Sejarah Televisi di Indonesia
                                                                                Setidaknya ada tiga pemikiran dasar berdirinya TVRI  yang ditulis oleh Paul  Kitley dan dikutip  oleh Erica dan  Iqbal  dalam bukunya 2006.
Pertama,  secara  politis  diperkirakan  akan  menguntungkan  pemerintah dalam kampanye pemilu pertama 1955. Kedua, dapat menempa persatuan
nasional lewat pendidikan. Ketiga, momen Asian Games, di mana dengan adanya  stasiun  televisi,  bangsa  Indonesia  akan  mendapatkan  prestise
sebagai  bangsa  yang  modern,  berkembang  cepat,  dan  canggih  dalam perkara teknologi.
20
Karena kelahirannya yang prematur, pertumbuhan TV di Indonesia tidak sebaik di Barat. Benar bahwa selama dua pekan Asian Games TVRI
punya  bahan  liputan  langsung  dari  berbagai  lapangan  olah  raga  untuk disiarkan.  Namun,  setelah  itu  yang  tersisa  hanya  pola  teknik  sehingga
antara 12 hingga 18 September 1962, siaran terpaksa diistirahatkan karena TVRI tidak punya program yang jelas untuk disiarkan. Ketika diudarakan
lagi,  untuk  masa  cukup  lama  siaran  hanya  dapat  dilaksanakan  tidak  lebih dari 30 menit sehari.
21
Untuk  menyikapi  masalah  itu,  baru  kemudian  pada  tanggal  20 Oktober  1963
–  lebih  setahun  setelah  siaran  pertama  –  kehadiran  TVRI diatur  melalui  Keppres  No.  215  tahun  1963  yang  antara  lain  menetapkan
statusnya  sebagai  suatu  yayasan,  yaitu  Yayasan  Televisi  Republik Indonesia disingkat TVRI. Hanya saja, palaksanaannya tidak lagi murni.
20
Kutipan dari: Paul Kitley, Kontruksi Budaya Bangsa di Layar Kaca, Jakarta, ISAI, 2001, hlm 25-26 dan 33.
21
Idi  Subandi  Ibrahim  dan  Deddy  Mulyana,  ed.,  Bercinta  Dengan  Televisi:  Televisi  di Indonesia dan Pengaturannya Bandung: PT. REMAAJA ROSDA KARYA, 1997,Cet. Pertama,
hal.12.
Dulu berdasarkan Keppres No. 2151963, TVRI berada langsung di bawah  presiden.  Kini  ia  lebih  banyak  diatur  Departemen  Penerangan
Deppen.
22
Pada tanggal 1 April 1981 TVRI tidak menyiarkan iklan. Hal ini  dilakukan  oleh  pemerintahan  Orde  Baru  guna  menghindari
konsumerisme masyarakat di Indonesia.
Sejalan  dengan  perkembangannya,  maka  pada  tanggal  16  Agustus 1976  TVRI  resmi  menggunakan  Satelit  Palapa  untuk  telekomunikasi  dan
siaran  televisi,  sehingga  jangkauan  siaran  dan  daya  pancarnya  lebih  luas hampir seluruh pelosok Nusantara.
Perkembangan pertelevisian
di Indonesia
mengalami perkembangan  yang  sangat  pesat  setelah  pada  tahun  1989  pemerintah
Indonesia  secara  resmi  melakukan  terobosan  dengan  memberi  izin pendidikan  stasiun  yang  bersifat  komersial  yang  ditandai  dengan
berdirinya  stasiun  televisi  swasta  pertama  yaitu  RCTI  yang  secara  resmi beroperasi  pada tahun 1990 kemudian disusul oleh stasiun  televisi swasta
lainnya  SCTV,  TPI  yang  mengudara  tahun  1991,  ANTV  mulai  tahun 1993, INDOSIAR 1995, awal tahun 2000- an Metro TV, Trans TV, TV 7,
Lativi dan TV Global. Gagasan  untuk  membuatan  stasiun  televisi  swasta  sebenarnya
sudah ada sejak 1975, tetapi hal ini bisa diredam hingga tahun 1987 karena ada  masalah  yang  membuat  hal  ini  harus  terjadi,  yaitu  belum  adanya
undang-undang penyiaran. Lahirnya televisi swasta merupakan manifestasi dari Kepmenpen No. 111 tahun 1990  yang terbentuk berdasarkan Keppres
22
Idi Subandi Ibrahim dan Deddy Mulyana, ed., hal. 12-13.
