Pengaruh intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja Cleaning Service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
DERMATITIS KONTAK DAN PENCEGAHANNYA PADA PEKERJA CLEANING SERVICE UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2013
SKRIPSI
Oleh
Arifah Fitriani
109101000058
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
(2)
i Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
1. Skrips ini hasil karya saya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoeh gelar strata satu (S1) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 05 November 2013
Arifah Fitriani
(3)
ii KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Oktober 2013
Arifah Fitriani, NIM 109101000058
PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET
TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN MENGENAI POTENSI BAHAYA DERMATITIS KONTAK DAN PENCEGAHANNYA PADA PEKERJA CLEANING SERVICE UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2013
xv + 83 halaman, 12 tabel, 2 Bagan, 9 lampiran
ABSTRAK
Salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja cleaning service adalah penggunaan Alat pelindung diri saat bekerja dan mencuci tangan dengan langkah yang baik dan benar. Sedangkan berdasarkan studi pendahuluan pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak menggunakan alat pelindung diri dan tidak mencuci tangan dengan langkah yang baik dan benar. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan melihat pengaruh media leaflet terhadap perubahan pengetahuan potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya.
Penelitian ini merupakan merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi kuasi eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah 95 pekerja cleaning service yang bekerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervesi terdiri dari 48 responden dan kelompok kontrol terdiri dari 47 orang responden. Pada kelompok intervensi diberikan penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya dengan bantuan media leaflet. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan penyuluhan dan tidak diberikan media leaflet. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari kuisioner dan wawancara.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan pada kelompok intervensi lebih besar dari kelompok kontrol. Kemudian dari hasil bivariat dengan kemaknaan 5%, diketahui bahwa media leaflet dapat mempengaruhi perubahan pengetahuan dengan p value sebesar 0,000. Selain itu, digunakan uji bivariat untuk mengetahui hubungan antara perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannnya dengan p value sebesar 0,000.
Dapat disimpulkan bahwa media leaflet dapat mempengaruhi pengetahuan potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Diharapkan media leaflet dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata Kunci :Media Leaflet, Dermatitis Kontak, Cleaning Service, Perubahan Pengetahuan
(4)
iii OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY MAJOR
Thesis, November 2013
Arifah Fitriani, NIM 109101000058
EFFECT OF COUNSELING INTERVENTIONS USING LEAFLET MEDIA TO CHANGES IN KNOWLEDGE ABOUT THE POTENTIAL HAZARD AND PREVENTION OF CONTACT DERMATITIS TO CLEANING SERVICE OF UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
xv + 83 pages, 12 tables, 2 Chart, 9 attachments ABSTRACT
One of the factors associated with the incidence of contact dermatitis in workers cleaning service is the use of personal protective equipment while working and wash hands with a good step and completely. While based on a preliminary study of cleaning service workers UIN Syarif Hidayatullah Jakarta did not use personal protective equipment and do not wash your hands with a good step and completely. This study aims to look at the effect of changes in knowledge leaflet against the potential dangers and prevention of contact dermatitis.
This research is a quantitative study with a quasi- experimental study design. This research was carried out in the UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. The samples in this study were 95 workers cleaning service that works UIN Syarif Hidayatullah Jakarta samples were divided into 2 groups: the intervention group and the control group. Intervention group consisted of 48 respondents and the control group consisted of 47 respondents. In the intervention group was given counseling about the potential dangers and prevention of contact dermatitis with the aid leaflet. Whereas in the control group was not given counseling and was not given leaflet. The data used is primary data obtained from questionnaires and interviews.
The survey results revealed that the average knowledge score greater in the intervention group than the control group. Then from the results of the bivariate significance 5 %, it is known that the leaflet can affect change knowledge with p value of 0.000. In addition, bivariate test was used to determine the relationship between changes in knowledge about the potential dangers of contact dermatitis and pencegahannnya with p value of 0.000.
It can be concluded that the leaflet can affect knowledge of potential hazards and prevention of contact dermatitis in workers cleaning service Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Expected leaflet can be used as a medium for conveying information about the health and safety of workers in the cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keywords: Media Leaflets, Contact Dermatitis, Cleaning Service, Knowledge Changes References: 38 (1995-2013)
(5)
vi
TTL : Tangerang, 30 April 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Tinggi Badan : 160 CM Berat Badan : 50 Kg
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Raya Mauk KM 11 Rt 01/01 no 24, Cadas Sepatan -Tangerang
No. telp : 085694174949-081316621494 Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Pekerjaaan : Mahasiswi, Tourism Ambassador, & Master of Ceremony (MC)
Riwayat Pendidikan
Jenjang Pendidikan Tahun Ajaran
TK Islam Sepatan 1995-1996
SD Negeri Lebak Wangi 1996-2002
SLTP Negeri I Sepatan 2002-2005
SMA Daar El Qolam Islamic Boarding School 2005-2009 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009-2013
(6)
vii
1. El- Markazi Pengurus 2007-2009 Lokal
2. Kelompok Ilmiah Santri (KIS) Ketua 2008-2009 Lokal
3 Komunitas Konsulat Tangerang Ketua 2007-2009 Lokal
4 Programmer Community Anggota 2008-2009 Lokal
5 Pramuka Anggota 2007-2010 Lokal
6 Ikatan Santri Mu’alimin Al-Islamiya (ISMI)
Deputy II 2008-2009 Lokal
7 Komunitas Angkatan 34 Daar- El Qolam
Wakil Ketua 2008-2009 Lokal
8 BEMJ Kesehatan Masyarakat Anggota 2010-2011 Lokal
9 Komunitas MC UIN SH Jakarta Anggota 2010- Sekarang Lokal 10 Ikatan Keluarga Pondok Daar El Qolam Pengurus 2011 Nasional
11 Paguyuban Pemuda Tangerang Anggota 2011 Lokal
12 Ikatan Kang & Nong Kabupaten Tangerang
Pengurus 2011-sekarang Lokal 13 Ikatan Kang & Nong Provinsi Banten Anggota 2011-sekarang Lokal 14 Ikatan Duta Pariwisata Se-Tangerang
Raya
Anggota 2011-sekarang Lokal 15 Ikatan Duta Pariwisata Nasional Anggota 2011-sekarang Nasinal 16 Ikatan Duta Pariwisata Online Anggota 2011-sekarang Nasional
No Nama Organisasi Jabatan Tahun Tingkat
17 Dewan perwakilan Cabang Daerah Kab Tangerang
Pengurus 2012 Lokal
18 Anggota Termuda dan berbakat Dewan Perwakilan Cabang Daerah Kab
Tangerang
Dewan Perwakilan Cabang Kab Tangerang
2011 Lokal
19 Anggota Terbaik Duta Pariwisata
Se-Tangerang Raya
2012 Lokal
20 Grand Finalist Mahasiswa Berprestasi FKIK UIN JKT
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan
2012 Lokal
21 Dewan perwakilan Cabang Daerah Kab Tangerang
Pengurus 2012 Lokal
22 Paguyuban Kang & Nong Kab Tangerang
(7)
viii Bismillahirrahmanirrahim….
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat serta karunianya, makalah ini bisa terselesaikan meskipun banyak halangan dan rintangan yang menghadang. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad saw. beserta keluarganya, sahabatnya, dan kepada umatnya hingga akhir zaman.
Berkat Rahmat Allah SWT dan dorongan keinginan yang kuat, sehingga penulis dapat menyusun laporan penelitian skripsi dengan judul " Pengaruh Intervensi Penyuluhan Menggunakan Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Mengenai Potensi Bahaya Dermatitis Kontak Dan Pencegahannya Pada Pekerja Cleaning Service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ” dibuat sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana kesehatan masyarakat (S.KM) Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menilik akan tujuan yang mulia dari staff pengajar, maka penulis sangat mendukung karena merupakan sarana pengembangan keahlian mahasiswa untuk mencapai kemajuan dalam mengembangkan hasil penelitian magang maupun argumennya. Semua ini merupakan sumbangan ilmu pengetahuan yang sangat dan dapat memperkaya pengetahuan ilmiah bagi bangsa dan negara Indonesia tercinta, khususnya mahasiswa Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Negeri Jakarta Program Studi Kesehatan Masyarakat.
Menilik lebih dalam,laporan ini masih jauh dari sempurna karena “tak ada gading yang tak retak”, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar penulisan penelitiannya dapat direvisi dan disempurnakan kembali.
Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan magang ini, diantaranya:
(8)
ix mereka berikan kepada saya..
