UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan larutan natrium diklofenak yang telah ditambahkan propilenglikol dan gliserin, kemudian diaduk dengan pengaduk magnetik. Setelah homogen larutan
campuran didiamkan sekitar 30 menit untuk menghilangkan gelembung udara. Setelah gelembung udara hilang, kemudian dimasukkan ke dalam cetakan untuk
proses pengeringan. Pembuatan film dibuat tiap batch sebanyak 20 gram untuk satu cetakan film, bobot 20 gram dipilih berdasarkan proses optimasi pengamatan
visual sehingga menghasilkan bentuk film yang agak kaku, lentur, tidak rapuh dan cukup tipis agar nyaman bila digunakan pasien. Pengeringan dilakukan dalam
oven suhu 60ÂșC selama 24 jam, pemilihan suhu berdasarkan optimasi. Setelah film kering kemudian dilapisi dengan backing membran tegaderm sehingga
menjadi patch, lalu disimpan dalam wadah kedap udara yang berisi silika selama kurang lebih 7 hari tercapai bobot yang konstan. Patch kemudian dipotong-
potong dengan ukuran 2 x 0,8 cm
2
dan dilakukan evaluasi karakteristik patch.
4.2 Organoleptis Cairan Pembentuk Film CPF
Pengamatan makroskopik CPF dilihat pada dua larutan yang berbeda yaitu larutan polimer SCMC yang dilarutkan di dalam air dan larutan zat aktif yang
dilarutkan dalam alkohol, keduanya menghasilkan larutan jernih tanpa partikel melayang, namun ketika larutan zat aktif dicampurkan ke dalam larutan polimer
menghasilkan larutan koloid jernih dengan adanya serat-serat sangat kecil. Adanya serat-serat sangat kecil dalam larutan koloid mungkin terjadi karena
adanya peristiwa salting-out. Pengertian salting-out adalah peristiwa pengendapan zat terlarut disebabkan oleh penambahan sejumlah kecil garam ke dalam larutan
sehingga terjadi gaya tarik-menarik antara ion garam yang sangat polar dengan molekul air. Selain itu alkohol dan aseton juga dapat mengurangi kelarutan koloid
hidrofilik sehingga penambahan sedikit elektrolit bisa menyebabkan koagulasi Martin, Swarbrick, Cammarata, 1990. Mekanisme yang terjadi di dalam
cairan pembentuk film karena adanya penambahan alkohol dan garam ke dalam larutan polimer sehingga terbentuk koagulasi akibat gaya tarik menarik antara ion
natrium dengan molekul air dan terjadi dehidrasi pada SCMC menyebabkan salting-out berupa serat-serat halus. Adanya serat-serat halus polimer SCMC pada
cairan pembentuk film terlihat jelas pada gambar 4.1. pengamatan mikroskopik.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keterangan : a. Cairan pembentuk film SCMC konsentrasi 2 yang mengalami salting-out; b. Larutan polimer SCMC tanpa zat aktif yang sengaja dibuat salting-out sebagai
gambar kontrol pembanding perbesaran 100x
Gambar 4.1. Gambar mikroskopik cairan pembentuk film SCMC
Peristiwa salting-out terjadi pada semua CPF dalam berbagai konsentrasi. Salah satu contoh gambar mikroskopik di atas menunjukkan bahwa CPF dengan
konsentrasi 2 terlihat memiliki bentuk serat bukan bentuk jarum atau kristal, hal ini menunjukkan bahwa zat aktif tidak mengalami rekristalisasi dan terjadi
salting-out pada polimer SCMC bukan pada kristal zat aktif. Gambar serat pada CPF terlihat memiliki bentuk yang sama seperti serat pada larutan polimer SCMC
tanpa zat aktif yang sengaja dibuat salting-out sebagai kontrol pembanding.
4.3 Viskositas Cairan Pembentuk Film CPF