Peningkatan Kualitas Pembelajaran Membaca Intensif melalui Teknik Skrambel pada Siswa SD Kelas IV

(1)

PENINGKATAN

KUALITAS PEMBELAJARAN MEMBACA INTENSIF

MELALUI TEKNIK SKRAMBEL

PADA SISWA SD KELAS IV

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Oleh

Riana

1402407157

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan hasil karya tulis orang lain. Hal yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2011 Peneliti

Riana 1402407157


(3)

iii

Intensif pada Siswa SD Kelas IV” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Senin

tanggal : 27 Juni 2011

Pembimbing I,

Dra. Hartati, M. Pd.

NIP 195510051980122001

Pembimbing II,

Drs. Umar Samadhy, M. Pd.

NIP 195604031982031003

Diketahui Oleh Ketua Jurusan PGSD,

Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd.


(4)

iv

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Kamis

tanggal : 28 Juli 2011

Panitia Ujian Skripsi Ketua,

Drs. Hardjono, M. Pd. NIP 195108011979031007

Sekretaris,

Drs. Jaino, M. Pd. NIP 195408151980031004

Penguji I,

Drs. Sukarir Nuryanto, M. Pd. NIP 19600806 1987031001

Penguji II,

Dra. Hartati, M.Pd. NIP 195510051980122001

Penguji III,

Drs. Umar Samadhy, M. Pd. NIP 195604031982031003


(5)

v

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia dengan pena. Diaa mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya. (Terjemahan Q. S. Al-„Alaq: 1-5)

Persembahan:

Karya ini dipersembahkan kepada:

Bapak dan Mamak (Harno dan Ratmi) serta Ibu saya (Prihastuti) Kakak (Suradi) dan Adik saya (Tyas)

D” Ladies (Anjar, Indah, Blita, Ulya, Dyah, Ika, Tutik, Senja dan Aminah) Sahabat-sahabat PGSD 2007


(6)

vi

dan hidayah-Nya, karena skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar. Skripsi yang berjudul Peningkatan Kualitas Pembelajaran Membaca Intensif pada Siswa SD Kelas IV ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang.

Peneliti menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada:

1. Drs. Hardjono, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang;

2. Drs. A. Zaenal Abidin, M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang;

3. Dra. Hartati, M. Pd. Pembimbing I;

4. Drs. Umar Samadhy, M. Pd., Pembimbing II;

5. Ch. Prihati, A. Ma., Kepala SD N Kalibanteng Kidul 02 Kota Semarang;

6. Guru dan staf SDN Kalibanteng Kidul 02 Kota Semarang;


(7)

vii

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan dan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Semarang, Juli 2011 Peneliti

Riana


(8)

viii II: Drs. Umar Samadhy, M. Pd. . 250 halaman.

Kata Kunci: Kualitas pembelajaran, Membaca Intensif, Teknik Skrambel, Keterampilan Guru, Aktivitas Siswa, Hasil Belajar.

Dari hasil observasi dan wawancara pada 20 September 2010 dan 23 September 2010 diperoleh data yaitu 59,53 % siswa kelas IV SD N Kalibanteng Kidul 02 kurang terampil dalam membaca intensif. Hal ini dikarenakan guru kurang maksimal dalam mengondisikan kelas, siswa kurang bekerjasama dengan teman lain, siswa bosan dan kondisi kelas ramai. Sehingga pencapaian hasil evaluasi siswa pada pokok bahasan menentukan ide pokok kurang maksimal dengan rerata kelas 53,33, nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 90.

