Hasil Penelitian Gambaran Kasus Kasus Rujukan persalinan di Rsu Dr Pringadi Medan Periode Januari – Desember 2014

Tabel 5.4 Tabel Distribusi Frekuensi Kasus Rujukan Persalinan Berdasarkan Luaran Bayi di RSU Dr Pringadi Medan Periode Januari – Desember 2014 Dari tabel 5.4 diatas jumlah kasus bayi yang meninggal dari 110 kasus yang di teliti dari di RSUD dr Pirngadi Medan Tahun 2014 dengan keadaan keluaran bayi hidup sebanyak 106 orang 96.4 dan 4 orang 3.6 mengalami kematian.

B. Pembahasan

Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal dari satu unit ke unit yang lebih lengkap Rumah Sakit maupun horizontal dari satu bagian ke bagian lain dalam satu unit Muchtar, 1977. Sistem rujukan sudah mulai diperkenalkan oleh pemerintah sejak tahun 1976 untuk memperoleh pelayanan obstetri kebidanan, terutama bagi kelompok resiko tinggi. Harapannya adalah dengan sistem ini pelayanan akan menjadi lebih efesien, efektif dan mudah di akses oleh mayoritas masyarakat tetapi pelayanan ini bukan hanya sekedar aktifitas dalam sistem rujukan, tetapi juga mencakup pelatihan dan penelitian. Agar sistem rujukan dapat bekerja secara efesien, kerja sama secara terus menerus sangat di perlukan antara institusi terkait dan petugas kesehatan seperti bidan. Maryunani A, 2012 . Menurut direktorat Bina Kesehatan Ibu Depkes RI situasi kematian ibu masih tinggi di akibatkan oleh jauh dari fasilitas kesehatan, bagi mereka yang tinggal di Keadaan Bayi N Hidup 106 96.4 Mati 4 3.6 Jumlah 110 100 daerah pedesaan dan tidak mampu miskin . Masalah akses dan kualitas pelayanan kasus komplikasi yang terlambat menerima pelayanan emergensy yang memadai PONEK . Menurut Survey Dinkes Provinsi Sumatera Utara sebaran tenaga kesehatan baik dokter SpOG Dokter Anak maupun bidan sebarannya lebih banyak daerah perkotaan. Seperti dokter, Sebaran dokter SpOG dan SpA sebanyak 244 dan 122 di 82 rumah sakit. Sedangkan di daerah terpencil seperti Padang Lawas Utara, Dairi, dan Nias bahkan hampir tidak ada dokter SpOG dan SpA. Hal ini menyebabkan kasus emergency yang gawat dan sulit di tangani akan dirujuk ke kota yang fasilitasnya lebih memadai. Hal ini juga harus didukung dengan adanya jaminan akses tenaga terampil dan rujukan yang aman. Bidan di Puskesmas maupun di polindes sangat berperan penting dalam memfasilitasi rujukan yang aman sebagai profesi yang di akui masyarakat. Agar tercapinya target MDGS 2015 untuk AKI, yang menurunkan AKI mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup dengan posisi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 maka akan sulit bagi pemerintah untuk mencapai AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Dapat dilihat bahwa rujukan persalinan yang diamati dari 110 kasus di RSUD dr. Pirngadi selama tahun 2014 paling banyak berasal dari rujukan puskesmas di Medan sebanyak 40 orang36.4 kemudian rujukan medan bidan sebanyak 23 orang 20.8 selanjutnya rujukan dari klinik dokter spesialis kandungan sebanyak 15 orang 13.6 pasien rujukan dari rumah sakit lain di medan sebanyak 16 orang 14.6,pasien yang berasal dari rujukan rumah sakit luar medan sebanyak 9 orang 8.4 dan pasien yang paling sedikit adalah rujukan puskesmas luar medan sebanyak 7 orng 6.4. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia bahwa dalam upaya pencepatan penurunan AkI sistem rujukan paripurna terpadu artinya segala bentuk pelayanankesehatan reproduksi yang diberikan secara terpadu dan terencana. Rujukan terencana merupakan rujukan yang tepat bersifat bersifat proaktif terhadap komplikasi obstetri, sehingga persiapan rujukan lebih dini direncanakan, tetapi rujukan terlambat di sebabkan karena mekanisme rujukan belum di rencanakan secara terencana optimal. Kualitas suatu rujukan sangat dipengaruhi oleh tenaga yang terampil akses rujukan dan biaya. Rumah sakit yang di percaya sebagai tempat rujukan harus memiliki tenaga yang terampil baik itu dokter, perawat dan sebagainya yang berperan di rumah sakit rujukan tersebut. Rujukan perlu biaya yang besar tidak hanya biaya pelayanan tetapi juga biaya transportasi, akomodasi. Terbatasnya pemahaman prosedur pembuatan Askeskin, terutama masyarakat miskin membuat masalah biaya sulit teratasi. Ketimpangan pelayanan obstetri yang diberikan antara kaya dan miskin sangat mempengaruhi kwalitas rujukan suatu rumah sakit, seperti hal nya pelayanan operasi SC antara kaya dan miskin, 30 – 35 biaya program dari pemerintah sisanya di tanggung oleh masyarakat. Masyarakat miskin membayar lebih kecil dan mendapat kwalitas yang lebih rendah, sedangkan yang kaya membayar lebih besar dengan kwalitas yang tinggi . Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Depkes RI Di tinjau dari 110 kasus persalinan di RSUD Dr Pirngadi Medan tahun 2014 jumlah kasus rujukan persalinan yang dapat di kategorikan sebagai mutu rujukan baik sebanyak 66 kasus 60 dan yang Terlambat sebanyak 44 kasus 40