2. Buat adik-adikku yang tersayang Salvia Rahmawati dan M. Faqih Abdillah yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi kepadaku, dan yang selalu memberikan senyuman.
3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ir. Febrianti, M.Si selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Iting Shofwati, ST. MKKK, selaku Dosen Pembimbing Fakultas kegiatan magang, dan sebagai penanggung jawab peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang tiada henti selalu sabar dan selalu memberikan arahan, bimbingan dan masukan yang berarti bagi penulis selama penyusuna laporan ini hingga selesai tepat waktu.
6. Ibu Raihana Nadra Alkaf, SKM, MMA selaku pembimbing II skripsi yang telah membimbing dengan tulus dan ramah sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktu yang ditetapkan,
7. Ibu Fase Badriah, Ph.D, Bpk. Drs.Farid Hamzein, M.Si, dan Ibu Rostini MKM, Selaku penguji skripsi yang telah menguji dan mengoreksi hasil penieltian ini, juga telah meluangkan waktu untuk revisi penelitian ini.
8. Keluarga Besar Paguyuban Kang & Nong Kab Tangerang. Terimaksih banyak atas support yang kalian berikan. Kalian Memberikan support dan semangat yang tidak bisa saya lupakan.
9. Temen- temen K3 2009, satu perjuangan dalam mengejar ilmu K3 (Diana, Vijeh, Amel, Rifqi, Reza, Desi, Nia, Ubay, Fadil, Denis, Defri, Dio, Henny, Sandi Lina, Fil, Pikih, Novan, Sca) atas semangat juangnya untuk selalu kompak, semoga kita sukses menjadi ahli K3, Audiotr K3 dan Manager HSE. Amien
(9)
x Pelayanan Kesehatan sukses selalu dimana pun berada.
11.Sahabat-sahabat terbaik saya selama di UIN yang selalu mendoakan saya dimanapun mereka berada Putri Rose, Moetz, Nia, Rei, Ikoh, Fatimah, Ita, Oman dan awesti. Terimakasih atas kebaikan kalian selama saya menuntut ilmu Ciputat tercinta ini.
12.Seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
Terima kasih atas segala bantuan dalam bentuk apapun. Semoga bantuan, petunjuk, bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis mendapat barakah dari Allah SWT.
Jakarta, November 2013
(10)
xi
Lembar Pernyataan i
Abstrak ii
Lembar Persetujuan iv
Biodata Penulis vi
Kata Pengantar viii
Daftar Isi xi
Daftar Tabel xv
Daftar Gambar xvii
Daftar Lampiran xviii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang 1
1.2Rumusan Masalah 9
1.3Pertanyaan Penelitian 11
1.4Tujuan Penelitian 11
1.4.1Tujuan Umum 11
1.4.2Tujuan Khusus 11
1.5Manfaat Penelitian 12
1.5.1 Bagi Peneliti 12
1.5.2 Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 12
1.5.3 Bagi Pekerja 13
1.6Ruang Lingkup Penelitian 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dermatitis Kontak 15
2.1.1.Epidemiologi Dermatitis Kontak 15
2.1.2.Bahan Kimia yang Menyebabkan Dermatitis Kontak 16
2.1.3. Jenis Pekerjaan dan Prilaku yang berisiko Terkena Dermatitis Kontak 18
2. 1.3.1 Mencuci Tangan 19
2.1.3.2 Penggunaan Alat Pelindung Diri 22
(11)
xii 2.2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 24
2.2.2.2Pengukuran Pengetahuan 28
2.3 Promosi Kesehatan 29
2.3.1 Definisi Promosi Kesehatan 29
2.3.2 Promosi Kesehatan 30
2.3.3 Pendidikan Kesehatan 31
2.3.3.1 Metode Pendidikan Promosi Kesehatan 31
2.3.3.2 Penyuluhan 34
2.3.3.3 Media Pendidikan Promosi Kesehatan 34
2.3.3.4Media Leaflet 40
2.4 Kerangka Teori 42
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1Kerangka Konsep 43
3.2Definisi Operasional 47
3.3Hipotesis Penelitian 48
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Studi 49
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 50
4.3 Populasi & Sampel Penelitian 50
4.4 Instrumen Penelitian 53
4.5 Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian 57
4.5.1 Persiapan Penelitian 57
(12)
xiii
4.5.5 Kegiatan Post-Test 62
4.6 Pengumpulan Data Penelitian 63
4.7 Pengolahan Data Penelitian 63
4.8 Teknik Analisis Data Peneltian 64
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Sample 69
5.1.1 Gambaran Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 69 5.1.2 Gambaran Umum Pekerja Cleaning Service di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 70
5.2 Univariat 71
5.2.1 Pengetahuan Sebelum Penyuluhan pada kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol 71
5.2.2 Pengetahuan Setelah Penyuluhan pada kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol 72
5.2.3 Perubahan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol 73
5.3 Bivariat 74
5.3.1 Uji Normalitas 75
5.3.2 Perbandingan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah
dilakukan Penyuluhan pada Kelompok Intervensi 76
5.3.3 Perbandingan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah
dilakukan Penyuluhan pada Kelompok Kontrol 77
5.3.4 Perbedaan Pengetahuan sebelum dilakukan Penyuluhan
antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol 79 5.3.5 Perbedaan Pengetahuan setelah dilakukan Penyuluhan
antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol 80 5.3.6 Perbedaan Perubahan Pengetahuan setelah dilakukan Penyuluhan
(13)
xiv
Dermatitis Kontak dan Bahayanya 81
5.3.8 Paparan Sumber Informasi & Hubungan Sosial 82
BAB VI PEMBAHASAN
6.1.Keterbatasan Penelitian 84
6.2 Gambaran Karakteristik Pekerja Cleaning Service
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 84
6.3 Pengetahuan Pekerja Cleaning Service pada Kelompok Intervensi 86 6.4 Pengetahuan Pekerja Cleaning Service pada Kelompok Kontrol 88 6.5 Perbedaan Pengetahuan Pekerja Cleaning Service sebelum
dan sesudah dilakukan Penyuluhan antara Kelompok Intervensi
dengan kelompok Kontrol 91
6.6 Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Pekerja Cleaning Mengenai Potensi Bahaya Dermatitis Kontak
dan Pencegahnnya 93
6.7 Pengaruh Paparan Informasi dan Hubungan Sosial 94
BAB VII KESIMPULAN & SARAN
7.1 Kesimpulan 96
7.2 Saran 96
Daftar Pustaka Lampiran
(14)
xv
Tabel 2.1 Kelebihan dan kelemahan media cetak 37
Tabel 2.2 Kelebihan dan kelemahan media elektronik 38
Tabel 2.3 Kelebihan dan kelemahan media luar ruang 39
Tabel 2.4 Kelebihan dan Kelemahan Media Leaflet 40
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional 46
Tabel 4.1 Materi pada Media Leaflet 55
Tabel 4.2 Pembagian Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol 61 Tabel 5.1 Ditribusi Responden Berdasarkan Nama Gedung,
Waktu Pelaksanaan Penyuluhan, dan Jumlah Peserta Penyuluhan 68 Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Pekerja Cleaning Service Sebelum
Penyuluhan pada kelompok Intervensidan Kelompok Kontrol 72 Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan Pekerja Cleaning Service Sesudah dilakukan
Penyuluhan pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol 73 Tabel 5.4 Distribusi Perubahan Pengetahuan Pekerja Cleaning Service antara
Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyuluhan pada kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol 74
Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Data Skor Pengetahuan Pekerja Cleaning Service Sebelum Intervensi (Pre-test) dan Setelah Intervensi
(Post-test) pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol 75 Tabel 5.6 Perbandingan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah dilakukan
Penyuluhan pada Kelompok Intervensi 76
Tabel 5.7 Perbandingan Pengetahuan antara Sebelum dan Sesudah dilakukan
Penyuluhan pada Kelompok Kontrol 77
Tabel 5.8 Perbedaan Pengetahuan sebelum dilakukan Penyuluhan (pre test) antara Kelompok Intervensi dengan kelompok Kontrol 78 Tabel 5.9 Perbedaan Pengetahuan sesudah dilakukan Penyuluhan (post test)
(15)
xvi Tabel 5.11 Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Pekerja
Cleaning Service Mengenai Potensi Bahaya Dermatitis Kontak
dan Pencegahannya 80
Tabel 5.12 Paparan sumber Informasi yang diterima pekerja cleaning service sebelum dilakukan penyuluhan Pot ensi Bahaya Dermatitis
Kontak dan Pencegahannya 82
(16)
xvii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Langkah Cuci Tangan 21
Gambar 2.2 Kerangka Preced-Proced Lawrence Green 24
Gambar 2.3 Kerangka Teori 42
(17)
xviii Lampiran 1 Kuisioner Pre test Penelitian
Lampiran 2 Kuisioner Post test Penelitian
Lamipran 3 Leaflet Dermatitis Kontak sebelum Uji Media Lampiran 4 Leaflet Dermatitis Kontak Setelah Uji Media Lampiran 5 Kuisioner Uji Media
Lamipran 6 Rekap hasil Uji Media Lampiran 7 Kuisioner Uji Validitas
Lampiran 8 Out put Hasil Uji Validitas Kuisioner Lampiran 9 Out Put Hasil Penelitian
(18)
1
1.1. Latar Belakang
Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan nonimunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen. Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit ini (Wolff, 2008). Pada tahun 1898, dermatitis kontak pertama kali dipahami memiliki lebih dari satu mekanisme, dan saat ini secara general dibagi menjadi dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan berbeda dengan dermatitis kontak alergi, dimana dermatitis kontak iritan merupakan suatu respon biologis pada kulit berdasarkan variasi dari stimulasi eksternal atau bahan pajanan yang menginduksi terjadinya inflamasi pada kulit tanpa memproduksi antibodi spesifik (Hogan, 2009).
