Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
ditayangkan tidak mendidik dan jauh dari realitas kehidupan sosial masyarakat kita.
1
Memasuki abad ke-21 memang terjadi sindrom globalisasi. Seakan-akan menciptakan tuntutan baru terhadap agama, agar agama
melakukan adaptasi dengan globalisasi. Itu berarti timbulnya keperluan agama untuk menjalankan reaktualisasi firman-firman Allah dalam al-
Quran. Jika tidak demikian, ajaran Islam sulit dilibatkan untuk menerangkan globalisasi dalam berbagai dimensi kehidupan umat.
Globalisasi itu sendiri hakikatnya merupakan implikasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Iptek. Mengupayakan pemahaman mengenai
kemajuan Iptek dari sudut agama dan sebaliknya, pemahaman mengenai agama dengan memakai pendekatan ilmu pengetahuan, agkanya akan
selalu merupakan pilihan yang tepat, jika kita bermaksud memecahkan berbagai masalah kehidupan manusia sekarang dan di masa mendatang.
2
Di era globalisasi, rekonstruksi pemikiran dakwah perlu dilakukan. Dalam masalah ini, banyak di antara kaum muslim yang memahami
dakwah dalam arti sempit, sehingga dakwah dipandang identik dengan tablîgh ceramah atau pidato. Pandangan semacam ini akan menentukan
kriteria da’i hanya kepada mereka yang aktif berceramah lewat mimbar.
3
Lembaga dakwah tak hanya berpusat di masjid-masjid, di forum- forum diskusi, pengajian, dan semacamnya. Dalam pengertian demikian,
1
Sejarah Pertumbuhan Televisi Komunitas di Indonesia, oleh Budhi Hermanto. Artikel ini diakses tanggal 18 Februari 2011 dari
http:krisnamulawarman.comfilessejarah_tv_komunitas_ ind.pdf.
2
A. Muis, Komunikasi Islam Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2001, h. 131-132 .
3
Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub Jakarta: Penamadani, Cet. ke-2, h. 5.
dakwah harus mengalami desentralisasi kegiatan. Ia harus berada di bawah, di pemukiman kumuh, di rumah-rumah sakit, di teater-teater, di
studio-studio film, musik, di kapal laut, kapal terbang, di pusat-pusat perdagangan, di tempat-tempat pembangunan gedung pencakar langit, di
bank-bank, di pengadilan, dan sebagainya.
4
Untuk mencapai sasaran dakwah di tempat-tempat yang lebih luas, perlu media dakwah yang bisa mencapainya. Dengan masyarakat yang
melek akan teknologi sudah seharusnya pergerakan dakwah Islam dilakukan dengan menggunakan media massa elektronik. Televisi
merupakan media yang dianggap efektif dalam pergerakan dakwah Islam. Karena hampir semua masyarakat di Indonesia menonton televisi.
Ada satu hal yang kurang menjadi perhatian masyarakat, media televisi memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh media lain.
Televisi secara simultan memiliki karakteristik yang ada di media cetak, radio dan film. Secara jujur dapat dikatakan, media televisi mampu
mempengaruhi penonton lebih kuat dibanding media yang lain, terutama karena sifatnya yang sangat atraktif. Karena itulah muncul kesadaran
baru, bahwa kegiatan dakwah akan lebih efektif jika disampaikan melalui media audio visual, antara lain melalui siaran televisi.
Kemunculan stasiun tv swasta di Indonesia tak lain dikarenakan kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi. Tidak hanya itu, televisi
merupakan media komunikasi massa. Program-program acara yang ditayangkan di televisi baik berupa pendidikan, informasi, atau hiburan,
4
A. Muis, Komunikasi Islam, h. 133.
bisa mengubah pola pikir, nilai-nilai, bahkan norma pemirsanya, serta televisi
diyakini sebagai
agen penyetara
dalam budaya
atau mengembangkan suatu budaya.
Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa televisi sudah menjadi agama masyarakat industry, ini artinya bahwa masyarakat sekarang sudah
belajar hidup dari televisi.
5
Selain itu menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera khalayak. Dengan media massa khalayak
memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang tidak dialami secara langsung. Dunia ini terlalu luas untuk masuki semuanya.
Media massa datang menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik; televisi menjadi jendela kecil untuk menyaksikan berbagai
informasi yang jauh dari jangkauan alat indera kita.
6
Walaupun sampai saat ini banyak pandangan stereotip yang menganggap televisi sebagai media deskrutif dalam masyarakat. Program
acara televisi banyak yang menayangkan unsur-unsur yang bisa merusak moral pemirsanya seperti kekerasan, sadisme, pornografi, dan
semacamnya. Salah satu contoh stasiun televisi komunitas yaitu Televisi
Komunitas Palmerah atau yang biasa disebut PAL TV. PAL TV merupakan televisi komunitas di Kecamatan Palmerah Jakarta Barat yang
sudah berdiri sejak tahun 2006 dengan tujuan sebagai media dakwah.
5
Jalaluddin Rakhmat, Catatan Kang Jalal visi Media, politik dan Pendidikan Bandung, Remaja Rosda karya 1998, Cet ke-2, h. 26.
6
Drs. Jalauddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2005, h. 224.
Secara umum fungsi strategis dari TV Komunitas adalah: 1.
Menjadi sarana penyampaian informasi multi arah yang secara langsung bersentuhan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, yang bermuara
pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat. 2.
Menjadi sarana Pendidikan dan Penyuluhan yang langsung bermanfaat bagi masyarakat, karena menukik pada sasaran.
3. Menjadi agen Pendidikan Literasi Media, yaitu mempersiapkan
masyarakat agar memiliki imunitas terhadap dominasi siaran televisi komersial yang bersifat racun dan candu.
4. Memberi ruang bagi keberagaman budaya dan keberagaman citarasa.
5. Memberi ruang bagi berkembangnya pemikiran, aspirasi, dan kreasi
yang bersifat lokal tetapi berskala nasional atau bahkan global. 6.
Menumbuhkan “kedekatan” antara rakyat biasa dengan pimpinan daerah yang dengan sendirinya akan memperlancar program
pembangunan. 7.
Ikut mendorong dan menjaga “keterbukaan” sebagai bagian dari good governance di tingkat Pemerintah Daerah, Kecamatan dan Desa.
7
Memang sedikit sekali tayangan televisi konvensional yang memberikan acara-acara dakwah, maka untuk mengimbangi kebutuhan
dakwah perlu adanya televisi komunitas yang menyajikan program dakwah lebih banyak. Oleh karena itu, menarik bagi peneliti unutuk
melakukan penelitian bagaimana program dakwah di televisi komunitas
7
Potensi Televisi Publik Lokal dan Komunitas dalam Pembangunan Desa, oleh Hartanto. Artikel ini diakses pada 18 Februari 2011 dari
http:www.ppma.or.idcontentpotensi-televisi- publik-lokal-dan-komunitas-dalam-pembangunan-desa
palmerah PAL TV. Maka berdasarkan uraian di atas penelitian ini diberi judul:
“Program Dakwah Islam di Televisi Komunitas Palmerah”