No. 215 tahun 1963  yang menyatakan  “dalam batas-batas tertentu TVRI dapat  menunjuk  pihak  lain  swastamasyarakat  menjadi  pelaksana  siaran
TV melalui hubungan kerja sama yang diatur dalam perjanjian tertulis”.
Stasiun televisi siaran swasta itu antara lain adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia RCTI yang mulai dioperasikan pada bulan April 1989
dan  menjadi  stasiun  swasta  pertama  di  Indonesia  yang  dimiliki  oleh Bambang Triatmojo. RCTI diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1989 tepat
pada hari lahirnya TVRI ke-28, dan RCTI di Bandung baru dioperasikan 1 Mei 1991.
Kemudian  disusul  oleh  Surabaya  Centra  Televisi  SCTV  yang mulai  dioperasikan  pada  bulan  Agustus  1989  yang  memiliki  cabang  di
Denpasar,  Bali.  Selain  itu  ada  Televisi  Pendidikan  Indonesia  TPI  yang dikelolah  oleh  PT.  Cipta  Televisi  Pendidikan  Indonesia  CTPI  dipimpin
oleh  Ny.  Siti  Hardianti  Indra  Rukmana  yang  diresmikan  oleh  Presiden Soeharto  pada  tanggal  23  Januari  1991  bertempat  di  studio  12  TVRI
Senayan,  Jakarta.  Walaupun  TPI  berstatus  swasta,  tetapi  penyiarannya untuk sementara bekerjasama dengan TVRI.
Pada  tahun  1992,  buletin  intern  TVRI  “Lensa”  nomor  10  tahun 1992  memuat  berita  tentang  perkembangan  televisi  di  Indonesia.  Dalam
waktu dekat ini enam stasiun TV swasta siap beroperasi, satu diantaranya ialah  Indosiar  Visual  Mandiri  IVM  yang  berjangkau  siaran  secara
nasional beroperasi di Darmogot, Jakarta. Dan lima stasiun TV lainnya berjangkau siaran secara lokal adalah
Ramako  Indo  Televisi  Batam  RITB  di  Pulau  Batam,  Cakrawa  Bumi
Sriwijaya  Televisi  CBST  di  Palembang,  Cakrawala  Andalas  Televisi CAT di Lampung, Sanitya Mandarata Televisi SMT di Yogyakarta dan
Merdeka  Citra  Televisi  Indonesia  MCTI  di  semarang.  Pada  millenium ketiga,  menyusul  televisi  swasta  lainnya  di  Jakarta,  yaitu:  ANTV,  Metro
TV. Trans TV, TV 7 sekarang Tans7, Lativi, Global TV, O Chenel, dan TVG.
Di  sejumlah  negara  berkembang  seperti  di  Asia  Tenggara,  media melakukan  pe
rannya  yang dilukiskan sebagai “agen pembangunan”.
23
Di Indonesia misalnya, pemerintah melihat media sebagai sumber daya  yang
kritis  untuk  membantu  dalam  mengkomunikasikan  pendidikan  dan informasi  vital  mengenai  isu  mendasar  seperti  kesehatan,  perairan,
pengendalian kelahiran pada kurang lebih 200 juta jiwa penduduk bangsa ini  yang  tinggal  di  lebih  dari  13.000  pulau.  Media  diharapkan  bisa
membantu  pemerintah  dalam  tugasnya  mempersatukan,  membangun  dan membentuk jiwa nasionalisme masyarakat.
                