Badan Pusat Statistik RI pada bulan Agustus 2009 mencatat bahwa sebanyak 104,87 juta jiwa (92,08%) penduduk Indonesia adalah bagian dari angkatan kerja, yang bekerja di sektor formal sebanyak 32,14 juta jiwa (30,6%) dan di sektor informal sebanyak 67,86 juta jiwa (69,3%), sedikitnya terdapat 720.457 kasus penyakit akibat kerja dalam tahun 2009 (Hudoyo, 2009).
(19)
Penyakit kulit akibat kerja sebagai salah satu bentuk penyakit akibat kerja, merupakan jenis penyakit akibat kerja terbanyak kedua setelah penyakit muskuloskeletal disorder, berjumlah sekitar 22% dari seluruh penyakit akibat kerja. Sebanyak 90% penyakit kulit akibat kerja berlokasi di tangan (Depkes, 2008).
Dari hasil penelitian Septiani (2012), dari 99 pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diteliti didapatkan pekerja yang mengalami dermatitis kontak sebanyak 32,3% dan pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak sebanyak 67,7%. Penelitian ini juga menunjukan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada cleaning sevice UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ialah lama kontak frekuensi kontak, riwayat penyakit kulit sebelumnya. Faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan atau diintervensi. Dalam populasi peneltian tersebut ditemukan semua pekerja yang tidak menggunakan APD dan tidak mempunyai kebiasaan cuci tangan yang baik. Padahal, kedua variabel tersebut dapat menjadi faktor preventif terhadap timbulnya penyakit dermatitis kontak.
Menurut Lestari (2008) faktor yang paling utama mempengaruhi terjadinya dermatitis akibat kerja karena kontak dengan bahan kimia adalah perilaku pemakaian APD berupa sarung tangan. Dari hasil penelitian Erliana (2008) menunjukkan bahwa variabel penggunaan APD mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian dermatitis kontak dengan p value 0,001. Penelitian Nuraga (2006) juga menyebutkan bahwa pekerja yang
(20)
kadang-kadang memakai APD mempunyai risiko mengalami dermatitis kontak 9 kali lebih besar dari pekerja yang selalu menggunakan APD. Nilai kisaran (minimum dan maksimum) Odds Ratio sebesar 2,018-36,279, berarti bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% kelompok responden yang kadang-kadang menggunakan APD mempunyai risiko yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok responden yang selalu menggunakan APD (Nuraga, 2006).
Selain pemakaian alat pelindung diri saat bekerja, personal hygiene atau perilaku mencuci tangan juga dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak. Dari penelitian sebelumnya memperlihatkan hasil bahwa pekerja dengan personal hygiene yang baik dan menderita dermatitis kontak sebanyak 10 orang (41,7%) dari 24 orang yang terkena dermatitis kontak, sedangkan dengan personal hygiene yang kurang baik, pekerja yang terkena dermatitis sebanyak 29 orang (51,8%) dari 56 orang pekerja (Lestari, 2007). Perilaku mencuci tangan dapat mengurangi potensi penyebab dermatitis akibat bahan kimia yang menempel sesudah bekerja, namun kenyataannya potensi untuk terkena dermatitis tetap ada. Penyebabnya adalah kesalahan dalam melakukan cuci tangan sehingga masih terdapat bahan kimia yang menempel di kulit pekerja. Kesalahan dalam mencuci tangan tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan tentang cara mencuci tangan yang benar dan pentingnya kebiasaan mencuci tangan (OSHA, 1998 dalam Ruhdiat, 2006).
Menurut penelitian Nuraga (2007) salah satu hal yang menjadi penilaian personal hygiene adalah masalah mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan
(21)
ini seharusnya dapat mengurangi potensi penyebab dermatitis akibat bahan kimia yang menempel setelah bekerja, namun pada kenyataannya potensi untuk terkena dermatitis itu tetap ada. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit pekerja.
Cleaning service adalah salah satu jenis pekerjaan basah (sering kontak dengan air) yang membuat karakteristik cleaning service menjadi berpotensi terkena penyakit kulit akibat kerja, seperti dermatitis kontak akibat kerja. Aktivitas pembersihan biasanya berlangsung di rumah, kantor, sekolah atau pabrik. Pekerjaan yang dilakukan cleaning service berpotensi mengakibatkan kerusakan fisik kulit karena kontak dengan sabun, detergen, beberapa makanan dan produk teknis lainnya. Pekerja pembersih rumah tangga dan industri lebih rentan untuk menderita dermatitis kontak iritan dan dermatitis tangan sebagai akibat dari paparan alergen (Escala, 2010).
Produk pembersih telah dikembangkan untuk menghilangkan debu, kotoran, melarutkan kotoran berminyak dan sebagai disinfektan. Namun produk ini mengandung berbagai jenis bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan (OSHA, 2008). Bahan iritan yang umum digunakan dalam produk pembersih yang dapat menyebabkan dermatitis ialah asam dan basa, detergen, surfaktan dan solvent. Bahan tambahan yang sering digunakan seperti pewangi, pewarna, dll merupakan zat sensitizer bagi kulit dan detergen keras biasanya
(22)
mengandung senyawa ammonium surfaktan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Produk pembersih yang mengandung zat berbahaya tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui kontak kulit. Jika paparan terlalu tinggi dan terlalu lama dapat menimbulkan risiko penyakit kulit. Pekerja Cleaning service terpapar bahan kimia dalam produk pembersih dalam melakukan pekerjaannya sehari hari yaitu seperti mengepel, mencuci piring atau membersihkan toilet. Oleh karena itu cleaning service merupakan salah satu pekerjaan yang berisiko tinggi terhadap kejadian dermatitis kontak (Frosch, 2011).
Menurut HL Bloom, derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Meskipun perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah lingkungan, namun faktor perilaku berperan dalam ketiga faktor lainnya. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan derajat kesehatan, intervensi terhadap faktor perilaku sangat strategis. Terbentuknya perilaku baru dimulai pada domain kognitif, dimana seseorang tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru dan pada akhirnya akan terbentuk perilaku baru (Bloom, 1956). Oleh sebab itu, intervensi terhadap faktor perilaku seperti penggunaan APD dan perilaku mencuci tangan dilakukan melalui pendidikan kesehatan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, dari 30 orang cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan hasil bahwa 100 % pekerja menggunakan bahan atau zat kimia tanpa menggunakan
(23)
alat pelindung diri dalam mengerjakan pekerjaan mengepel lantai, membersihkan toilet dan beberapa diantaranya membersihkan ruangan laboratorium. Sebanyak 3 orang mengetahui bahaya dari bahan kimia yang digunakan untuk mengepel dan membersihkan toilet tersebut, pengetahuan tersebut pekerja ketahui dari TV, koran, kemasan produk, dan mendengar informasi dari orang lain, sisanya sebanyak 27 orang tidak mengetahui mengenai bahaya dari bahan kimia tersebut. Pekerja yang mencuci tangan setelah bekerja sebanyak 6 orang, sisanya sebanyak 24 orang tidak mencuci tangan setelah bekerja.
