tinggal sementera. Bisa dari pihak si suami atau si isteri. Mereka biasanya sambil menunggu mendapatkan pekerjaan yang tetap. 22 Tim Peneliti atau Penulis, Op., Cit., hal., 26-27 23 Utrolokal yaitu adat yang memberikan kebebasan kepada pasangan pengantin baru untuk tinggal menetap di dekat keluarga suami atau isteri. Sedangkan bilokal adalah adat menetap bagi pengantin baru untuk secara bergantian bertempat tinggal di keluarga suami atau isteri. Lihat Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, hal., 1257 dan 151 Universitas Sumatera Utara

BAB III Metode Gerakan Mahasiswa 1981-1990 di Jakarta

3.1 Kondisi Umum Gerakan Mahasiswa 1970-an

Pascatumbangnya Orde Lama Soekarno gerakan mahasiswa masih menunjukkan eksistensinya. Paling tidak di periode 1970-1980, ada dua peristiwa yang bisa di tandai sebagai gerakan mahasiswa. Pertama, peristiwa 15 Januari 1974 atau yang dikenal dengan sebutan peristiwa Malari. Latar belakang peristiwa ini di awali oleh kritikan mahasiswa terhadap konsep pembangunan yang dijalankan Orde Baru Soeharto. Mahasiswa menegaskan bahwa pembangunan ekonomi dengan bantuan hutang luar negeri sebagai fondasi utamanya tidak akan berhasil. Sebaliknya pemerintah meyakini bahwa konsep pembangunan tersebut akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Formula trickle down effect sangat diyakini dalam hal ini. 24 24 Tickle down effect atau penetesan ke bawah adalah pemahaman bahwa rakyat akan mengalami perbaikan taraf hidup dengan sendirinya apabila pertumbuhan ekonomi nasional naik. Pemahaman ini dengan sendirinya gagal total sejalan krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 Kritikan mahasiswa juga menyinggung isu korupsi. Universitas Sumatera Utara