Produksi Program Televisi Program Televisi

pemikiran-pemikiran kritis atas sarana yang dipakai untuk menampilkan materi produksi. Atau, visi itu sekedar mengikuti arus yang mengalir. Bertolak dari dorongan kreativitas, seorang produser yang menghadapi materi produksi akan membuat seleksi. Dalam seleksi ini intelektualitas dan spiritualitas secara kritis menentukan materi mana yang diperlukan dan mana yang tidak. Kemudian akan lahir ide atau gagasan. Dilengkapi dengan materi atau bahan lain yang menunjang ide ini, akan tercipta konsep berupa naskah untuk produksi. Naskah ini merupakan bahan dasar yang perlu dipirkan oleh seorang produser ketika ia akan mulai berproduksi. 1. Materi Produksi Bagi seorang produser, materi produksi dapat berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu. Suatu kejadian yang istimewa biasanya merupakan materi produksi yang baik untuk program-program dokumenter atau sinetron. Tentu saja kejadian itu masih harus dilengkapi dengan latar belakang kejadian dan hal-hal lain yang perlu untuk menjadikan program itu sebuah program yang utuh. Untuk itu, masih diperlukan riset yang lebih mendalam agar semua data yang bersangkut-paut dengan materi hasil produksi itu lengkap. Dari hasil riset materi produksi, muncul gagasan atau ide yang kemudian akan diubah menjadi tema untuk program dokumenter atau sinetron film televisi. Mungkin juga gagasan itu langsung menjadi konsep program. Tema ataupun konsep program kemudian diwujudkan menjadi treatment. Treatment adalah langkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi program. Oleh karena itu, treatment untuk setiap format program berbeda-beda. Dari treatment akan diciptakan naskah script atau langsung dilaksanakan produksi program. Bobot atau muatan sebuah program sebetulnya sudah tampak ketika gagasan diwujudkan menjadi treatment. Dari sinilah penyempurnaan konsep program dapat dilaksanakan sehingga menghasilkan naskah atau program yang baik. 2. Sarana Produksi Sarana produksi adalah sarana yang menjadi penunjang terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Tentu saja diperlukan kualitas alat standar yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus. Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi, yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara, dan unit peralatan pencahayaan. Kualitas standar dari ketiga unit peralatan ini menjadi pertimbangan utama seorang produser ketika ia mulai dalam perencanaan produksinya. Selebihnya berfungsi sebagai peralatan penunjang produksi. Seperti alat transportasi untuk produksi luar studio dan unit studio dengan dekorasi untuk produksi dalam studio. 1. Biaya Produksi Tidak terlalu sederhana merencanakan biaya untuk suatu program produksi. Dalam hal ini, seorang produser dapat memikirkan sampai sejauh mana produksi itu kiranya akan memperoleh dukungan financial dari suatu pusat produksi atau stasiun televisi. Oleh karena itu, perencanaan budget atau biaya produksi dapat didasarkan pada dua kemungkinan, yaitu: a. Financial Oriented Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada kemungkinan keuangan yang ada. Kalau keuangan terbatas berarti tuntutan-tuntutan tertentu untuk kebutuhan produksi harus pula dibatasi. Misalnya: tidak menggunakan artis yang pembayarannya mahal, menggunakan lokasi shooting yang tidak terlalu jauh, konsumsi yang tidak terlalu mewah. Segala sesuatunya didasari atas kemungkinan keuangan. b. Quality Oriented Perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini, tidak ada masalah keuangan. Produksi dengan orientasi badget semacam ini biasanya produksi prestige. Produksi yang diharapkan mendatangkan keuntungan besar, baik dari segi nama maupun financial. Untuk menghasilkan kualitas yang paling tinggi dari produksi itu, produser boleh melibatkan semua orang nomor satu dibidangnya. Menentukan biaya produksi suatu program televisi dengan video bagi produser atau manager