Hasil pendahuluan menunjukkan pekerja cleaning service yang menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa sarung tangan saat bekerja hanya 2 orang, sisanya tidak memakai APD dengan alasan responden tidak memiliki APD karena pihak UIN SH Jakarta tidak menyediakan APD tersebut. Pekerja akan menggunakan sarung tangan hanya disaat melakukan pekerjaan tertentu seperti pekerjaan yang dianggap kotor seperti membersihkan taman dan memotong rumput atau tanaman hias yang berada taman kampus. Sekitar 28 orang dari pekerja tidak mengetahui bahaya tidak menggunakan APD saat bekerja, karena belum pernah ada penyuluhan yang diberikan oleh pihak UIN mengenai kesehatan dan keselamatan kerja yang berhubungan dengan potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahan. Dari hasil studi pendahuluan juga didapatkan hasil bahwa personal hygiene pekerja yang mencuci tangan dengan sabun pencuci tangan hanya terdapat 5 orang dan sisanya sekitar 25 orang
(24)
mencuci tangan menggunakan air yang mengalir tanpa menggunakan sabun pencuci tanagn. Dari keterangan pekerja, alasan pekerja mencuci tangan tanpa menggunakan sabun pencuci tangan adalah karena pekerja berpendapat bahwa dengan menggunakan air mengalir saja sudah cukup untuk membersihkan kotoran yang menempel ditangan pekerja dan pekerja tidak mengetahui manfaat mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun pencuci tangan.
Berdasarkan data penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Septiani (2012) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya dermatitis kontak pada pekerja cleaning service dan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, melalui kuisioner dan wawancara pada pekerja cleaning service yang menunjukan bahwa pekerja cleaning service tidak memiliki pengetahuan mengenai bahaya zat kimia yang digunakan saat bekerja dan tidak memiliki rasa peduli untuk mencuci tangan setelah bekerja. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
Menurut Notoatmodjo (2003) untuk meningkatkan pengetahuan pekerja cleaning service, maka perlu dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat sehingga akan memudahkan terjadinya perilaku sehat pada pekerja. Penyuluhan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
(25)
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media. Metode yang digunakan tergantung pada sasaran. Apabila kelompok sasarannya besar maka metode yang digunakan adalah ceramah. Ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Sedangkan media yang digunakan dapat berupa media cetak (brosur dan poster), elektronik (televisi, radio, video, slide, dan film), dan media papan (billboard) (Notoatmodjo, 2003).
Salah satu media yang dapat digunakan secara efektif untuk memberikan informasi kesehatan adalah leaflet. Media leaflet mempunyai beberapa kelebihan yaitu lebih tahan lama, dapat dibawa kemana-mana dengan mudah, mencakup banyak orang, biaya murah, dan dapat mempermudah pemahaman (Notoatmodjo, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Suraya (2011) menunjukkan bahwa penyuluhan menggunakan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengnai pola pemberian ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Jayanti (2010) menunjukan bahwa ada perubahan pengetahuan ibu balita gizi buruk antara sebelum dan sesudah penyuluhan menggunakan media leaflet.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melihat pengaruh intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahnnya pada pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
(26)
1.2. Rumusan Masalah
Penyakit Dermatitis Kontak berisiko menyerang pada pekerja yang menggunakan bahan kimia dalam melakukan pekerjaannya, salah satunya adalah pekerja cleaning service yang melakukan pekerjaan mengepel lantai, membersihkan kaca, membersihkan toilet secara rutin dan membersihkan sisa praktikum di laboratorium. Dermatitis kontak yang terjadi pada pekerja cleaning service disebabkan oleh paparan bahan kimia yang digunakan dalam melakukan pekerjaan mengepel lantai, membersihkan kaca, membersihkan toilet atau membersihkan ruangan laboratorium. Kejadian dermatitis kontak tersebut dapat dihindari atau dapat dicegah dengan penggunaan alat pelindung diri APD berupa sarung tangan saat bekerja dan melakukan langkah cuci tangan yang baik dan benar sebelum dan sesudah bekerja.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dari 30 orang pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat 27 orang tidak mengetahui bahaya dari bahan kimia yang digunakan responden saat melakukan pekerjaan seperti mengepel, membersihkan toilet, membersihkan kaca dan membersihkan laboratorium. Selain itu, seluruh pekerja cleaning service tersebut tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan dalam mengerjakan tugas hariannya karena tidak disediakan oleh pihak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pekerja cleaning service bekerja menggunakan sarung tangan jika pekerja melakukan pekerjaan yang dianggap kotor seperti membersihkan taman dan memotong rumput atau tanaman hias yang berada taman kampus.
(27)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pula diketahui bahwa dari 19 orang dari 30 pekerja cleaning service mencuci tangan dengan sabun pencuci tangan setelah bekerja, sisanya sebanyak 11 orang tidak mencuci tangan setelah bekerja hanya sebelum bekerja, pekerja beranggapan bahwa tangan pekerja tidak terkena kotoran apapun dan masih terlihat bersih sehingga pekerja akan mencuci tangan jika tangan pekerja ada kotoran yang terlihat. Oleh sebab itu, pekerja hanya mencuci tangan sebelum atau sesudah bekerja dan terkadang hanya menggunakan air saja tanpa menggunakan sabun pencuci tangan.
Hal tersebut terjadi disebabkan karena pekerja cleaning service tidak memiliki pengetahuan mengenai potensi bahaya penyakit dermatitis kontak dan juga tidak mengetahui langkah cuci tangan yang baik dan benar sebagai pencegahan dari penyakit dermatitis kontak tersebut. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa pekerja cleaning service tidak pernah mengikuti penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahnnya. Oleh sebab itu, pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakartaperlu berikan penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya agar pekerja terhindar dari penyakit dermatitis kontak yang dapat menghambat produktivitas pekerja dalam melakukan pekerjaannya.
(28)
1.3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan pengetahuan mengenai potensi dermatitis kontak dan pencegahannya sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media leaflet pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013?
2. Apakah ada hubungan antara penyuluhan menggunakan media leaflet dengan perubahan pengetahuan mengenai potensi dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013?
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media leaflet dengan perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak antara sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. 1.4.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diketahuinya perbedaan pengetahuan mengenai potensi dermatitis kontak dan pencegahannya sebelum dan sesudah dilakukan
(29)
penyuluhan dengan menggunakan media leaflet pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.
2. Diketahuinya ada hubungan antara penyuluhan menggunakan media leaflet dengan perubahan pengetahuan mengenai potensi dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti adalah yaitu peneliti menambah pengetahuan mengenai pengaruh media leaflet terhadap pengetahuan mengenai dermatitis kontak dan pencegahannya. Selain itu, peneliti juga mendapatkan pengalaman dalam melakukan penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja yang berisiko terkena penyakit dermatitis kontak.
1.5.2 Bagi UIN Syarif Hidayatatullah Jakarta
Manfaat penelitian bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu dapat memberikan pertimbangan untuk menggunakan media leaflet sebagai metode untuk meningkatkan pengetahuan pekerja Cleaning service mengenai informasi- informasi kesehatan dan keselamatan kerja. Selain itu,
(30)
hasil peneltian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian berikutnya atau masukan dalam membuat sebuah kebijakan.
1.5.3 Bagi Pekerja
Manfaat bagi pekerja yaitu sebagai bahan informasi dan masukan untuk memperhatikan kesehatan kerja pekerja cleaning service dalam upaya pencegahan dermatitis kontak yang merupakan penyakit kulit akibat kerja. Para pekerja cleaning service diharapkan dapat mengurangi kontak secara langsung dengan bahan kimia berbahaya yang berada dalam produk pembersih, yaitu dengan memakai alat pelindung diri berupa sarung tangan, sehingga dapat melindungi kulit pekerja dan mengurangi paparan bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi kulit.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan oleh mahasiswa peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk melihat pengaruh intervensi penyuluhan dengan media intervensi menggunakan media leaflet terhadap tingkat pengetahuan pekerja cleaning service UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Peneltian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2013 hingga Oktober 2013.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi yang digunakan adalah Quasi-Experimental Design dalam bentuk
(31)
Non-equivalent Control Group Design dengan bantuan instrumen penelitian
berupa kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Populasi penelitian diketahui dari penelitian sebelumnya terdapat pekerja cleaning service yang masih aktif bekerja yaitu 99 orang.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 30 orang pekerja cleaning service di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Berdasarkan hasil studi pendahuluan Sekitar 75 % dari pekerja tidak mengetahui bahaya tidak menggunakan APD saat bekerja, karena belum pernah ada penyuluhan yang diberikan oleh pihak UIN mengenai potensi bahaya dan pencegahan dermatitis kontak dan bahaya dermatitis kontak.
