Standard Pusat Kesehatan Masyarakat

BAB 5 PEMBAHASAN Informasi serta data yang diperoleh baik berupa data primer melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner maupun dengan wawancara mendalam dengan serta data sekunder berupa data-data dalam bentuk laporan tertulis serta pengamatan penulis selama di lapangan serta ditambah dengan teori-teori yang ada dari hasil penelitan terdahulu, selanjutnya kemudian peneliti menganalisis nya sebagai berikut :

5.1. Standard Pusat Kesehatan Masyarakat

Walaupun hasil penilaian 6 enam sumber utama dimensi penting pengalaman para pasien terhadap layanan yang ada pada Puskesmas Kebun Lada Sabrina dan Jeannie, 2013 menunjukkan bahwa 63,66 responden menilai baik bahkan ada sebanyak 8,30 responded yang menilai sangat baik. Hanya 5,11 responden yang menilai Puskesmas Kebun Lada tidak baik. selebihnya tidak tahu ada 22,83 responden menilai tidak tahu dan 0,51 menilai sangat tidak baik. Berdasarkan data kuantitatif Skala Likert diatas yang diperoleh hasil nya baik tidak serta menganggap bahwa Puskesmas Kebun Lada telah memenuhi standard yang diatur melalui Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dimana disebutkan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih Universitas Sumatera Utara mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Syarat dan ketentuan menyangkut sarana dan prasarana bangunan, kelengkapan bangunan, alkes, SDM maupun operasional telah diatur di dalam Permenkes no. 75 tersebut agar supaya Puskesmas yang ada sekarang benar-benar bisa menjadi gate-keeper seperti yang diharapkan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional JKN. Perihal pasien yang mana sikap, tindakan dan pandangan pasien untuk mendapatkan layanan kesehatan di Puskesmas Kebun Lada masih kurang terutama dalam hal obat sehingga merekapasien menganggap lebii baik meminta rujukan. Hal ini menurut peneliti dikarenakan kurang informasi yang didapat dari Puskesmas maupun BPJS terutama pada kurangnya koordinasi antara BPJS dan Puskesmas dalam rangka menekan angka rujukan. Hal lain disebabkan juga belum adanya Tim Monev yang nantinya menurut peneliti berperan pada mengevaluasi sehingga dapat menekan angka rujukan yang telah diperbaiki sebelumnya. Melihat kondisi yang ada di lapangan dan melakukan checklist, merangkum semua hasil wawancara yang telah dilakukan lalu kemudian membandingkan dengan ketentuan yang ada pada Permenkes no.75 ini peneliti melihat bahwa Puskesmas Kebun Lada saat ini belum memenuhi standard untuk sebuah Puskesmas dengan alasan penting sebagai berikut : 1. Ketersediaan ketenagaan kesehatan di Puskesmas Kebun Lada saat ini dinilai belum memenuhi persyaratan dan ketentuan yakni masih ada kekosongan di Universitas Sumatera Utara tenaga kesehatan lingkungan dan ahli tehnologi laboratorium medik, apalagi jika dlihat dari sisi kompetensi yang ada terkait dengan perencanaan obat farmasi. Fakta di lapangangan ditemukan bahwa perencanaan obat tahunan yang ada di Puskesmas Kebun Lada tidak diupdate dan disinkronkan dengan kebutuhan jenis dan nama obat yang didapat oleh pasien yang selama ini melakukan rujukan dan berobat ke rumah sakit rujukan faskes tingkat 2. 2. Keberadaan serta fungsi Laboratorium serta Alkes yang ada di Puskesmas sangat minim untuk dapat melayani kebutuhan para pasien menyangkut pemeriksaan laboratorium dasar. Hal ini dikarenakan bahan serta alat pendukung operasional Laboratorium yang ada tidak lengkap bahkan cenderung tidak ada. Fakta ini juga menjadi salah satu alasan mengapa masih terjadinya rujukan pasien ke fasilitas kesehatan tindak lanjut atau rumah sakit terdekat. Hampir semua narasumber menyatakan bahwa minimnya fasilitas pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Kebun Lada turut memberikan kontribusi masih tingginya angka rujukan yang terjadi, sehingga jika ada pemeriksaan laboratorium dikarenakan bahan dan alkes penunjang nya juga minim, maka mau tak mau para pasien diberikan rujukan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium ke rumah sakit rujukan. Standard produk layanan yang dapat dilakukan oleh laboratorium Puskesmas adalah sebagai berikut : a. Pemeriksaan Darah Lengkap b. Pemeriksaan Gula Darah Universitas Sumatera Utara c. Pemeriksaan Asam urat d. Pemeriksaan Cholesterol e. Pemeriksaan Trigliserid f. Pemeriksaan Urine Lengkap g. Pemeriksaan Widal h. Pemeriksaan Golongan Darah i. Pemeriksaan BTA j. Pemeriksaan DDR Malaria Selanjutnya sebagaimana yang diatur pada Permenkes no. 75 tahun 2014 tersebut pada pasal 19 disebutkan bahwa pelayanan laboratorium di Puskesmas harus memenuhi kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan. Permasalahan dimana para pasien Puskesmas Kebun Lada selama ini terpaksa dirujuk ke rumah sakit terkait pemeriksaan laboratorium dikarenakan tidak terpenuhinya kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan pada laboratorium yang dimiliki. Sumber daya manusia SDM Puskesmas Kebun Lada menurut penelit agak kurang memadai dalam menghadapi era JKN dan kurang dapat dalam melaksanakan fungsi Puskesmas dan UKM dan UKP karena masih belum memenuhi syarat dan ketentuan seperti yang tercantum dalam Permenkes no.75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Selain belum memenuhi kualitas SDM dalam Permenkes no.75 tahun 2014 tersebut kualitaskecakapan nya juga perlu ditingkatkan sehingga nantinya dapat menangani 155 jenis penyakit sesuai dengan Permenkes no. 5 tahun Universitas Sumatera Utara 2014. Selain diperlukan dalam penambahan SDM juga perlu peningkatan mutu SDM yang dapat dicapai dengan membuat pelatihan Abdullah Ali 2014 melalui penelitiannya menyebutkan bahwa ketersediaan fasilitas alat kesehatan yang memadai dapat meningkatkan kinerja Puskesmas dalam melakukan pemeriksaan kepada pasien dan merupakan suatu keharusan untuk proses rujukan yang dilakukan akibat keterbatasan sarana tersebut, jika fasilitas dan sarana penunjang kesehatan kurang lengkap maka proses mendiagnosis apa pasien akan terganggu dan hal ini menyebabkan petugas kesehatan harus merujuk pasien kerumah sakit sehingga akan berdampak pada meningkatnya terjadi rujukan di rumah sakit.

5.2. Program Rujuk Balik Bagi Pasien BPJS Belum Berjalan Dengan Baik