Tingkatan Pengetahuan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden Notoatmodjo, 2007. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa, dimulai pada domain pengetahuan kognitif ini, dalam arti subjek terlebih dahulu tahu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek. Seseorang mendapat pengetahuan melalui panca inderanya, dimana sebagian besar diperoleh melalui indera penglihatan mata yaitu sebesar 83 dan indera pendengar telinga yaitu sebesar 11, sedangkan sisanya melalui indera perasa lidah 1, indera peraba kulit 2, dan indera penciuman hidung 3 Depkes RI, 2008, Notoatmodjo, 2003,.

2.3.2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, yang secara garis besar dapat dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu Efendi, 2009, Notoatmodjo, 2005, Bloom, 1956 : a. Tahu know Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. d. Analisis analysis Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah dipelajari dalam komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain. e. Sintesis synthesis Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada dengan cara meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek, di mana penilaian berdasarkan pada kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.

2.3.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2003, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan sebagai berikut: 1. Umur Umur responden sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena semakin bertambah usia semakin banyak pula pengetahuannya. Berdasarkan Soetjiningsih 2004 dalam Rosyari 2008, semakin bertambahnya umur seseorang semakin memahami dirinya dan dapat menerima informasi mengenai berbagai hal dari berbagai sumber. Asnita 2001 mengemukakan hasil penelitiannya tentang hubungan faktor sosio demografi dengan pengetahuan dan sikap tenaga kerja Indonesia tentang HIVAIDS, bahwa terdapat hubungan bermakna secara statistik antara variabel umur dengan pengetahuan responden tentang HIVAIDS dengan Pvalue = 0,001. Pada orang dewasa, umur dikelompokkan menjadi Hurlock, 1999: a. Dewasa awal 18-40 tahun Pada masa dewasa awal individu mulai dapat merencanakan atau membuat hipotesis tentang masalah-masalah mereka, pemikiran lebih realistis, bertanggung jawab, menerima perbedaan pendapat, dan melibatkan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan. Selain itu, kemampuan kognitif semakin meningkat pada dewasa awal ini. b. Dewasa Madya 41-60 tahun Pada dewasa madya, kemampuan kognitif mengalami penurunan karena daya ingat yang menurun ketika informasi yang dicoba untuk diingat adalah informasi yang disimpan baru-baru ini atau tidak sering digunakan. Daya ingat juga cenderung menurun untuk mengingat recall daripada untuk mengenali recognize. c. Dewasa Akhir 61 tahun keatas Pada masa ini, kemampuan kognitif semakin mengalami penurunan karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang. 2. Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat melalui kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik. Tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan stok modal pengetahuan meningkat. Pendidikan memiliki peran penting dalam kualitas. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni: input adalah sasaran pendidikan individu, kelompok, masyarakat dan pendidik pelaku pendidikan; proses upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain; dan output meningkatnya pengetahuan sehingga melakukan apa yang diharapkan Notoatmodjo, 2003. Jika pendidikan rendah, maka pengetahuan tentang hidup sehat, kebersihan pribadi, kebersihan lingkungan, makanan yang bergizi, cenderung kurang terutama kemampuan hidup sehat untuk dirinya sendiri Resti, 2005 dalam Nina, 2007 . Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang rendah cenderung mempunyai pengetahuan yang rendah pula. Notoatmodjo 2003 mengungkapkan bentuk pendidikan dapat berupa: penyuluhan, ceramah, seminar, diskusi, pameran, iklan- iklan yang bersifat mendidik, spanduk, billboard. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan mempengaruhi pengetahuan. Hasil penelitian Hariyanto 1997 dalam Rosyari 2008 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan tentang penyakit AIDS dan sikap terhadap penderita AIDS, membuktikan bahwa ternyata ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang penyakit AIDS dengan Pvalue = 0,0071. Begitu juga dengan hasil penelitian [Wirni 1997 dalam Rosyari 2008], dalam penelitiannya yang berjudul pendidikan formal ibu balita dengan pengetahuan, sikap, praktek tentang penyakit Infeksi Cacing Usus ICU di RW 03, Kelurahan Pulo Gadung, Jakarta Timur tahun 1997, menunjukkan ada hubungan bermakna antara pendidikan formal dengan pengetahuan tentang ICU dengan Pvalue = 0,0003. Serta hasil penelitian Salmah 1995 dalam Rosyari 2008 yang menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan yang bermakna pada tingkat pendidikan ibu antara kelompok kartu berjodoh dengan kelompok lembar balik Pvalue = 0,003. Tingkat pendidikan dapat dikategorikan menjadi Wulan, 2010: a. Pendidikan dasar: Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP b. Pendidikan menengah: Sekolah Menengah Atas SMA c. Pendidikan tinggi: Diploma, Sarjana, Magister, Doktor 3. Sumber Informasi Menurut Notoatmodjo 2005, informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat ini atau keputusan mendatang, informasi yang datang dari pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan. Selain itu informasi dapat diperoleh dari media cetak, media elektronik, non-media seperti, keluarga, teman, tenaga kesehatan. Sumber informasi berhubungan dengan pengetahuan, baik dari orang maupun media Notoatmodjo, 2003. Sarwono 1997 dalam Nina 2007 juga menekankan kalau sumber informasi dari orang itu mempengaruhi pengetahuan seseorang, yang dipengaruhi antara lain: masyarakat, baik teman bergaul maupun media. Dalam proses peningkatan pengetahuan agar diperoleh hasil yang efektif diperlukan alat bantu. Fungsi media dalam pembentukan pengetahuan seseorang menyampaikan informasi atau pesan-pesan Notoatmodjo, 2003. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan media dalam penyuluhan terbukti efektif meningkatkan pengetahuan seseorang terhadap materi penyuluhan. Berdasarkan penelitian Susilowati Herman yang berjudul “Pengaruh Leaflet dalam Pendidikan Gizi dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu” diperoleh hasil bahwa pengetahuan kelompok ibu yang mendapatkan intervensi penyuluhan menggunakan leaflet lebih baik dari kelompok ibu yang tidak mendapatkan intervensi kelompok pembanding Herman, 1990. Hal ini sejalan dengan penelitian Supardi et al, bahwa penyuluhan obat dengan metode ceramah dan pemberian leaflet yang telah dikembangkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan secara bermakna dibandingkan dengan kelompok pembandingnya yang hanya mendapatkan penyuluhan dengan metode ceramah Supardi et al, 2004 dalam Rosyari 2008. Berdasarkan Khomsan 2000, dalam ceramah pengenalan suatu inovasi, uraian panjang lebar dari penyuluh seringkali belum cukup membuat sasaran mengerti yang dimaksud oleh penyuluh. Baru setelah ditampilkan alat peraga baik berupa gambar, poster atau film, sasaran yang sudah mengenal sedikit menjadi lebih dan yang belum pernah mengenal sama sekali menjadi tahu dan dapat mereka-reka yang dimaksud. 4. Status ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder Wulan, 2010. Status ekonomi ini dapat dilihat atau diukur dari penghasilan atau pendapatan per bulan. Penghasilan atau pendapatan dibagi atas 3 kelompok, yaitu Maesaroh, 2009: a. Pendapatan rendah yaitu jika pendapatan rata-rata dibawah UMR Upah Minimum Regional per bulan b. Pendapatan sedang yaitu jika pendapatan rata-rata UMR per bulan c. Pendapatan tinggi yaitu jika pendapatan rata-rata lebih dari UMR per bulan Dari pengelompokkan penghasilan atau pendapatan per bulan tersebut, status ekonomi dapat dikelompokkan menjadi Maesaroh, 2009: a. Status ekonomi atas yaitu yang termasuk kelompok pendapatan tinggi b. Status ekonomi menengah yaitu yang termasuk kelompok pendapatan sedang c. Status ekonomi bawah yaitu yang termasuk kelompok pendapatan rendah 5. Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Hubungan sosial atau disebut juga dengan interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi, dan didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong Saraswati, 2008. Hubungan sosial atau interaksi sosial juga didefinisikan sebagai suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah, atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi Wulan, 2010. Hubungan sosial dapat diklasifikasikan menjadi Saraswati, 2008: a. Hubungan sosial primer Hubungan sosial ini terjadi apabila orang yang berinteraksi bertatap muka secara langsung, misalnya kontak antara guru dan murid di kelas, atau pembicaraan ayah dan anak di ruang makan. b. Hubungan sosial sekunder Hubungan sosial sekunder terjadi bila interaksi berlangsung melalui suatu perantara atau media seperti telepon, sms, televisi, internet, facebook, dan media sosial lainnya. 2.4.Pendidikan Kesehatan 2.4.1 Definisi Pendidikan Kesehatan Menurut WHO, pendidikan kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya Notoatmodjo, 2007. Pendidikan kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku berisiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku aman atau berisiko rendah Depkes RI, 2004. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu metode yang biasa digunakan dalam Promosi kesehatan yang penekanannya pada perubahan perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, dan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. dibawah ini menjelaskan tentang metode dan media yang membantu dalam proses pendidikan kesehatan.