(32)
15
2.1Dermatitis Kontak
2.1.1 Epidemiologi Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Data epidemiologi penderita dermatitis kontak sulit didapat. Jumlah penderita dermatitis kontak diperkirakan cukup banyak, namun sulit untuk diketahui jumlahnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita yang tidak datang berobat dengan kelainan ringan (Sularsito, 2008). Dari data yang didapatkan dari U.S. Bureau of Labour Statistic menunjukkan bahwa 249.000 kasus penyakit akupasional nonfatal pada tahun 2004 untuk kedua jenis kelamin, 15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang merupakan penyebab kedua terbesar untuk semua penyakit okupational. Juga berdasarkan survey tahunan dari institusi yang sama, bahwa incident rate untuk penyakit okupasional atau penyakit akibat kerja pada populasi pekerja di Amerika, menunjukkan 90-95% dari penyakit okupasional adalah dermatitis kontak, dan 80% dari penyakit didalamnya adalah dermatitis kontak iritan (Wolf, 2008).
Menurut Gould (2003), Sebuah kusioner penelitian diantara 20.000 orang yang dipilih secara acak di Sweden melaporkan bahwa 25% memiliki perkembangan gejala selama tahun sebelumnya. Orang yang bekerja pada industri berat, mereka yang bekerja bersentuhan dengan bahan kimia keras
(33)
yang memiliki potensial merusak kulit dan mereka yang diterima untuk mengerjakan pekerjaan basah secara rutin memiliki faktor resiko. laki-laki yang dipekerjakan sebagai pekerja metal, pekerja karet, terapis kecantikan, dan tukang roti, pembantu rumah tangg dan cleaning service.
2.1.2 Bahan Kimia yang Menyebabkan Dermatitis Kontak
Paparan bahan kimia ditentukan oleh banyak faktor termasuk lama kontak (durasi), frekuensi kontak, konsentrasi bahan dan lain-lain (Agius R, 2006). Sehingga terjadinya resiko kontak bahan kimia perlu dikendalikan dan dikontrol seperti membatasi jumlah kontak yang terjadi. Oleh karena itu bahan kimia merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak (Djuanda, 2007).
Bahan kimia cair asam berbeda cara kerjanya dengan basa. Asam menimbulkan luka bakar luas dengan efek panas dengan proses perusakan jaringan lunak. Cairan korosif memerlukan pH yang rendah atau sangat tinggi untuk menyebabkan korosi, namun pada paparan awal tidak timbul rasa sakit (Linins I, 2006).
Beberapa bahan kimia yang memiliki potensi iritasi dan sensitisasi pada kulit menurut National Safety Council Itasca, Illnois dalam buletin SHARP tahun 2001 dalam Nuraga (2006) sebagai berikut :
(34)
Sumber: Emmanuelle Brun. 2009. The Occupational Safety and Health of Cleaning Workers (EU-OSHA)
Kandungan Bahan Kimia Pada Produk Pembersih
Produk yang Mengandung Bahan
Kimia
Kemungkinan Pengaruh Terhadap Kesehatan Manusia
Asam ( sulfur, asam asetat, asam sitrat, hydrochloric)
Produk pembersih kimia, terutama produk pembersih
toilet
Bersifat korosif ;
Kulit terbakar-dermatitis; jika kontak dengan mata dapat mengurangi penglihatan atau kebutaan misalnya karena asam hydrochloric
Iritasi kulit, mata dan selaput lendir, masalah pernafasan, adanya kemungkinan asma
Alkali (amonium
hidroksida, sodium hidroksida, silika, karbon)
Produk pembersih lemak
Iritasi kulit, mata dan selaput lendir; keracunan
Hipoklorit, aldehid, senyawa amonium
Disinfektan Sensitisasi, iritasi selaput lendir
Solvent (toluene, alkohol, glikol eter seperti 2-butoxyethanol) Produk pembersih lantai, produk pembersih lemak, disinfektan, deterjen, wax
Iritasi kulit, sistem pernafasan; racun bagi saraf atau reproduksi
Fatty acid salts, organic sulphonates
Deterjen, sabun Iritasi kulit, mata dan selaput lendir
Formaldehid
Bahan pengawet atau disinfekan pada pembersih lantai, wax, deterjen, dll
Terutama menyebabkan alergi dan sensitisasi
Bahan pencampur (EDTA, Nitrilotriacetc acid (NTA))
Pelarut pembersih Iritasi kulit, mata dan selaput lendir Film formers, semir (wax,
acryl polymers,
polyethylene) Produk perawatan permukaan Sensitisasi Ethanolamine Anti korosif: surfaktan biasa digunakan pada produk perawatan lantai, pemakaian umum, kaca dan pembersih kamar mandi
Sensitisasi kulit; iritasi jalur pernafasan dan paru-paru; berhubungan dengan asma akibat kerja
Tabel 2.1 Bahaya Kimia di Tempat Kerja Cleaning Service Kontak Alergi
(35)
2.1.3 Jenis Pekerjaan dan Prilaku yang berisiko Terkena Dermatitis Kontak Tabel 2.2 Pekerja yang Berisiko Terpapar Dermatitis kontak
(36)
2.1.3.1Mencuci Tangan
Kebiasaan pekerja yang kurang baik untuk tidak segera mencuci setelah terkena kontak dengan agen bahan kimia merupakan prilaku yang dapat menyebabkan dermatitis kontak. Kebersihan pribadi seperti mencuci tangan setelah menyelesaikan setiap pekerjaan merupakan preventif yang baik, namun tergantung fasilitas mencuci tangan, yaitu dengan air kran yang mengalir, kualitas saat mencuci tangan, pengetahuan tentang pentingnya kebiasaan mencuci tangan (OSHA 1998 dalam Ruhdiat 2006).
Pekerja yang kurang bersih, misalnya tidak membersihkan badan sehabis bekerja, tidak memakai alat pelindung diri atau memakai pakaian yang telah terkontaminasi akan lebih mudah terkena dermatosis akibat kerja (Ganong 2006 dalam Ernasari 2012). Higiene perseorangan merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak. Analisis hubungan antara personal hygiene dengan dermatitis kontak memperlihatkan hasil bahwa pekerja dengan personal hygiene yang baik sebanyak 10 orang (41,7%) dari 24 orang pekerja terkena dermatitis kontak. Sedangkan dengan personal hygiene yang kurang baik, pekerja yang terkena dermatitis sebanyak 29 orang (51,8%) dari 56 orang pekerja. Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan ini seharusnya dapat mengurangi potensi
(37)
penyebab dermatitis akibat bahan kimia yang menempel setelah bekerja, namun pada kenyataannya potensi untuk terkena dermatitis itu tetap ada. Kesalahan dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah satu penyebabnya.
Pemilihan jenis sabun cuci tangan juga dapat berpengaruh terhadap kebersihan sekaligus kesehatan kulit pekerja. Sebaiknya memilih sabun cuci tangan yang dapat menghilangkan bahan kimia tangan namun tidak merusak lapisan pelindung tangan. Jika jenis sabun ini sulit ditemukan dapat menggunakan pelembab tangan setelah mencuci tangan. Usaha mengeringkan tangan setelah dicuci juga dapat berperan dalam mencegah semakin parahnya kondisi kulit karena tangan yang lembab.
Mencuci pakaian juga merupakan salah satu usaha untuk mencegah terjadinya dermatitis kontak. Sebaiknya pakaian kerja yang telah terkontaminasi bahan kimia tidak digunakan kembali sebelum dicuci. Akan lebih baik lagi jika pencucian baju kerja dilakukan setiap hari setelah digunakan. Selain itu cara pencucian perlu diperhatikan. Jangan mencampur/merendam baju kerja dengan pakaian yang dikenakan sehari-hari. Usahakan mencuci pakaian kerja dengan menggunakan mesin cuci, namun cara manual tidak menjadi masalah asalkan setelah mencuci, tangan dibersihkan kembali dengan baik (WHO, 2005).
