Pichia stipitis TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 6. Struktur molekul xilosa

2.2. Pichia stipitis

Pichia stipitis adalah jamur yang potensial mengkonversi xilosa, mendegradasi lignin dan selulosa menjadi etanol. Pichia stipitis Pignal 1967 adalah suatu haploid, homothallik, ragi hemiascomyceta yang mempunyai kapasitas konversi xilosa menjadi etanol sebesar 50 gl etanol dengan yield 0,35 sampai 0,44 g etanolg xilosa Jeffries, et al., 2007. Gambar khamir Pichia stipitis dapat dilihat pada gambar di bawah ini, yaitu : Gambar 7. Khamir Pichia stipitis Jeffries, et al., 2007 Taksonomi Pichia stipitis, yaitu : Kingdom : Fungi Divisi : Ascomycotina Kelas : Saccharomycotina Ordo : Saccharomycotales Famili : Saccharomycotaceae Genus : Pichia Spesies : Pichia stipitis Sumber : www.wikipedia.com Pichia stipitis mempunyai bentuk spora yaitu bulat angular, oval, setengah bulat, atau berbentuk topi dengan banyaknya spora peraskus yang biasa adalah 1-4 Judoamidjojo, 1992, bentuk sel membentuk silinder atau pseudomiselium , reproduksi vegetatif, pertumbuhannya dalam media cair berbentuk pelikel Fardiaz, 1992. Suhu optimum untuk pertumbuhan Pichia stipitis adalah pada suhu 27-30 o C dan pH sekitar 3-5,5 Susanto dan Achmad, 2003, dan umumnya yeast hidup optimal pada pH 4,5-5,5 dengan pH minimum 2-3 dan maksimum pada pH 7-8 Moat, et al., 2002. Terdapat 4 fase pertumbuhan mikroorganisme yaitu fase adaptasi lag phase, fase perbanyakan exponential phase, fase statis stationer phase, dan fase kematian death phase . Fase-fase pertumbuhan mikroorganisme ini dapat dilihat seperti pada gambar 8, yaitu : Gambar 8. Fase pertumbuhan mikroorganisme Sumber www.biobakteri.wordpress.com200906pertumbuhan-bakteri Adapun penjelasan dari fase-fase pada gambar di atas adalah : 1. Fase adaptasi lag phase Ketika sel dipindahkan dalam media baru maka sel akan mengalami proses adaptasi. Pada fase ini tidak dijumpai pertambahan jumlah sel, tetapi terjadi penambahan volum sel pengecilan sel. 2. Fase perbanyakan exponential phase Pada fase ini sel melakukan pembelahan dan populasi meningkat sampai batas waktu tertentu secara eksponensial. Jumlah sel dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, kandungan sumber nutrien, temperatur, kadar cahaya, dan oksigen. 3. Fase stasioner stationer phase Fase ini laju pembelahan sel sebanding dengan laju kematian sel, sehingga jumlah sel hidup konstan. Fase ini terjadi akibat adanya kekurangan nutrien, akumulasi metabolit toksik, penurunan kadar oksigen, dan penurunan ketersediaan air. 3. Fase kematian death phase Fase ini tidak terjadi pembelahan sel dan sel lama kelamaan akan mati apabila tidak dipindahkan pada media baru. Penyebab utama kematian ini adalah autolisis sel dan penurunan energi seluler. Waktu jam Sumber : Purwoko, 2007

2.3. Fermentasi Etanol