Rumusan masalah yang muncul yaitu: bagaimanakah proses pembelajaran membaca intensif melalui teknik skrambel pada siswa SD Kelas IV?. Masalah tersebut dirinci (1) bagaimanakah keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca intensif dengan teknik skrambel di SD kelas IV?; (2) bagaimanakah aktivitas siswa SD kelas IV dalam pembelajaran membaca intensif dengan teknik skrambel?; (3) bagaimanakah hasil belajar membaca intensif siswa SD kelas IV dengan teknik skrambel?. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran membaca intensif melalui teknik skrambel pada Siswa SD Kelas IV, yang meliputi (1) mendeskripsikan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca intensif di SD kelas IV dengan teknik skrambel; (2) mendeskripsikan aktivitas siswa SD kelas IV dalam pembelajaran membaca intensif dengan menggunakan teknik skrambel; (3) mendeskripsikan hasil belajar membaca intensif siswa SD kelas IV dengan menggunakan teknik skrambel.

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri Kalibanteng Kidul 02. Jumlah siswa sebanyak 42. Sedangkan variabel penelitian ini adalah (1) keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca intensif dengan teknik skrambel; (2) aktivitas siswa SD kelas IV dalam pembelajaran membaca intensif dengan teknik skrambel; (3) hasil belajar membaca intensif pada siswa SD kelas IV dengan teknik skrambel.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kualitas pembelajaran membaca intensif dengan teknik skrambel yang meliputi peningkatan pada keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan hasil belajar siswa dalam membaca intensif. Terbukti dengan peningkatan pada keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran sebesar 20,84 % dari 69,79 % pada siklus I menjadi 90,63 % pada siklus II. Aktivitas siswa meningkat sebesar 11% dari 66% pada siklus I menjadi 77% pada siklus ke II. Hasil belajar membaca intensif dengan teknik skrambel siswa meningkat sebesar 15,48% dari 69,05% pada siklus I menjadi 84,53% pada siklus II. Disarankan agar guru dapat berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih efektif dan efisien agar siswa dapat aktif dalam mengikuti pembelajaran dari guru.


(9)

ix

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pemecahan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kajian Teori ... 8

1. Hakikat Bahasa... 8

2. Pengertian Bahasa ... 8


(10)

x

e. Membaca Intensif ... 16

3. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 17

a. Pengertian Pembelajaran... 17

b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 18

c. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 19

4. Permainan Bahasa ... 23

a. Hakikat Permainan Bahasa ... 23

b. Tujuan Permainan Bahasa ... 24

c. Faktor Penentu Keberhasilan Permainan Bahasa ... 24

d. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Bahasa ... 24

e. Macam-Macam Permainan Bahasa ... 26

5. Skrambel ... 26

a. Pengertian Skrambel ... 26

b. Macam-Macam Skrambel ... 27

c. Pembelajaran Membaca Intensif dengan Teknik Skrambel . 29 d. Kelebihan dan Kelemahan Skrambel ... 31

6. Kualitas Pembelajaran ... 32

B. Kajian Empiris ... 37

C. Kerangka Berfikir ... 40


(11)

xi

C. Subjek Penelitian ... 55

D. Variabel Penelitian ... 55

E. Data dan Cara Pengumpulan Data ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 59

G. Indikator Keberhasilan ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Hasil Penelitian ... 65

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 135

BAB V PENUTUP ... 153

A. Simpulan ... 153

B. Saran ... 153

DAFTAR PUSTAKA ... 156


(12)

xii

Tabel 4. 3. Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 1 ... 66

Tabel 4. 4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1... 71

Tabel 4.5 Aspek Penelitian Pelafalan Teks Bacaan ... 78

Tabel 4. 6. Hasil Belajar Membaca Intensif Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 79

Tabel 4.7. Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 2 ... 81

Tabel 4. 8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2... 85

Tabel 4.9. Hasil Belajar Membaca Intensif Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 93

Tabel 4. 10. Persentase Keberhasilan Keterampilan Guru Siklus I ... 96

Tabel 4. 11. Persentase Keberhasilan Aktivitas Siswa Siklus I ... 99

Tabel 4. 12. Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 1 ... 101

Tabel 4. 13. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 105

Tabel 4. 14 Hasil Pengamatan Membaca Siswa Siklus II Pertemuan 1... 113

Tabel 4. 15. Hasil Belajar Membaca Intensif Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 114