siapa pun merupakan hal yang rumit. Banyak faktor tidak terduga yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Oleh karena itu, membuat perencanaan anggaran produksi seolah-olah mengharuskan mata dan pikiran kita melihat hal-hal tersembunyi atau yang sekiranya tidak ketahuan dan yang mungkin memerlukan biaya. Estimasi biaya yang tertera dalam rencana anggaran, paling tidak dapat membuat batasan- batasan yang baik ketika pelaksanaan produksi dan mencegah pemborosan. Bagaimanapun tidak ada produksi yang ingin menderita kerugian dan menjadi macet karena kekeliruan dalam melaksanakan rencana anggaran atau membuat estimasi biaya. 2. Organisasi Pelaksanaan Produksi Suatu produksi program televisi melibatkan banyak orang, misalnya para artis, crew, dan fungsionaris lembaga penyelenggara, polisi, aparat setempat dimana lokasi shooting dilaksanakan, dan pejabat yang bersangkut-paut dengan masalah perijinan. Supaya pelaksanaan shooting dapat berjalan lancar, produser harus memikirkan juga penyusunan organisasi pelaksana produksi yang serapi-rapinya. Dalam hal ini, produser dapat dibantu oleh asisten produser atau sering disebut produser pelaksana atau production manager. Ia mendampingi sutradara dalam mengendalikan organisasi. Produser pelaksana membawahi bendahara dan kasir yang mengatur keuangan dan membayar kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. Sementara itu, sekretariat mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan surat menyurat, kontrak, dan perijinan. Tanggungjawab untuk pelaksanaan dari organisasi yang bersifat lapangan ini dipikul oleh bagian yang disebut unit manager. Bagian ini menanggung tugas dari dua sisi sekaligus; sisi organisasi dan sisi artistik. Bidang yang langsung di bawah koordinasi pelaksana unit manager, misalnya perijinan, transportasi, konsumsi, dan akomodasi. Lokasi, settingdekorasi, property perlengkapan, kostum dan make-up, pelaksanaan lapangan berada dalam koordinasi unit manager, tetapi segi artistik sepenuhnya di bawah tanggungjawab art designer atau art director. Sutradara dibantu sepenuhnyaoleh art designer dan director of photography kamerawan. Sementara kamerawan membawahi bagian pencahayaan lighting dan suara sound. Sutradara adalah penanggungjawab penuh suatu produksi. Pelaksanaan produksi untuk produksi program televisi di studio memiliki nama yang berbeda pula. Sutradara disebut pengarah program atau program director PD. Fungsi dan tugasnya mirip denga sutradara. Hanya ia bekerja di belakang meja kontrol di ruang kontrol. Asisten sutradara disebut Floor Director FD tugasnya membantu sutradara mengarahkan pemain dan crew di dalam studio rekaman gambar. Pembantu pengarah program yang lain adalah switcher. Ia bertugas membantu pengarah acara men-switch kamera melalui tombol di meja kontrol. Pelaksana produksi lain sama dengan pelaksana produksi shooting lapangan. Bedanya pada jumlah kameramen. Dengan multikamera diperlukan dua sampai empat kamerawan sekaligus. 3. Tahap Pelaksanaan Produksi Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut standart operasion procedure SOP, seperti berikut: a. Pra-Produksi Perencanaan dan Persiapan Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres. Tahap pra-produksi meliputi tiga bagian, sebagai berikut: 1 Penemuan Ide Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan idea tau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset. 2 Perencanaan Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja time schedule, penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti. 3 Persiapan Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. b. Produksi Sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis, crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan shooting script menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita. Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil dalam adegan scene. Berikut ini adalah beberapa posisi kamera camera position, yang apabila terangkaikan akan menjadi suatu cerita yang hidup: 31 1. Shoot jauh long shoot Suatu pengambilan objek oleh kamera dari jarak yang jauhnya cukup untuk dapat mengambil pemandangan yang lengkap dari suatu adegan. 2. Shoot dekat close shoot Suatu pengambilan objek dari bahu ke atas. Close shoot dalam naskah kamera disingkat CS. 3. Shoot agak dekat medium shoot Suatu pengambilan objek oleh kamera dari dada ke atas. Dalam naskah kamera istilah itu disingkat MCS. 4. Shoot sewajah close-up Suatu pengambilan objek untuk menghasilkan gambar wajah seseorang sebatas dagu ke atas. Istilah ini disingkat CU. 5. Shoot terdekat big close-up Pengambilan sebuah objek secara khusus oleh kamera untuk menampilkan salah satu bagian dari tubuh manusia atau suatu benda tertentu sehingga tampak amat sangat jelas. Big close-up yang lazim disingkat BCU, kadang-kadang disebut juga Extra close-up dan Extreme 31 Sunandar, Telaah Format Program Keagamaan di Televisi; Studi Deskriptif Analisis Televisi Pendidikan Indonesia, Tesis Yogyakarta: IAIN Sunan Kali Jaga, 1998 close-up. Dengan big close-up dapat ditampilkan mata, hidung, bibir, dan lain-lain secara khusus untuk memberikan kesan tertentu kepada pemirsa. 6. Shoot sedang medium shoot Suatu pengambilan objek oleh kamera sebatas pinggang ke atas. Dalam naskah kamera, shoot tersebut disingkat MS. 7. Shoot agak jauh medium long shoot Suatu pengambilan objek oleh kamera sebatas lutut ke atas. Shoot yang sering kali disingkat MLS ini dinamakan juga shoot lutut knee shoot. 8. Shoot dua two shoot Pengambilan objek oleh kamera yang menampilkan dua orang sebatas dada ke atas. 9. Shoot kelompok group shoot Pengambilan objek oleh kamera yang menampilkan sejumlah orang sebatas dada ke atas. 10. Shoot udara aerial shoot Pengambilan objek oleh kamera dari udara untuk menghasilkan suatu pemandangan yang mengesankan. 11. Shoot lebar wide shoot Pengambilan suatu objek yang tidak terlalu jauh, suatu pengambilan gambar oleh kamera yang melingkupi area yang luas. 12. Shoot amat jauh very long shoot Suatu pengambilan objek oleh kamera yang melingkupi area yang amat luas dimana terdapat suatu objek. Semua shoot yang dibuat dicatat oleh bagian pencatat shoot dengan mencatat time code pada saat mulai pengambilan, isi shoot dan time code pada akhir pengambilan adegan. Kode waktu time code adalah nomor pada pita. Nomor itu berputar ketika kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan kode waktu ini nanti akan berguna dalam proses editing. Biasanya gambar hasil shooting dikontrol setiap malam di akhir shooting hari itu untuk melihat apakah hasil pengambilan gambar sungguh baik. Apabila tidak maka adegan itu perlu diulang pengambilan gambarnya. Sesudah semua adegan di dalam naskah selesai diambil maka hasil gambar asli original materialrow foot-age dibuat catatannya logging untuk kemudian masuk dalam proses post production, yaitu editing. c. Pasca-Produksi Pasca-produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online, dan mixing. Dalam hal ini, terdapat dua macam editing, yaitu: pertama, yang disebut editing dengan teknik analog atau linier. Kedua, editing dengan teknik digital atau non linier dengan computer. 32 1 Editing offline dengan teknik analog Setelah shooting selesai, script boygirl membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline dengan copy video VHS supaya 32 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, h. 42-44 murah sesuai dengan gagasan yang ada dalam sinopsis dan treatment. Materi hasil shooting langsung dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya dilihat dengan seksama dalam screening. Apabila masih perlu ditambah atau diedit lagi, pekerjaan ini dapat langsung dikerjakan sampai hasilnya memuaskan. Sesudah hasil editing offline ini dirasa pas dan memuaskan barulah dibuat editing script. Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik. Naskah editing ini formatnya sama dengan skenario. 2 Editing online dengan teknik analog Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan scene dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut dengan mixing. 3 Mixing pencampuran gambar dengan suara Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam, dimasukkan ke dalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas. 4 Editing offline dengan teknik digital atau non-linier Editing non-linier atau editing digital adalah editing yang menggunakan komputer dengan peralatan khusus untuk editing. Alat editing tersebut bermacam-macam nama, jenis, dan fasilitasnya, misalnya: Pinacle – Matrox – Canupus, dll. Tahapan pertama, yang harus dilakukan adalah memasukkan seluruh hasil shoot gambar yang dalam catatan atau logging memperoleh OK, ke dalam hardisk. Proses ini disebut capturing atau digitizing, yaitu mengubah hasil gambar dalam pita menjadi file, yang ketika diperlukan dapat dipanggil untuk disusun berdasarkan urutan yang diinginkan sutradara. Sesudah tersusun baik baru diurutkan kemudian dipersatukan agar shoot-shoot yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh, proses ini disebut render. Setelah render dapat dilakukan screening. Apabila dalam screening masih perlu koreksi, maka koreksi dapat dikerjakan dengan menambah, mengurangi, atau menyisipi shoot yang diperlukan. 5 Editing online dengan teknik digital Editing online dengan teknik digital sebenarnya tinggal penyempurnaan hasil editing offline dalam komputer, sekaligus mixing dengan musik ilustrasi atau efek gambar misalnya perlu animasi atau wipe efek dan suara sound effect atau narasi yang harus dimasukkan. Sesudah semua sempurna, hasil online ini kemudian dimasukkan kembali dari file menjadi gambar pada pita Betacam SP atau pita dengan kualitas broadcast standart. Setelah program dimasukkan pita, boleh dikatakan pekerjaan selesai dan kelanjutannya adalah bagian dari pekerjaan di stasiun televisi.

6. Pengertian dan Sejarah Televisi Komunitas

Televisi komunitas sebagai media komunitas memiliki pengertian yang sama dengan media massa konvensional surat kabar, majalah dan media elektronik radio dan televisi. Hanya sasaran audiensnya yang hanya terbatas pada komunitas tertentu saja. Menurut Ghazali 2002 media komunitas merupakan lembaga penyiaran yang didirikan untuk melayani komunitas tertentu saja, baik dalam konteks suatu batasan geografis maupun dalam konteks rasa identitas atau minat yang sama. 33 Kemunculan televisi komunitas di Indonesia tidak terlepas dari proses kritik terhadap keberadaan berbagai televisi di Indonesia itu sendiri, dimana stasiun televisi sebagai media massif yang efektif ternyata tidak mencerahkan kehidupan masyarakat. Sebagian besar program siaran yang ditayangkan tidak mendidik dan jauh dari realitas kehidupan sosial masyarakat kita. Sinetron misalnya, selalu mengetengahkan kemewahan yang tidak dipunyai masyarakat kebanyakan. 34 Perkembangan media sebenarnya diikuti oleh tuntutan kepada media untuk memiliki suatu tanggungjawab sosial. Kebebasan yang dimiliki media perlu disertai tanggungjawab sosial dan dan kecenderungan berorientasi pada kepentingan umum, baik secara individual maupun kelompok. Wibowo, 1997:58. Namun pada kenyataannya, media penyiaran khususnya televisi swasta menafikkan tanggungjawab sosialnya karena tuntutan bisnis untuk meraih keuntungan yang sebesar- besarnya dengan rating televisi ukuran banyak pemirsa yang menonton sebuah acara di televisi pada satu waktu menjadi dewa dan barometer bagi industri televisi tanpa melihat dampak yang bisa ditimbulkannya. 33 Atie Rachmiatie, Radio Komunitas: Eksalasi Demokratisasi Komunikasi, Bandung: Simbiosa Rekartama Media, 2007, h. 41-42 34 Budhi He rmanto, “Sejarah Perumbuhan Televisi Komunitas di Indonesia” artikel ini diakses pada 20 April 2011 pukul 20:15 WIB, dari http:krisnamulawarman.comfilessejarah _tv_komunitas_ind.pdf