2.4.2 Metode Pendidikan Kesehatan

Dokumen yang terkait

Pengaruh intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja Cleaning Service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

5 28 155

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Proses Finishing Meubel Kayu di Wilayah Ciputat Timur Tahun 2012

5 44 160

Perubahan Pengetahuan Tentang Potensi Bahaya Larutan Penggumpal dan Pencegahan Dermatitis Dengan Intervensi Penyuluhan Antara Media Lembar Balik Dengan Media Leaflet Pada Pekerja Pabrik Tahu Di Kecamatan Ciputat Dan Ciputat Timur Tahun 2013

0 10 145

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN Perbedaan Pengetahuan Remaja Sebelum Dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Tentang Gizi Seimbang Dengan Menggunakan Media Video Di SMP Negeri 2 Kartasura.

0 3 18

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN LEAFLET Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leaflet Pada Masyarakat Kabupaten Jepara.

0 3 11

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN LEAFLET Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leaflet Pada Masyarakat Kabupaten Jepara.

1 5 16

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN LEAFLET PADA Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leaflet Pada Masyarakat Desa Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.

1 4 11

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN LEAFLET PADA Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Obat Sebelum Dan Sesudah Pemberian Leaflet Pada Masyarakat Desa Kupen Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.

0 6 17

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PADA IBU-IBU PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PADA IBU-IBU ANGGOTA DHARMA WANITA PERSATUAN KABUPATEN REMBANG.

0 0 14

PERBEDAAN PENGETAHUAN TENTANG OBAT ANTIDIARE SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI PENYULUHAN PADA PERBEDAAN PENGETAHUAN TENTANG OBAT ANTIDIARE SEBELUM DAN SESUDAH DIBERI PENYULUHAN PADA MASYARAKAT DESA KARANGPELEM KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN.

0 0 15