Lebih lanjut, membaca intensif dikelompokan menjadi 2 jenis yaitu membaca telaah isi content study reading dan membaca telaah
bahasa linguistic study reading. Tarigan 2008: 40 menyatakan bahwa setelah kita menemukan
bahan atau hal yang menarik hati pada membaca sekilas, kita dapat mendalami isi bacaan tersebut. Menelaah isi sesuatu bacaan menuntut
ketelitian, pemahaman, kekritisan berfikir, serta keterampilan mengakap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan. Membaca telaah
isi dapat kita bagi atas 1 membaca teliti, 2 membaca pemahaman, 3 membaca kritis, dan 4 membaca ide.
Sedangkan membaca telaah bahasa linguistic study reading merupakan satu kesatuan dengan membaca telaah isi content study
reading. Keduanya merupakan dwitunggal yang utuh. Keserasian antara isi dan bahasa sesuatu bahan bacaan mencerminkan keindahan
serta kemanunggalannya. Membaca telaah bahasa linguistic study reading mencakup membaca bahasa asing atau language reading
dan membaca sastra literary reading.
2. Hakikat Pembelajaran Bahasa
a. Pengertian Pembelajaran
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 bab 1 pasal 1 ayat 20 Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sedangkan menurut Sanjaya 2008: 77-81 pembelajaran adalah proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah
perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa.
Sudjana 2009: 43 pembelajaran pada dasarnya adalah sebuah proses, terjadinya interaksi guru-siswa melalui kegiatan terpadu dalam
dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa dengan kegiatan mengajar guru.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran adalah sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam suatu
lingkungan belajar untuk mengerti sesuatu hal yang sebelumnya tidak diketahui siswa serta dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi, mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1.
Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis;
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara; 3.
Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; 5.
Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa; 6.
Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
c.
Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu:
1 pendekatan komunikatif
Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa pada tujuan pembelajaran yang mementingkan fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi Syafi’ie dalam Rahim, 2008: 31. Berdasarkan
prinsip pendekatan
komunikatif, pengajaran
membaca harus didasarkan pada tujuan membaca dan mengarahkan pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-
hari. 2
pendekatan cara belajar siswa aktif CBSA Syafi’ie dalam Rahim 2008: 32 menyatakan bahwa
pendidikan CBSA sebagai kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa. Artinya, secara aktif terlibat dalam proses
pengajaran. Mulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pelajaran, sampai dengan penilaian. Siswa yang aktif
membaca akan berfikir untuk dapat menguasai cara-cara membaca yang semakin lama semakin efektif.
3 pendekatan pembelajaran terpadu
Rahim 2008: 33 menyatakan bahwa pembelajaran bahasa harus dilakukan secara utuh. Misalnya keterampilan menyimak
dengan berbicara tidak mungkin dipisahkan dalam suatu kegiatan belajar-mengajar, begitu juga dengan keterampilan berbahasa
lainnya. Bentuk pembelajaran bahasa secara terpadu bisa berupa perpaduan antara kegiatan membaca, menulis, berbicara, dan
menyimak. Pappas, dkk dalam Rahim 2008: 33 mengemukakan bahwa
pada kelas yang terintegrasi, kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, berarti mereka menggunakan bahasa
secara terpadu. Walaupun waktu pembelajaran bahasa Indonesia dialokasikan untuk pembelajaran bahasa Indonesia, dengan
pengalaman belajar yang terintegrasi terpadu guru dapat menggunakan waktu satu hari untuk mata pelajaran lain yang
terkait. Keterkaitan setiap mata pelajaran bisa dilakukan dengan menggunakan satu tema yang dipilih untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia.
4 pendekatan belajar kooperatif
Belajar kooperatif
merupakan suatu
metode yang
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerja sama dan saling membantu dalam menyesuaikan
tugas Rahim, 2008: 34. Slavin dalam Rahim 2008: 34 menyatakan bahwa penelitian
20 tahun terakhir mengindikasikan bahwa pendekatan belajar kooperatif dapat digunakan secara efektif pada setiap tingkat
kelas untuk semua mata pelajaran. Menurut Trianto 2007: 49-62 setidaknya ada empat
pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif,
seperti: a
student teams achivement divisions STAD Pembelajatran kooperatif tipe ini merupakan salah satu tipe
dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4-5 orang
siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis,
dan penghargaan kelompok. b
JIGSAW Pembelajaran tipe jigsaw menuntut pembentukan kelompok
ahli dan kelompok asal, dengan membentuk kelompok atas 5-
6 orang siswa, materi dibagikan kepada siswa dalam bentuk teks yang dibagi dalam bentuk subbab, setiap ang-gota
kelompok membaca
subbab yang
diperoleh dan
bertanggungjawab untuk mempelajarinya, anggota ke- lompok lain yang mendapat subbab yang sama bertemu
membentuk kelompok ahli, setiap kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan bertugas mengajar teman-temannya, dan
memberikan kuis individu. c
investigasi kelompok Dalam implementasi tipe investigasi kelompok, guru
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa anggota yang heterogen. Kelompok disini dapat
dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa
memilih topic untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya mereka
menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
d pendekatan struktural meliputi numbered head together
NHT dan think pair share TPS. Langkah-langkah dalam pembelajaran
NHT yaitu
penomoran, mengajukan
pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab. Sedangkan langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran tipe Think
Pair Share TPS yaitu berfikir think atas pertanyaan guru yang berkaitan dengan pelajaran, berpasangan pairing
dengan teman semeja dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh, dan berbagi Sharing dengan keseluruhan
kelas yang telah mereka diskusikan. Dengan tipe TPS siswa dapat berbagi dengan teman semeja dalam memecahkan
masalah yang telah disajikan. Misalnya siswa melakukan permainan bahasa.
3. Permainan Bahasa