Menurut penelitian Ruhdiat (2006) menunjukkan bahwa sebanyak 15 responden yang selalu menjaga kebersihan diri dengan
(38)
selalu mencuci tangan (24,46%) dan sebanyak 46 responden (75,41%) yang kadang-kadang mencuci tangan. Apabila ditinjau dari frekuensinya terlihat bahwa responden yang selalu mencuci tangan mempunyai perjalanan dermatitis kontak yang lebih sedikit. Namun persentase yang tidak pernah mengalami terjadinya dermatitis kontak pada kelompok responden yang kadang-kadang mencuci tangan ternyata lebih besar, yaitu 7 orang (87,5%) dibandingkan kelompok responden yang selalu mencuci tangan hanya 1 orang (12,5%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kebiasaan mencuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan tidak berpengaruh pada terjadinya dermatitis kontak (p value=0,407).
aGambar 2.1
(39)
2.1.3.2 Penggunaan Alat Pelindung Diri
Selain prilaku kebiasaan mencuci tangan, prilaku menggunakan alat pelindung diri merupakan salah satu prilaku yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak. Hasil penelitian Cahyawati (2011) menunjukkan bahwa pemakaian alat pelindung diri ternyata menjadi faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis pada nelayan. Responden yang cenderung memakai APD secara baik lebih rendah berisiko terkena dermatitis p = 0,001 yang berarti bahwa pemakaian APD berhubungan secara signifikan dengan kejadian dermatitis.
Selain itu hubungan antara kebiasaan menggunakan APD dengan dermatitis kontak juga diperoleh dari penelitian Erliana (2008) bahwa proporsi pekerja yang tidak menggunakan APD diketahui 87,5% menderita dermatitis kontak dibandingkan dengan pekerja yang menggunakan APD hanya 19%. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa variabel penggunaan APD mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian dermatitis kontak (p=0,001).
Untuk mencegah terjangkitnya penyakit kulit akibat kerja maka pemakaian alat pelindung diri (APD) untuk perlindungan kulit sangat pentingm, karena dengan pemakaian APD yang tidak sesuai atau tidak tepat dapat menyebabkan suatu gangguan dari aktivitas pekerja yaitu bila pekerja tersebut kontak dengan bahan berbahaya maka penyakit kulit seperti dermatitis dapat terjadi. Perlindungan kulit ini tidak hanya melibatkan pekerja tapi juga pemberi kerja, namun hal
(40)
yang juga penting ialah keterlibatan peraturan atau perundang-undangan (Nuraga, 2006).
2.2 Konsep Prilaku
2.2.1 Teori Lawrence Green
Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan tergadap faktor perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut. Dengan demikian kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan determinan. Menurut Lawrence Green perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :
a. Faktor Pendorong (Predisposing Factors)
Faktor yang mempermudah atau memprodisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling factors)
Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Misalnya : Puskesmas, Rumah Sakit, tempat pembangunan dan lain-lain.
c. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor penguat merupakan faktor pendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Terkadang seseorang ang mengetahui dan mampu untuk berperilaku sehat, namun tidak dapat melakukannya. Contoh : Seorang ibu hamil, tahu manfaat periksa hamil dan di dekat rumahnya ada
(41)
puskesmas, dekat dengan bidan, tetapi ia tidak mau melakukan periksa hamil namun anaknya tetap sehat.
2.2.2 Konsep Pengetahuan
2.2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Pengalaman
Notoatmodjo (2003) mengatakan pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa apa itu panas adalah setelah memperoleh pengalaman tangan atau kakinya kena panas. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangganya kena penyakit polio sehingga cacat, karena anak tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio. Sulaeman
aGambar 2.2
(42)
(1995) juga mengatakan bahwa pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang didapat sebelumnya.
2. Pendidikan
Jenjang pendidikan formal yang didapat seseorang akan membantu pembentukan individu dalam masa perkembangannya (Sarwono, 2006). Survei Demografi di 40 negara (Engendering Development, Bank Dunia, 2001) memperlihatkan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan ibu, makin rendah angka kematian bayi. Bahkan, seorang ibu yang menyelesaikan pendidikan dasar enam tahun akan menurunkan angka kematian bayi secara signifikan dibandingkan dengan para ibu yang tidak tamat sekolah dasar. Angka kematian bayi ini bahkan semakin rendah bila para ibu menyelesaikan pendidikan menengah tingkat pertama. Beberapa penelitian membuktikan adanya hubungan antara tingkat pendidikandengan pengetahuan. Hasil penelitian Hariyanto (1997) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan tentang penyakit AIDS dan sikap terhadap penderita AIDS, membuktikan bahwa ternyata ada hubungan bermakna antara tingkatan pendidikan dengan pengetahuan tentang penyakit AIDS dengan Pvalue = 0,0071. Wirni (1997) dalam penelitiannya yang berjudul pendidikan formal ibu balita dengan pengetahuan, sikap, praktek tentang penyakit Infeksi Cacing Usus (ICU) di RW 03, Kelurahan Pulo Gadung, Jakarta Timur tahun 1997, menunjukkan
(43)
ada hubungan bermakna antara pendidikan formal dengan pengetahuan tentang ICU dengan Pvalue= 0,0003.
3. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. 4. Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku. 5. Sumber Informasi
Sumber informasi berhubungan dengan pengetahuan, baik dari orang maupun media (Notoatmodjo, 2003). Sarwono (1997) juga menekankan kalau sumber informasi dari orang itu mempengaruhi pengetahuan seseorang, yang dipengaruhi antara lain: masyarakat, baik teman bergaul maupun tenaga kesahatan. Dalam proses peningkatan pengetahuan agar diperoleh hasil yang efektif diperlukan alat bantu. Fungsi media dalam pembentukan pengetahuan seseorang menyampaikan informasi atau pesan-pesan (Notoatmodjo, 2003).
a. Keluarga
Keluarga merupakan orang-orang yang saling berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari (Friedman, 1998). Orangtua merupakan “guru” yang utama, karena orangtua menginterpretasikan dunia dan
(44)
masyarakat bagi anak-anak mereka. Keluarga memegang peranan penting dalam unsur pendidikan dan pembina bagi para remaja, karena keluarga merupakan lingkungan utama dan pertama dalam pendidikan (Fatah, 2004). Keluarga telah lama dilihat sebagai konteks yang paling vital bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Keluarga memiliki pengaruh penting sekali terhadap pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri (Friedman, 1998).
b. Teman bergaul
Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja (siswa) mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan pengetahuannya di masa pubertas yang dapat berlanjut kepada proses pembentukan kepribadian seorang remaja. Peranannya itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir ini, yaitu: perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil; kesenjangan antara genarasi tua dan generasi muda; ekspansi jaringan komunikasi di antara kawula muda; dan panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa (Yusuf, 2004).
c. Media Massa
Peran media massa hampir setiap saat mensosialisasikan sebuah gaya hidup remaja, baik berupa tayangan sinetron, iklan yang ada di televisi maupun sajian yang tersedia dalam majalah. Media begitu gencarnya memberi hanya satu pilihan ideal yang tidak mungkin dapat dicapai semua remaja, akibatnya remaja ragu atas pendiriannya dan tidak ada jalan lain selain mengikuti arus tren (Bambang dalam Elandis, 2005).
(45)
d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain salinng berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama
(Kontjaraningrat dalam Effendy, 1998). Karena keluarga dan sekolah berada di dalam masyarakat, lingkungan masyarakat juga menjadi faktor yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Konsistensi nilai-nilai, sikap, aturan-aturan, norma, moral, dan perilaku masyarakat tersebut sehingga akan diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh proses perkembangannya. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak sedikit kecenderungan ke arah penyimpangan perilaku, sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri yang tidak baik, berasal dari pengaruh lingkungan masyarakat (Ali, 2004).
2.2.2.2Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur. Guna mengukur suatu pengetahuan dapat digunakan suatu pertanyaan. Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betul-salah dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini
(46)
melibatkan factor subjektif dari nilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai yang satu dibandingkan dengan yang lain dan dari satu waktu ke waktu lainnya. Pertanyaan pilihan ganda, betul-salah, menjodohkan disebut pertanyaan objektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai. Pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum yaitu pertanyaan subjektif dari peneliti. Pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat. Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan ada dua kategori yaitu: menggunakan pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choise), pertanyaan betul salah dan pertanyaan menjodohkan.
2.3 Promosi Kesehatan
2.3.1 Definisi Promosi Kesehatan
WHO berdasarkan piagam Ottawa (1986) dalam Heri.D.J. Maulana (2009) hal. 19, mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk meningkatkan control dan peningkatan kesehatannya. WHO
(47)
menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri (Maulana,2009).