Tabel 4. 16. Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 2 ... 116

Tabel 4. 17. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 120

Tabel 4. 18 Hasil Pengamatan Membaca Siswa Siklus II Pertemuan 1... 127

Tabel 4. 19. Hasil Belajar Membaca Intensif Siswa Siklus II Pertemuan 2 .... 128

Tabel 4. 20. Persentase Keberhasilan Keterampilan Guru Siklus II ... 130

Tabel 4. 21. Peningkatan Persentase Keterampilan Guru Setiap Pertemuan .. 143


(13)

xiii

Pembelajaran .. ... 33

Diagram 2. 2 Kerangka Berfikir Penelitian... 42

Diagram 3. 3 Desain Model Penelitian Tindak Kelas Model Kemmis ... 55

Diagram 4. 4 Analisis Nilai Siklus I Pertemuan 1 ... 80

Diagram4. 5Analisis Nilai Siklus I Pertemuan 2 ... 94

Diagram 4. 6. Peningkatan Keterampilan Guru pada Siklus I ... 96

Diagram 4. 7. Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 99

Diagram 4. 8. Analisis Hasil Belajar Membaca Intensif Siklus I ... 99

Diagram 4. 9. Analisis Nilai Siklus II Pertemuan 1 ... 115

Diagram4. 10.Analisis Nilai Siklus II Pertemuan 2 ... 129

Diagram 4. 11. Peningkatan Keterampilan Guru pada Siklus II ... 130

Diagram 4. 12. Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 132

Diagram 4. 13 Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Membaca ... 133

Diagram 4. 14. Analisis Hasil Belajar Membaca Intensif Siklus II ... 134

Diagram 4. 15. Perbedaan Ketercapaian Aspek Keterampilan guru pada Siklus I dan Siklus II ... 142

Diagram 4. 16. Peningkatan Keterampilan Guru Setiap Pertemuan ... 143

Diagram 4. 17. Perbedaan Ketercapaian Aspek Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II ... 146


(14)

xiv


(15)

xv

Lampiran 2. Data Kepala Sekolah ... 160

Lampiran 3. Profil Sekolah ... 161

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari Ketua Jurusan... 162

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Dekan FIP... ... 163

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian dari SD ... 164

Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 165

Lampiran 6. KKM Bahasa Indonesia dan KKM Empat Keterampilan Berbahasa Siswa Kelas IV SD N Kalibanteng Kidul 02 ... 166

Lampiran 7. SK KD Bahasa Indonesia Kelas IV ... 167

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I pertemuan 1 ... 170

Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I pertemuan 2 ... 180

Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II pertemuan 1 ... 192

Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II pertemuan 2 ... 202

Lampiran 12. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 213

Lampiran 13. Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I dan Siklus II ... 225

Lampiran 14. Rekap Hasil Observasi Keterampilan Guru ... 227

Lampiran 15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 228

Lampiran 19. Rekap Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 236

Lampiran 23. Rekap Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 240


(16)

xvi

Lampiran 34. Hasil Wawancara ... 274 Lampiran 35. Dokumentasi ... 284 Lampiran 36. Bukti Fisik Hasil Belajar Siswa ... 291


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasil-an dalam mempelajari semua bidkeberhasil-ang studi (BSNP, 2006: 137).

Dalam Standar Isi kurikulum KTSP 2006 dinyatakan bahwa standar kompetensi bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan, pengetahuan, kete-rampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan yang meliputi aspek aspek seperti mendengar, berbicara, membaca dan menulis.

Rahim (2008: 1) mengemukakan bahwa membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Kita akan mendapat pengetahu-an tentpengetahu-ang lokasi tempat, berita, hiburpengetahu-an, IPTEK dpengetahu-an lainnya. Oleh karena itu, kualitas pembelajaran membaca harus ditingkatkan sejak dini, yaitu mulai siswa berada dibangku Sekolah Dasar.


