PENUTUP Peran yayasan kumala dalam pemberdayaan anak jalanan melalui pendidikan keterampilan di kelurahan rawa badak Utara kec.Koja Jakarta Utara

viii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Komponen Tanda……...……………………………… …… 27 Gambar 2.2 Elemen-elemen makna Sausure………………………… …… 27 Gambar 2.3 Aksis Tanda………………………………………………….. 28 Gambar 3.1 Iklan Kosmetika Wardah Pertama………………………… 40 Gambar 3.2 Iklan Kosmetika Wardah Kedua…………………………… 40 ix DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Tingkatan Tanda dan Makna “Barthes”…………………………29 Bagan 2.2 Kerangka Pemikiran…………………………………………….. 32 x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Pengantar dari kampus Lampiran 2 Hasil Wawancara Lampiran 3 Surat keterangan dari Majalah NooR

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya Iklan Kosmetika di media cetak maupun media elektronik pengiklan menvisualisasikan dengan menampilkan seorang wanita cantik yang berpakaian minim. Citra wanita dalam iklan media cetak adalah wanita dapat menarik perhatian bagi konsumen, karena wanita identik dengan kecantikan. Tidak demikian halnya dengan Iklan Kosmetika Wardah dalam Majalah NooR bintang iklannya adalah Inneke Koesherawati, seorang artis wanita yang mengenakan jilbab sebagai penutup aurat sesuai dengan ajaran Islam bahwa menutup aurat adalah sebuah tuntunan syariat. Kewajiban agama yang tertuang dalam Al Qur’an dan sunnah Nabi. Allah berfirman pada Q.S Al Ahzab:59 “Wahai Nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaknya mereka menutup jilbabnya ke tubuhnya…” Pada ayat lain berhubungan dengan firman Allah yang memerintahkan wanita mengenakan jilbab yakni dalam al-Qur’an yakni Q.S.An-Nur: 31 yang artinya “katakanlah kepada wanita beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali perhiasan yang biasa tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya”. Begitu juga Rasulullah SAW bersabda “Wahai Asma, bila seorang muslimah sudah ke masa balighnya sesungguhnya tidak boleh lagi ada yang nampak darinya kecuali muka dan telapak tangannya”. Dakwah Islam sebagai manifestasi keimanan seorang muslim dapat disosialisasikan melalui berbagai media tanpa mengurangi makna dan tujuan Dakwah Islam. Salah satu Dakwah Islam memiliki peluang yang besar di era informasi ini adalah melalui media cetak. 1 Seorang Da’i dituntut untuk memiliki kemampuan di bidang tulis menulis jurnalistik untuk menempuh jalur Dakwah Islam bil qalam Dakwah Islam melalui tulisan—selain Dakwah Islam bil lisan ceramah dan bil hal perilaku—dengan memanfaatkan media cetak melalui rubric kolom opini yang umumnya terdapat di suratkabar harian, mingguan, tabloid, majalah-majalah, atau buletin-buletin internal masjid. Melalui tulisan-tulisannya di media massa seorang mubaligh, ulama, kyai, atau umat Islam pada umumnya sesuai dengan bidang keahlian atau keilmuan yang dikuasainya, dapat melaksanakan peranan sebagai jurnalis muslim, yakni sebagai muaddid pendidik umat, mussadid pelurus informasi tentang ajaran dan umat Islam, mujaddid pembaharu, pemahaman tentang Islam, muwahid pemersatu atau perekat ukhuwah Islamiyah,dan sekaligus menyimpulkan semua peran tadi sebagai mujahid pejuang, pembela, dan penegak agama dan umat Islam Objek dan cakupan Dakwah Islam bil qalam lebih banyak dan luas. Karena pesan Dakwah Islam yang dituliskan dapat dibaca oleh ratusan, ribuan bahkan ratusan ribu dan jutaan orang pembaca dalam waktu yang hampir bersamaan. Dakwah Islam melalui tulisan juga lebih tahan lama dan bisa di akses oleh generasi-generasi berikutnya. Sehingga dapat menjadi opini public public opinion, bahkan dapat mempengaruhi orang yang kuat dan massif. 2 Bahasa tulisan yang disampaikan melalui media cetak lebih rapih dan lebih teratur daripada bahasa lisan, karena menulis adalah berpikir dengan teratur 1 Sutiman Eka Ardana, Jurnalistik Dakwah Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995h.17 2 Asep Samsul Romli, Jurnalistik Praktis, Bandung: Rosdakarya,2000h.130 sehingga pembaca bisa membaca berulang-ulang hingga meresapi. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dikatakan media cetak memiliki kekuatan besar dalam mempengaruhi sekaligus mengubah pola pikir, sikap dan perilaku public. Sejalan dengan kemajuan teknologi dan media informasi, maka media penyampaian Dakwah Islam pun semakin luas dan berkembang baik berupa elektronik maupun cetak. Berbagai pihak berusaha menjadikan media cetak sebagai peluang untuk berdakwah Islam, sehingga kemudian menambah khasanah keislaman dalam dunia tulis menulis. Dewasa ini para penulis—juga wartawan—Muslim yang mampu melakukan Dakwah Islam bil qalam melalui media massa. Telah banyak para ahli agama Islam ulama, kyai, mubaligh yang mampu melakukan Dakwah Islam bil lisan ceramah, tabligh, khotbah sekaligus mampu menulis Dakwah Islam bil qalam untuk media cetak. Padahal menurut Ali bin Abi Thalib, “tulisan adalah tamannya para ulama.” Para ulama melalui buku-buku, kitab-kitab atau tulisan-tulisannya “mengabadikan” dan menyebarluaskan ilmu-ilmu, pemikiran dan pandangan- pandangan keislamannya. Sebagaimana telah disebut pada Q.S al-Qalam:1 yang artinya “Nun, perhatikanlah al-Qalam dan apa yang dituliskannya.” Media cetak pada dasarnya merupakan media komunikasi yang mampu mengadakan perubahan dalam masyarakat baik pola pikir maupun perilakunya. Perkembangan media cetak telah mencuat kepermukaan, karena media salah satu yang bisa diperoleh siapa saja yang membutuhkan. Penerapan media cetak dalam berdakwah Islam berarti berdakwah Islam melalui tulisan maupun media gambar agar lebih menyakinkan sasarannya.