Kriteria Halal Menurut Islam

itu dapat diketahui apabila ada suatu dalil yang menghalalkannya secara tegas dalam al-Qur’an dan apabila tidak ada satu dalil pun yang mengharamkannya atau melarangnya. 27

2. Kriteria Halal Menurut Islam

Menentukan halal atau tidaknya suatu urusan adalah suatu yang paling asasi dalam hukum Islam. Dalam Al-Quran ditegaskan dalam QS. Yunus: 59. 28     “Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya halal. Katakanlah: Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu tentangnya atau kamu mengada-ngada saja terhadap Allah.” QS. Yunus: 59 Menurut pandangan ulama fikih, dalil diatas merupakan pengetahuan yang bersifat keyakinan bahwa Allah lah satu-satunya zat yang paling berhak memutuskan halal haramnya sesuatu. Secara teologis, pengharaman dan penghalalan sesuatu diluar otoritas yang dipunyai Allah adalah perbuatan yang bisa dikategorikan syirik. Barangsiapa melakukannya maka dia telah melewati batas dan melampaui hak ketuhanan dalam perbuatan syariah untuk makhluk, dan barangsiapa rela atas ilmu tersebut dan mengikuti jejaknya, 27 Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta:Djambatan, 2002, h. 346. 28 Thobieb Al-Asyhar, Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan Kesucian Rohani, h. 87. maka ia telah menjadikan persekutuan kepada Allah dan masuk kategori syirik. Imam Syafi’i dalam kitabnya “Al-Um” meriwayatkan, bahwa Qadli Abu Yusuf, murid Abu Hurairah pernah mengatakan: “Saya jumpai guru kami dari para ahli ilmu, bahwa mereka tidak suka berfatwa, sehingga mengatakan: ini halal dan ini haram, kecuali menurut apa yang terdapat didalam Al-Quran dengan tegas tanpa memerlukan tafsiran. Selanjutnya Imam Syafi’i berkata: “Sebagian kawan-kawanku pernah menceritakan dari Ibrahim an-Nakha’i salah seorang ahli fiqih golongan tabi’in dari kufah, dia pernah menceritakan tentang kawan-kawannya, bahwa mereka bila berfatwa tentang sesuatu untuk melarang sesuatu, mereka berkata: “Ini makruh, dan ini tidak apa-apa. Adapun apabila kita yang mengatakan: ini adalah halal dan ini haram, maka betapa besarnya persoalan ini. Demikian apa yang diriwayatkan oleh Abu Yusuf dari “Salafus Saleh” yang kemudian dipindahkan dan diakui juga oleh Imam Syafi’i. Hal ini sama dengan yang diriwayatkan oleh Ibnu Mufilih dari Ibnu Taimiyah: “Bahwa ulama-ulama salaf dulu tidak mau mengatakan haram, kecuali setelah diketahuinya dengan pasti. 29 Al-Quran dengan tegas mencela perbuatan orang-orang Ahli Kitab Yahudi dan Nasrani yang memberikan otoritas untuk menghalalkan dan 29 Imam Al-Ghazali, Benang Tipis antara Halal dan Haram, h. 18. mengharamkan kepada para pendeta dan rahib-rahib. Allah SWT berfirman dalam QS: At-Taubah: 31 30       “Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahibnya sebagai Tuhan-tuhan di samping Allah dan begitu juga Al-Masih bin Maryam. Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Tuhan yang satu, tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci Dia dari apa yang mereka sekutukan. QS: At-Taubah: 31 Dari ayat-ayat di atas, para ahli fikih berpendapat bahwa Allah sajalah yang memiliki otoritas untuk menghalalkan dan mengharamkan, baik melalui kitab suci-Nya atau lisan Rasul-Nya. Tugas mereka tidak lebih dari menjelaskan hukum Allah dalam hal-hal yang dihalalkan atau diharamkan tersebut.Sebagian rahmat Allah kepada umat manusia adalah bahwa dia tidak membiarkan mereka dalam kebimbangan tentang hukum halal dan haram. Sebaliknya, dia menjelaskan yang halal dan menguraikan yang haram sedemikian rrincinya. Namun demikian, jika pernyataan halal terhadap sesuatu tidak dijelaskan hukumnya dalam Al-Quran dan As-Sunnah, atau secara teknis 30 Thobieb Al-Asyhar, Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan Kesucian Rohani, h.89. praktis modifikasi dan proses teknologinya tidak diatur, maka hal ini masuk dalam wilayah ijtihadiyah, dan persoalan ijtihadiyah kawasan dzanniyah adalah urusan ahli hukum fikih fuqaha, dalam hal ini adalah mujtahid yang berbakat. Hal ini dapat dikembangkan melalui serangkaian praktik pemberian keputusan fikih dan melakukan kajian fikih terhadap berbagai pendapat yang berkembang. Maka dari itu, para ahli fikih mempunyai kriteria-kriteria halal dan haramnya sesuatu, khususnya dalam hal makanan dan minuman. 31 Makanan dan minuman yang halal adalah: 32 a. Bukan terdiri atau mengandung bagian atau benda dari binatang yang dilarang oleh ajaran Islam untuk memakannya atau yang tidak disembelih menurut ajaran Islam. b. Tidak mengandung sesuatu yang dihukumi sebagai najis dan atau haram menurut ajaran Islam. c. Dalam proses pembuatan, menyimpan dan menghidangkan tidak bersentuhan atau berdekatan dengan makanan yang tidak memenuhi persyaratan atau benda yang dihukumkan sebagai najis menurut ajaran Islam. 31 Ibid, h. 93. 32 Departemen Agama RI, Pedoman Pangan Halal bagi Konsumen, Importir dan Konsumen di Indonesia, Jakarta, Tim Penerbit Buku Pedoman Pangan Halal, 2001, h.4.

3. Sistem dan Pedoman Produksi Halal

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemahaman fiqh muamalat mahasiswa terhadap keputusan membeli produk fashion palsu (study pada mahasiswa angkatan 2011 & 2012 prodi muamalat fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 22 0

Tingkat pemahaman fiqh muamalat kontemporer terhadap keputusan menjadi nasabah bank syariah ( studi pada mahasiswa program studi muamalat konsentrasi perbankan syariah fakultas syariah dan hukum uin syarif hidayatullah jakarta )

0 55 126

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat Kontemporer Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah Bank Syariah (Studi pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 15 0

Tingkat Pemahaman Fiqh Muamalat kontemporer Terhadap keputusan menjadi Nasab Bank Syariah (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 34 126

Pengaruh pemahaman fiqh muamalat mahasiswa terhadap keputusan membeli produk fashion palsu : study pada mahasiswa angkatan 2011 & 2012 prodi muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 7 103

Legalitas Label Halal dan Tingkat Kepedulian Konsumen di Jakarta terhadap Label Halal Produk Olahan

0 16 116

Tingkat Kepuasan Nasabah Pada Pembiayaan Mikro di PT.Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Ciputat (Studi pada Mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 5 133

PENGARUH LABEL HALAL DAN LABEL KEMASAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE SEDAAP Pengaruh Label Halal Dan Label Kemasan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Sedaap Di 4 Kabupaten Kota Kabupaten Sukoharjo.

0 1 13

PENGARUH LABEL HALAL DAN LABEL KEMASAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE SEDAAP Pengaruh Label Halal Dan Label Kemasan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Sedaap Di 4 Kabupaten Kota Kabupaten Sukoharjo.

1 1 16

PENGARUH LABEL HALAL PADA PRODUK DALAM KEMASAN DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

2 15 130