(18)

Penelitian yang dilakukan oleh Depdiknas pada tahun 2010 menyatakan bahwa:

Telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain melalui perbaikan kebijakan, pengembangan kurikulum, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, bantuan biaya pendidikan, peningkatan kualitas manajemen pendidikan, dan peningkatan kualitas serta kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan. Meskipun demikian, berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Depdiknas tersebut, belum memberikan hasil yang memuaskan. Berbagai hasil asesmen internasional menunjukkan kemampuan siswa Indonesia masih berada pada peringkat yang rendah, terutama terkait dengan kemampuan dalam bidang Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), kemampuan membaca, daya saing ekonomi, dan kesiapan diri untuk kelangsungan hidup di masa depan. Dalam survei tiga tahunan yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA),

peringkat siswa Indonesia semakin menurun. Untuk

Matematika, pada tahun 2003 siswa Indonesia berada pada urutan ke- 38 dari 40 negara dengan skor rata-rata 411 sementara pada tahun 2006 turun ke peringkat 52 dari 57 negara dengan skor rata-rata 391. Pada Bidang IPA, posisi siswa Indonesia turun dari peringkat 36 dari 40 negara dengan skor rata-rata 395 pada tahun 2003 menjadi peringkat 54 dari 57 negara dengan skor 393 pada tahun 2006. Begitu pula di bidang membaca pada tahun 2003 siswa Indonesia berada pada peringkat ke- 40 dari 40 negara, menjadi peringkat ke- 5l dari 56 negara pada tahun 2006. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia tersebut terkait dengan berbagai faktor, salah satunya adalah masalah profesionalisme pendidik/guru.

Rendahnya kualitas pembelajaran itu juga terjadi pada proses pembelajaran membaca intensif di SD N Kalibanteng Kidul 02. Dari hasil observasi dan wawancara pada 20 September 2010 dan 23 September 2010 diperoleh data yaitu 59,53 % siswa kelas IV SD N Kalibanteng Kidul 02 kurang terampil dalam membaca intensif. Hal ini dikarenakan guru kurang


(19)

maksimal dalam mengondisikan kelas, siswa kurang bekerjasama dengan teman lain, siswa bosan dan kondisi kelas ramai.

Hal tersebut didukung dengan data dari pencapaian hasil evaluasi siswa pada pokok bahasan menentukan ide pokok bacaan pada siswa kelas IV semester I tahun pelajaran 2010/2011 kurang maksimal. Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 90, dengan rerata kelas 53,33. Sedangkan KKM pada aspek membaca adalah 65.

Sebagai tindak lanjut untuk memecahkan masalah tersebut maka hasil diskusi dengan guru kelas IV menetapkan alternatif tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan teknik skrambel. Teknik skrambel adalah teknik permainan yang berupa aktivitas menyusun kembali atau pengurutan suatu struktur bahasa yang sebelumnya telah diacak. Macam-macam teknik skrambel yaitu: (a) skrambel kata; (b) skrambel kalimat; (c) skrambel paragraf; dan (d) skrambel wacana ( Suparno 1988:76).

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses

pembelajaran membaca intensif melalui teknik skrambel pada Siswa SD kelas IV, yang meliputi (1) mendeskripsikan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca intensif di SD kelas IV dengan teknik skrambel; (2) mendeskripsikan aktivitas siswa SD kelas IV dalam pembelajaran membaca intensif dengan menggunakan teknik skrambel; (3) mendeskripsikan hasil belajar membaca intensif siswa SD kelas IV dengan menggunakan teknik skrambel.


(20)

Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran Membaca Intensif melalui Teknik Skrambel pada Siswa SD Kelas IV.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut masalah umum dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses pembelajaran membaca intensif melalui teknik skrambel pada siswa SD kelas IV?

Masalah tersebut dirinci sebagai berikut:

a. bagaimanakah keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca intensif dengan teknik skrambel di SD kelas IV?

b. bagaimanakah aktivitas siswa SD kelas IV dalam pembelajaran membaca intensif dengan teknik skrambel?

c. bagaimanakah hasil belajar membaca intensif siswa SD kelas IV dengan teknik skrambel?