2.3.2 Tujuan Promosi Kesehatan
Green,1991 dalam Maulana,2009,tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:
a. Tujuan Program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.
b. Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.
c. Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja tentang
(48)
tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan
2.3.3 Pendidikan Kesehatan
2.3.3.1 Metode Pendidikan Promosi Kesehatan
Menurut WHO (1992), yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan untuk menyampaikan pesan kesehatan sehingga mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat. Berikut ini adalah uraian mengenai beberapa metode promosiatau pendidikan individual, kelompok dan massa/publik, :
1. Metode Pendidikan Individual (perorangan) Bentuk pendekatan ini antara lain :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
Dengan cara ini kontak anatar klien dengan petugas lebih sensitif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelsaiannya.
b. Wawancara (interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah prilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai
(49)
dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Aapbila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode Promosi Kelompok
Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok yang kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.
1. Kelompok Besar
Kelompok besar disisni adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.
a. Ceramah : Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
b. Seminar : Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
2. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya disebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil, diantaranya adalah sebagai berikut:
(50)
b. Curah pendapat (Brain Storming) c. Bola Salju (Snow Bolling)
d. Kelompok-kelompok kecil (Buzz Group) e. Role Play (memainkan peranan)
f. Permainan Simulasi
3. Metode Promosi Kesehatan Massa
Metode pendidikan atau promosi kesehatan secara massa dipakai untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masayarakat yang sifatnya massa atau publik. Dengan demikian cara yang paling tepat adalah pendekatan massa.
Beberapa contoh metode promosi kesehatan secara massa ini, antara lain :
a. Ceramah Umum (Public Speaking) b. Penyuluhan massa
c. Pidato-pidato d. Simulasi
e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan dan penyakit adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa.
f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya.
(51)
2.3.3.2 Penyuluhan
Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang (WHO, 1992). Penyuluhan merupakan proses perubahan prilaku melalui upaya pendekatan edukatif yang dilakukan secara sistematik, terencana dan terarah dengan peran serta aktif individu maupun kelompok untuk memmecahkan masalaha dengan memepertimbangkan faktor sosial, ekonomi, dan budaya setempat.
Dalam pelaksanaannya, penyuluhan sebagai proses perubahan prilaku selalu saja ada berbagai kendala. Titik berat proses penyuluhan sebagai proses perubahan prilaku adalah adanya penyuluhan yang berkesinambungan, sehingga dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga ada perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mental yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan. Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif antara klien dengan petugas dan setiap masalahnya dapat diteliti dan dibantu penyelesainnya (Maulana, 2009)
2.3.3.3 Media Pendidikan Promosi Kesehatan
Media pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau media
(52)
bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indra (Depkes RI, 2008). Semakin banyak panca indra yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengerahkan indera sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman. Menurut penelitian para ahli, panca indera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75%-87%), sedangkan 13%-25% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya (Depkes, 2008).
Berdasarkan fusngsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu
1. Media Cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, antara lain :
c. Booklet
Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
d. Leaflet
Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi.
Leaflet merupakan lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa.
(53)
e. Flyer (Selebaran)
Flyer merupakan leaflet tetati tidak dalam bentuk lipatan. f. Flip Chart (Lembar Balik)
Flip Chart merupakan media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dslam bentuk baku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
g. Rubrik
Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
h. Poster
Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan informasi kesehatan yang biasanya ditempel di dinding atau di tempat umum maupun di kendaraan umum.
(54)
Kelebihan dan kelemahan media cetak dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 2.1
Kelebihan dan kelemahan media cetak
Kelebihan kelemahan
- Tahan Lama
- Mencakup banyak orang - Biaya tidak tinggi - Tidak perlu listrik
- Dapat dibawa kemana-kemana - Dapat mengungkit rasa
keindahan
- Mempermudah pemahaman - Meningkatkan semangat belajar
- Media ini tidak
menstimulir efek suara dan efek gerak
- Mudah rusak
2. Media Elektronik
Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan dan jenisnya berbeda-beda antara lain :
A. Televisi
Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi dsalam bentuk : sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV, Sport, quiz atau cerdas cermat dan sebagainya.
B. Radio
Penyampaian informasi atau pesan kesehatn memalui radio juga dapat berbentuk macam-macam seperti :obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio sport, dan sebagainya.
(55)
C. Video
Penyampaian informasi atau pesan kesehatan dapat melalui pemutaran video-video yang bertemakan kesehatan.
D. Slide
Silde dapat digunakan untuk menyampaikan infoermasi atau pesan kesehatan yang berisisan point-point keseharan.
Kelebihan dan kelemahan media elektronik dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.2
Kelebihan dan kelemahan media elektronik
Kelebihan kelemahan
- Sudah dikenal masyarakat - Mengikutsertakan semua
panca indra
- Lebih mudah dipahami - Lebih menarik karena ada
suara dan gambar bergerak - Penyajian dapat dikendalikan - Jangkauan relatif besar - Sebagai alat diskusi dan
dapat diulang-ulang
- Biaya Lebih tinggi - Sedikit rumit - Perli listrik
- Perlu alat canggih untuk memproduksinya
- Perlu persiapan matang
- Peralatan selalu berkembang dan berubah
- Perlu keterampilan penyimpanan - Perlu terampil dalam pengoperasiannya
3. Media Luar ruang
Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, contohnya adalah sbegai berikut :
(56)
a. Papan Reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum diperjalanan.
b. Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar yang dibuat atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang disuatu tempat strategi agar dapat dilihat oleh semua orang. c. Pameran
d. Banner
e. TV Layar Lebar
Kelebihan dan kelemahan media luar ruang dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.3
Kelebihan dan kelemahan media luar ruang
Kelebihan kelemahan
- Sebagai informasi umum dan hiburan
- Mengikutsertakan semua panca indra
- Lebih mudah dipahami
- Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak
- Bertatap muka
- Penyajian dapat dikendalikan - Jangkauan relatif besar
- Dapat menjadi tempat bertanya lebih detail
- Biaya lebih tinggi - Sedikit rumit
- Ada yang memerlukan listrik - Ada yang memerlukan alat
canggih untuk produksinya - Perlu persiapan matang
- Peralatan selalu berkembang dan berubah
- Perlu keterampilan penyimpanan - Perlu keterampilan dalam
(57)
2.3.3.4 Media Leaflet
Leaflet merupakan lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa.
Tujuan penggunaan Leaflet
1. Untuk mengingat kembali tentang hal-hal yang telah diajarkanatau dikomunikasikan
2. Diberikan sewaktu kampanye untuk memperkuat ide yang telah disampaikan
3. Untuk memperkenalkan ide-ide baru kepada orang banyak
Kelebihan dan kelemahan media leaflet dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.4
Kelebihan dan kelemahan media Leaflet
Kelebihan kelemahan
- Leaflet dipilih karena dianggap memiliki nilai praktis.
- Dalam leaflet, hanya di informasikan secara garis besar
- media leaflet dianggap lebih praktis
- Bila cetakannya tidak menarik orang enggan untuk
menyimpannya.
- Pada umumnya orang tidak mau membaca karena hurufnya terlalu kecil.
- Tidak bisa digunakan oleh sasaran yang buta huruf
Leaflet yang baik adalah leaflet yang memiliki kriteria dibawah ini : 1. Menggunakan bahasan sederhana dan mudah dimengerti oleh
pembacanya
(58)
3. Jangan banyak tulisan, sebaiknya dikombinasikan antara tulisan dan gambar
(59)
2.4 Kerangka Teori
Kerangka teori ini merupakan modifikasi dari teori Lawrence Green, promosi kesehatan ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu : Faktor Predisposisi, Faktor Penguat dan Faktor Kemungkinan. Salah satu Faktor Predisposisi adalah pengetahuan, dan pengetahuan sendiri terdapat faktor faktor yang mempengaruhinya, antara lain : pengalaman, pendidikan, keyakinan, fasilitas, sumber informasi dan hubungan sosial (Maulana, 2009).
Pendidikan Kesehatan
(Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan) - Pengalaman
- Pendidikan - Keyakinan - Fasilitas
- Sumber Informasi - Hubungan Sosial Metode
- Penyuluhan - Seminar
- Diskusi Kelompok - Role Play
Media: - Leaflet - Poster - Bill board - Spanduk - Video/Film - Flipchart
Faktor Predisposisi: (predisposing Factors)
- Pengetahuan - Sikap - Keyakinan - Kepercayaan - Nilai-Nilai - Tradisi
aGambar 2.3 Kerangka Teori
(60)
43
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1Kerangka Konsep
Penelitian ini bertujuan untuk menegatahui efektivitas media leaflet terhadap perubahan pengetahuan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Sesuai dengan tujuan tersebut, penelitian akan lebih difokuskan pada beberapa faktor sesuai dengan kerangka konsep di berikut ini :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Intervensi
Penyuluhan dengan Media Leaflet
Pengetahuan Pekerja cleaning service Mengenai Potensi Bahaya Dermatitis Kontak dan Pencegahannya
Sumber Informasi Hubungan Sosial
(61)
Berdasarkan kerangka konsep diatas, yang menjadi variable dependen adalah pengetahuan pekerja cleaning service (selisih skor menjawab kuisioner sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan). Variabel independennya adalah intervensi penyuluhan dengan media leaflet dan variabel faktor yang mempengaruhi pengetahuan seperti sumber informasi dan hubungan sosial, diduga sebagai variabel pengganggunya.
