UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keterangan : a. Cairan pembentuk film SCMC konsentrasi 2 yang mengalami salting-out; b. Larutan polimer SCMC tanpa zat aktif yang sengaja dibuat salting-out sebagai
gambar kontrol pembanding perbesaran 100x
Gambar 4.1. Gambar mikroskopik cairan pembentuk film SCMC
Peristiwa salting-out terjadi pada semua CPF dalam berbagai konsentrasi. Salah satu contoh gambar mikroskopik di atas menunjukkan bahwa CPF dengan
konsentrasi 2 terlihat memiliki bentuk serat bukan bentuk jarum atau kristal, hal ini menunjukkan bahwa zat aktif tidak mengalami rekristalisasi dan terjadi
salting-out pada polimer SCMC bukan pada kristal zat aktif. Gambar serat pada CPF terlihat memiliki bentuk yang sama seperti serat pada larutan polimer SCMC
tanpa zat aktif yang sengaja dibuat salting-out sebagai kontrol pembanding.
4.3 Viskositas Cairan Pembentuk Film CPF
Uji viskositas cairan pembentuk film CPF menggunakan alat viskotester HAAKE 6
R
terhadap ketiga CPF dengan konsentrasi polimer SCMC sebanyak 1,5, 2 dan 2,5 dalam larutan air dan alkohol 1:1 menggunakan spindel R2
dengan kecepatan 100 rpm. Dari data tabel 4.1. Diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi polimer SCMC yang digunakan maka nilai viskositas semakin besar.
Larutan CPF dari ketiga formulasi tidak terlalu kental sehingga mudah untuk dituang ke dalam cetakan. Pada penelitian terdahulu diketahui bahwa penggunaan
larutan SCMC dengan konsentrasi di atas 3 menghasilkan pembentukan sistem gel kental yang tidak cocok dalam pembuatan film
Mortazavi Aboofazeli, 2000.
Tabel 4.1. Viskositas cairan pembentuk film
Formula Viskositas cPs
F1
76
F2
126
F3 218
Serat halus Polimer
SCMC
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.4 Organoleptis Film SCMC dan Patch
Pengamatan makroskopik dilakukan pada film blanko dan film SCMC yang telah dibuat. Pada ketiga film blanko terlihat berwarna bening, dengan
tekstur permukaan atas agak kasar dan dasar film rata, berbentuk tipis, agak kaku, tidak rapuh dan tidak berbau. Sedangkan ketiga film SCMC yang mengandung zat
aktif berwarna keruh dengan tekstur permukaan atas agak kasar namun dasar film rata, kurang homogen, berbentuk tipis, agak kaku, tidak rapuh dan tidak berbau.
Keterangan : a. Film blanko sebelum dipotong; b. Film SCMC sebelum dipotong; c. Film SCMC sesudah dipotong berukuran 2 x 0,8 cm
2
dengan keterangan konsentrasi 1,5 atas, konsentrasi 2 tengah, dan konsentrasi 2,5 bawah
Gambar 4.2. Gambar organoleptis film SCMC dan patch
Pengamatan mikroskopik permukaan membujur film dari setiap formula terlihat rapat, padat dan tidak berpori. Pada gambar mikroskopik film blanko tidak
terdapat serat atau kristal. Sedangkan pada film SCMC yang mengandung zat aktif terlihat banyak serat-serat polimer SCMC namun tidak ditemukan kristal, hal
ini membuktikan bahwa film tidak mengalami rekristalisasi selama pengeringan.
Keterangan : a. Film blanko tanpa zat aktif; b. Film SCMC dengan keterangan konsentrasi 1,5 kiri, konsentrasi 2 tengah, dan konsentrasi 2,5 atas perbesaran 50x
Gambar 4.3. Gambar mikroskopik permukaan membujur film
Serat halus polimer
SCMC
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada penampang melintang film blanko tampak rata. Sedangkan pada film SCMC terlihat serat polimer SCMC berwarna gelap diselingi berwarna terang.
Sedangkan pada patch bilayer dengan menggunakan backing membran tegaderm menunjukkan gambar terlihat jelas terdiri dari 2 lapisan yang menempel tanpa
adanya pemisahan, karena adanya adhesivitas tegaderm, lapisan pertama di bagian atas adalah film SCMC dan lapisan kedua di bagian bawah merupakan tegaderm.
Keterangan : a. Film konsentrasi 1,5; b. Film konsentrasi 2; c. Film konsentrasi 2,5 dengan keterangan film blanko kiri, film SCMC tengah, dan patch bilayer
menggunakan backing membran tegaderm kanan perbesaran 100x
Gambar 4.4. Gambar mikroskopik penampang melintang film
4.5 Karakteristik Fisikokimia Film SCMC