2. Pemecahan Masalah

Masalah rendahnya prestasi belajar siswa kelas IV SD N Kalibanteng Kidul 02 Kota Semarang dalam membaca intensif pada pembelajaran membaca intensif, ditindaklanjuti oleh guru dengan mengadakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas


(21)

tersebut dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik skrambel dengan teks acak yang disampaikan secara langsung dengan kartu teks acak (siklus I) dan mendengarkan rekaman (siklus II). Kelebihan dari teknik skrambel yaitu meningkatkan sifat solidaritas, sportivitas, reativitas, dan rasa percaya diri. Hasil yang diharapkan berupa susunan wacana yang logis dan bermakna. Kegiatan yang dilakukan terdiri atas tiga langkah, yakni

a.Kegiatan persiapan, meliputi: 1) memilih bahan bacaan; 2) membuat teks acak; 3) membagi kelompok siswa (2-3 orang); 4) mengatur posisi tempat duduk; 5) merencanakan langkah selanjutnya.

b.Kegiatan inti, meliputi: 1) setiap bangku mendapat perangkat teks acak; 2) berdiskusi dengan teman semeja untuk mengurutkan teks acak; 3) hasil diskusi disajikan dalam diskusi kelas; 4) guru sebagai moderator dalam pembahasan hasil diskusi; 5) pembahasan dan komentar atas hasil kerja kelompok; 6) pencapaian hasil susunan wacana yang dianggap paling logis dan bermakna; 7) pembacaan wacana asli oleh 1-2 orang siswa; 8) penceritaan kembali isi bacaan oleh 1-2 orang siswa.

c.Kegiatan tindak lanjut, dapat dipilih salah satu kegiatan seperti: 1) pemberian tugas serupa dengan wacana lain; 2) pencarian makna


(22)

kata baru dan penerapannya dalam kalimat; 3) penjawaban soal-soal tentang isi bacaan; 4) soal-soal-soal-soal yang dapat diberikan kepada siswa tentang isi bacaan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pembelajaran membaca intensif melalui teknik skrambel pada siswa SD kelas IV.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. mendeskripsikan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran

membaca intensif di SD kelas IV dengan teknik skrambel.

2. mendeskripsikan aktivitas siswa SD kelas IV dalam pembelajaran

membaca intensif dengan menggunakan teknik skrambel.

3. mendeskripsikan hasil belajar membaca intensif siswa SD kelas IV

dengan menggunakan teknik skrambel.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini terdiri atas 2 jenis yaitu: 1) manfaat teoretis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat sebagai:

a. menambah khasanah (jumlah) penelitian tindakan kelas mata pelajaran bahasa Indonesia.


(23)

b. dapat mendukung teori penggunaan permainan bahasa dalam pembelajaran.

2) manfaat praktis

Penelitian ini memberikan manfaat bagi: a.guru

Menambah pengetahuan dan pengalaman kepada guru tentang proses pembelajaran menggunakan teknik skrambel yang dapat memberi pengalaman kepada siswa, dengan suasana belajar yang berbeda.

b.siswa

Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang beragam sehingga dapat meningkatkan keterampilan dalam membaca intensif. Selanjutnya siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa. c.sekolah

Sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya. Sehingga sekolah mendapatkan kepercayaan dari berbagai komponen masyarakat dalam pengembangan pendidikan.


(24)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Hakikat Bahasa

a. Pengertian Bahasa

Menurut Widjono (2005: 10-11), bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Lambang yang bermakna tersebut bersifat konvensional

yang ditentukan oleh masyarakat pemakainya berdasarkan

kesepakatan, lambang-lambang tersebut bersifat arbiter (tidak ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya), sistem lambang tersebut bersifat terbatas, tetapi produktif, sistem lambang bersifat unik, khas, dan tidak sama dengan lambang bahasa lain, sistem lambang dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat universal.