Pengetahuan pekerja cleaning service sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan berdasarkan selisih hasil skor pre-test dan post-test. Kelompok penyuluhanadalah kelompok pekerja yang mendapatkan perlakuan berupa penyuluhan menggunakan media leaflet. Sedangkan kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan penyuluhan. Pada masing-masing kelompok akan dilihat selisih skor pengetahuan antara sebelum dan setelah dilakukan intervensi penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya, kemudian dibandingkan antara kedua kelompok tersebut. Selain itu, akan dilihat berapa persentase pekerja cleaning service yang pengetahuannya meningkat setelah diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet.
Variabel faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, tingkat pendidikan, dan status ekonomi akan dikendalikan oleh peneliti dengan membatasi sampel penelitian. Sampel penelitian yang diambil adalah yang berumur 18 sampai 40 tahun, dengan tingkat pendidikan SMP
(62)
dan SMA. Sedangkan variabel status ekonomi bersifat homogen. Variabel faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan lainnya yaitu sumber informasi dan hubungan sosial tidak dapat dikendalikan oleh peneliti sehingga menjadi variabel pengganggu (confounding).
(63)
Tabel 3.1
Tabel Definisi Operasional
No Variabel Definisi Opersional Cara Ukur Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur 1 Intervensi
Penyuluhan
Perlakuan yang diberikan sebagai upaya pendidikan kesehatan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya dengan menggunakan alat bantu berupa media leaflet
Wawancara Kuisioner 0. Penyuluhan (Media Leflet)
1. Non penyuluhan
Ordinal
2 Pengetahuan sebelum Intervensi penyuluhan mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya
Tahu atau tidaknya responden mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya yang dinilai berdasarkan kemampuan menjawab pertanyaan pada kuisioner pre-test sebelum diberikan intervensi penyuluhan.
Kuisioner Soal pre-test
0. Baik (total skor pre-test ≥ nilai mean/median) 1. Kurang (total skor
pre-test < nilai mean/median)
Ordinal
3 Pengetahuan Sesudah Penyuluhan Mengenai Potensi Bahaya
Dermatitis Kontak dan Pencegahannya
Tahu atau tidaknya responden mengenai potensi bahaya dermatitis kontak dan pencegahannya yang dinilai berdasarkan kemampuan menjawab pertanyaan pada kuisioner post-test, setelah diberikan intervensi penyuluhan
Kuisioner Soal Post-test
0. Baik (total skor pre-test ≥ nilai mean/median) 1. Kurang (total skor
pre-test < nilai mean/median)
(64)
4 Perubahan pengetahuan tentang potensi bahaya dan penanggulangan dermatitis
Selisih skor pengetahuan tentang
potensi bahaya dan
penanggulangan dermatitis sebelum dan sesudah penyuluhan.
Selisih dari hasil nilai pre-test dan post-test
Hasil pre-test dan post-test
0. Meningkat (selisih skor bernilai posotif) 1. Menurun (selisih
skor bernilai negatif)
Ordinal
5 Paparan informasi
Pernah memperoleh pengetahuan tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis selain dari intervensi yang dilakukan peneliti
Kuesioner Lembar Kuesioner
0. Pernah 1. Tidak pernah
Ordinal
6 Hubungan sosial
Hubungan antara responden dengan
keluarga/teman/tetangga/internet sehingga terjadi pertukaran informasi tentang potensi bahaya dan pencegahan dermatitis
Kuesioner Lembar kuesioner
0. Ya 1. Tidak
(65)
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengetahuan mengenai potensi dermatitis kontak dan pencegahannya sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media leaflet pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013?
2. Ada hubungan antara penyuluhan menggunakan media leaflet dengan perubahan pengetahuan mengenai potensi dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja cleaning service UIN syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013?
(66)
49
4.1 Desain Studi
Rancangan penelitian ini adalah suatu studi Non-equivalent Control Group Design. Nonequivalent Control Group Design adalah salah satu bentuk Quasi-Experimental Design dengan 2 kelompok yang tidak dipilih secara random, kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2008). Kemudian setelah penyuluhan kedua kelompok tersebut diberi post-test. Berdasarkan Sugiyono (2008), rancanganpenelitiannya adalah sebagai berikut :
O1______________________(x) 02
O3______________________(-) 04
Keterangan :
O1 = Pre-test pada kelompok 1 O2 = Post-test pada kelompok 1 O3 = Pre-test pada kelompok 2 O4 = Post-test pada kelompok 2
Pada rancangan diatas, O1 dan O3 merupakan pengukuran pengetahuan awal (pre-test) yang dilakukan sebelum intervensi kepada kedua kelompok. Setelah itu diberikan intervensi berupa penyuluhan. (X) adalah kelompok yang diberikan intervensi berupa penyuluhan dengan media leaflet, sedangkan (-) adalah kelompok
(67)
yang tidak dilakukan penyuluhan. Kemudian dilakukan pengukuran pengetahuan akhir dengan memberikan post-test yang dilakukan setelah adanya intervensi.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Juni-Oktober tahun 2013. Universitas ini dipilih karena peneliti meneruskan dari penelitian sebelumnya yang telah dilaksanakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian dermatitis kontak.
4.3 Populasi & Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah pekerja cleaning service yang bekerja di Fakultas UIN SH Jakarta yang berjumlah 99 orang. Besar sampel pada penelitian ini menggunakan uji hipotesis untuk dua rata-rata populasi (Lameshow,1997) dengan rumus :
n = Jumlah Sampel
σ
2 = Varians / standar deviasi dari beda rata-rata Z = Nilai baku distribusi normal pada α atau β tertentu 1-α = Derajat kepercayaan (5%)1-β = Nilai uji kekuatan (95%)
n = 2σ2 [Z1- α/2 + Z1- β]2 (μ1- μ2) 2
(1)
Frekuensi Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Kelompok Kontrol
Statistics
KATERGORI_POSTTEST
N Valid 47
Missing 0
KATERGORI_POSTTEST
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Baik 17 36.2 36.2 36.2
Kurang 30 63.8 63.8 100.0
Total 47 100.0 100.0
Frekuensi Pengetahuan Sesudah Penyuluhan Pada Kelompok Intervensi
Statistics
KATEGORI_POSTEST
N Valid 48
Missing 0
KATEGORI_POSTEST
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Baik 29 60.4 60.4 60.4
Kurang Baik 19 39.6 39.6 100.0
(2)
Frekuensi Pengetahuan Sesudah Penyuluhan Pada Kelompok Kontrol
Statistics
KATERGORI_POSTTEST
N Valid 47
Missing 0
Uji T Independent Skor Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Antara Dua Kelompok
Group Statistics
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
SkorPre_Test Intervensi 48 8.06 2.254 .325
Kontrol 47 6.87 2.060 .301
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-tailed) Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
SkorPre_Test Equal
variances assumed
.014 .905 2.685 93 .009 1.190 .443 .310 2.071
Equal variances not assumed
(3)
Uji T Independent Skor Pengetahuan Setelah Penyuluhan Antara Dua Kelompok
Group Statistics
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
SkorPost_Test Intervensi 48 14.56 2.736 .395
Kontrol 47 7.09 1.886 .275
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
SkorPost_Test Equal variances
assumed 4.412 .038 15.477 93 .000 7.477 .483 6.518 8.437
Equal variances not
(4)
Perbedaan Perubahan Pengetahuan Setelah Dilakukan Penyuluhan Antara Kelompok Intervensi Dengan Kelompok Kontrol
GROUP STATISTICS
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Selisih_Skor Intervensi 48 6.50 2.975 .429
Kontrol 47 .21 1.301 .190
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Selisih_Skor Equal variances assumed
23.619 .000 13.295 93 .000 6.287 .473 5.348 7.226
Equal variances not assumed
(5)
(6)