Pengertian Televisi Sejarah Televisi

dari bahasa asing, bahasa sehari-hari dan bahasa Indonesia. Ini tampak dalam film asing maupun lokal, sinetron, musik, serta iklan. 11 Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar. 12

2. Sejarah Televisi

Kemajuan dan perkembangan televisi tidak lepas dari teleskop telescope oleh Galilei pada tahun 1608. Teropong atau alat pengelihat jauh pada waktu itu dianggap sebagai penemuan yang mempunyai arti penting bagi komunikasi jarak jauh dengan menggunakan isyarat-isyarat. Sesudah tahun 1800 yakni ditemukannya elemen-galvanik yang memungkinkan dibangkitkannya aliran listrik, maka cara-cara baru untuk berkomunikasi jarak jauh dapat dikembangkan. 13 Ada Tahun 1835 sorang Amerika bernama S. Morse menemukan telegraph tele berarti jauh, graphein berarti menggambar atau menulis yang memungkinkan pengiriman dan perekaman isyarat-isyarat dalam jarak jauh. Setelah ditemukannya alat komunikasi jarak jauh ini yang berupa garis dan titik, para cendikiawan mempunyai pemikiran yang lebih jauh, bahwa akan lebih baik jika komunikasi jarak jauh tersebut tidak berbentuk garis dan titik melainkan suara manusia. Maka pada tahun1875 11 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah analisis isi media televisi, h. 83. 12 “Pengertian Televisi” data ini diakses pada 28 April 2011 pukul 1:33 PM dari http:www.definisionline.com201010pengertian-televisi.html . 13 Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek Bandung: Mandar Maju, 1993, Cet. Ke-2, hal. 31. lahirlah telephone tele berarti jauh, phone berarti suara yang ditemukan oleh Alexander Graham Bell. 14 Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, yaitu hukum Gelombang Elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday 1831 yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik. George Carey 1876 menciptakan Selenium Camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai Sinar Katoda. 15 Peletakan dasar utama teknologi pertelevisian dimulai tahun 1884, ketika insinyur Jerman bernama Paul Nipkow mampu menciptakan mekanisme televisi dengan benar untuk pertama kali. Ia menemukan sebuah alat yang kemudian disebut sebagai Nipkow disk atau Nipkow Sheibe. 16 Dari penemuan Nipkow itulah para ahli komunikasi dan elektronik terus melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas siaran televisi. Televisi pernah dikenalkan kepada umum pada tahun 1930-an baik di Amerika, Inggris, dan Rusia. Tahun 1939 di New York Amerika Serikat dilangsungkan World’s Fair khalayak sudah dapat menikmatinya, akan 14 Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, h. 32. 15 “Sejarah Penemuan dan Inovasi Televisi” data ini diakses pada 28 April 2011 pukul 9:06 PM. dari http:duniatv.blogspot.com200802sejarah-televisi.html 16 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Bandung: PT. REMAJA ROSDA KARYA, 2005, Cet. Ke-2, hal. 4. tetapi terhenti karena perang dunia kedua. Setelah usai perang dunia kedua siaran televisi kembali dimunculkan. 17 Pertelevisian di Amerika berkembang sangat cepat, bukan saja dari kuantitas stasiun penyiaran dan pesawat-pesawat penerima, tetapi dari kualitas televisi hitam putih jadi berwarna dan penemuan-penemuan barus seperti satelit komunikasi, tv kabel, perekam pita video, perekam kaset video, dll. Puncak kemajuan itu pada 21 Juli 1969 ketika Amerika mampu menyiarkan secara langsung manusia yang mendarat di bulan yaitu Neil Amstrong dan Adrlin dengan menggunakan pesawat Apollo yang bisa disaksikan oleh seluruh dunia. 18 Kemajuan-kemajuan televisi tidak hanya di monopoli oleh Amerika, tetapi juga oleh negara-negara lain tidak tinggal diam baik di Eropa dan Asia berusaha untuk mengadakan siaran televisi begitupun dengan Indonesia.

3. Sejarah Televisi di Indonesia

Televisi di Indonesia hadir pada tahun 1962, bertepatan dengan diselenggarakannya ASIAN GAMES di gelanggang oleah raga senayan. sejak itu pula Televisi Republik Indonesia TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun station call hingga sekaran. Hari pertama menyiarakan Pesta Olah Raga se-Asia IV itu, tepatnya tanggal 24 Agustus, diperingati sebagai hari jadi Televisi Republik Indonesia. 19 17 Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek Bandung: Mandar Maju, 1993, Cet. Ke-2, hal. 36-37. 18 Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, h. 37. 19 Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran Teori dan Praktek, h. 54 Setidaknya ada tiga pemikiran dasar berdirinya TVRI yang ditulis oleh Paul Kitley dan dikutip oleh Erica dan Iqbal dalam bukunya 2006. Pertama, secara politis diperkirakan akan menguntungkan pemerintah dalam kampanye pemilu pertama 1955. Kedua, dapat menempa persatuan nasional lewat pendidikan. Ketiga, momen Asian Games, di mana dengan adanya stasiun televisi, bangsa Indonesia akan mendapatkan prestise sebagai bangsa yang modern, berkembang cepat, dan canggih dalam perkara teknologi. 20 Karena kelahirannya yang prematur, pertumbuhan TV di Indonesia tidak sebaik di Barat. Benar bahwa selama dua pekan Asian Games TVRI punya bahan liputan langsung dari berbagai lapangan olah raga untuk disiarkan. Namun, setelah itu yang tersisa hanya pola teknik sehingga antara 12 hingga 18 September 1962, siaran terpaksa diistirahatkan karena TVRI tidak punya program yang jelas untuk disiarkan. Ketika diudarakan lagi, untuk masa cukup lama siaran hanya dapat dilaksanakan tidak lebih dari 30 menit sehari. 21 Untuk menyikapi masalah itu, baru kemudian pada tanggal 20 Oktober 1963 – lebih setahun setelah siaran pertama – kehadiran TVRI diatur melalui Keppres No. 215 tahun 1963 yang antara lain menetapkan statusnya sebagai suatu yayasan, yaitu Yayasan Televisi Republik Indonesia disingkat TVRI. Hanya saja, palaksanaannya tidak lagi murni. 20 Kutipan dari: Paul Kitley, Kontruksi Budaya Bangsa di Layar Kaca, Jakarta, ISAI, 2001, hlm 25-26 dan 33. 21 Idi Subandi Ibrahim dan Deddy Mulyana, ed., Bercinta Dengan Televisi: Televisi di Indonesia dan Pengaturannya Bandung: PT. REMAAJA ROSDA KARYA, 1997,Cet. Pertama, hal.12.