Menurut Wibowo (2001: 3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri (Chaer, 2006: 1).


(25)

Berdasarkan tiga pengertian dari para ahli tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang

dilambangkan dengan bunyi sehingga dapat menyampaikan pesan atau perasaan dan pikiran kepada orang lain.

b. Fungsi bahasa

Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk

bekerjasama atau berkomunikasi dalam kehidupan manusia

bermasyarakat. Untuk berkomunikasi dapat juga digunakan cara lain, misalnya isyarat, lambang-lambang gambar atau kode-kode tertentu lainnya (Chaer, 2006: 2).

Menurut Sumarsono (2004: 143-145) fungsi bahasa yaitu (1) fungsi komunikasi, yang menyatakan bahwa bahasa adalah sebuah produk dan milik masyarakat; (2) Fungsi kemasyarakatan, bahwa di Indonesia telah mengenal ungkapan “bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa”, sebagai alat identitas bangsa.

Widjono (2005:11-17) menyatakan bahwa fungsi bahasa adalah sebagai (1) sarana komunikasi; (2) sarana integrasi dan adaptasi; (3) sarana control sosial; (4) sarana memahami diri; (5) sarana ekspresi diri; (6) sarana memahami orang lain; (7) sarana mengamati lingkungan sekitar; (8) sarana berfikir logis; (9) membangun


(26)

membangun karakter; (12) mengembangkan profesi; (13) sarana menciptakan kreativitas baru.

Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi. Dengan keanekaragaman suku serta bahasa daerah maka untuk dapat berkomunikasi, kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dalam penggunaan bahasa, manusia dapat menggunalan bahasa lisan dan bahasa tulis. Berdasarkan sarana yang digunakan, ragam bahasa dibedakan menjadi dua yaitu ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan berhubungan dengan tata bahasa, kosakata, dan pelafalan. Pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Sedangkan ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, berhubungan dengan tata cara penulisan (ejaan) dan kosakata seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.


(27)

c. Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa merupakan aspek kemampuan

berbahasa yang menjadi sasaran siswa. Oleh sebab itu, dalam dunia pendidikan para pengajar selalu berupaya meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran bahasa melalui pencapaian aspek bahasa (Satata, 2008: 1).

Menurut Tarigan (2008: 1) menyatakan bahwa keterampilan bahasa memiliki komponen, yaitu (1) keterampilan menyimak (listening skill); (2) keterampilan berbicara (speaking skill); (3) keterampilan membaca (reading skill); (4) keterampilan menulis (writing skill).

Setiap keterampilan tersebut erat kaitannya dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beranekaragam. Dalam kita memperoleh keterampilan berbahasa, kita harus melalui suatu hubungan urutan yang teratur. Mula-mula pada masa kecil belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, setelah itu kita belajar membaca dan menulis.

Keterampilan menyimak adalah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, meng-interpretasi, menilai dan mereaksi makna yang terkandung di dalamnya (Sunendar dan Iskandarwassid , 2008: 227).


(28)

Setelah seseorang menyimak atau mendengarkan bunyi bahasa/ sesuatu maka ia akan berusaha untuk berbicara untuk menirukannya. Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan itu.

Keterampilan berikutnya yang dikembangkan adalah membaca. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyendian kembali dan pembacaan sandi. Sebuah pembacaan sandi adalah menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubah tulisan/ cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Nurhadi (2004: vii) menyatakan bahwa kemampuan membaca yang tinggi menjadi syarat bagi setiap pelajar atau mahasiswa dalam memburu ilmu pengetahuan di sekolah. Maka jika siswa memiliki kekurangan dalam keterampilan membaca, tidak mungkin ia dapat memahami materi-materi pada mata pelajaran lain.

Selanjutnya aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel. Rangkaian aktivitas yang dimaksud meliputi: Pramenulis, penulisan draf, revisi, penyuntingan, dan


(29)

publikasi atau pembahasan (Sunendar dan Iskandarwassid, 2008: 248).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam berbahasa terdapat empat keterampilan yang harus dikuasai. Empat keterampilan yang dilakukan secara berurutan agar mempermudah dalam mempelajarinya. Empat keterampilan berbahasa tersebut yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

d. Keterampilan membaca

Menurut Hodgson dalam Tarigan (2008: 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis.

Tarigan (2008: 23) menyatakan bahwa jika ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu dia membaca, proses membaca dapat dibagi atas membaca nyaring (out loud reading) dan membaca dalam hati (silent reading).

Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang.


(30)

Tarigan (2008: 30) menyatakan bahwa membaca dalam hati dapat dilakukan dengan hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory), yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan utama membaca dalam hati (silent reading) adalah untuk memperoleh informasi. Latihan membaca dalam hati haruslah dimulai semenjak anak-anak sudah dapat membaca mandiri. Telah disadari bahwa membaca dalam hari merupakan kunci bagi semua ilmu pengetahuan.

e. Membaca Dalam Hati

Tarigan (2008: 23) menyatakan bahwa, membaca dalam hati dibagi menjadi 2 jenis, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif.

(1) Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanya-banyaknya teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Tuntutan dalam membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat, sehingga dengan demikian membaca secara efisien dapat terlaksana.

Membaca ekstensif ini meliputi pula membaca survei (survey reading), membaca sekilas (skimming) dan membaca dangkal (superficial reading). Membaca survei dilakukan sebelum kita membaca, kita biasanya meneliti terlebih dahulu apa yang akan kita telaah. Setelah kita survei (survey reading), kita dapat melakukan


(31)

membaca sekilas (skimming). Membaca sekilas (skimming) adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi, penerangan. Sedangkan pada membaca dangkal (superficial reading) bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu teks bacaan. Membaca dangkal ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan pada waktu senggang, misal membaca novel, cerpen, dll.

Membaca ekstensif ini perhatiannya diarahkan pada pemahaman keseluruhan terhadap tokoh atau kejadian-kejadian, bukan kepada detail-detail bahasa ataupun isi cerita yang terperinci sampai sekecil-kecilnya.

(2) Membaca Intensif

Menurut Tarigan (2008: 36-39) yang dimaksud dengan membaca intensif atau reading Intensive adalah atudi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek, kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte, dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Dalam Penelitian


(32)

ini akan dibahas secara mendalam tentang membaca intensif, karena disesuaikan dengan judul penelitian ini.

f. Membaca Intensif

Membaca intensif bukanlah hakikat keterampilan-keterampilan yang terlihat paling utama atau paling menarik perhatian kita, tetapi hasil-hasilnya, maka diperlukan suatu pemahaman yang mendalam serta terperinci terhadap tanda-tanda hitam atau aksara di atas kertas. Bahan untuk pemahaman yang terperinci ini berupa teks yang amat singkat. Membaca intensif pada hakikatnya memerlukan teks yang panjangnya tidak lebih dari 500 kata. Tujuan utamanya adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan retoris atau pola teks, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan sosial, dan juga sarana-sarana lingustik yang dipergunakan untuk memahami teks.

Tingkatan pemahaman ini erat hubungannya dengan kecepatan membaca. Kecepatan akan menurun kalau kedalaman serta keterperincian pemahaman semakin bertambah/ meningkat, tetapi terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman. Faktor-faktor tersebut adalah kejelasan teks bacaan dan pengenalan pembaca terhadap isi bahan bacaan.


(33)

Lebih lanjut, membaca intensif dikelompokan menjadi 2 jenis yaitu membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading).

Tarigan (2008: 40) menyatakan bahwa setelah kita menemukan bahan atau hal yang menarik hati pada membaca sekilas, kita dapat mendalami isi bacaan tersebut. Menelaah isi sesuatu bacaan menuntut ketelitian, pemahaman, kekritisan berfikir, serta keterampilan mengakap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan. Membaca telaah isi dapat kita bagi atas (1) membaca teliti, (2) membaca pemahaman, (3) membaca kritis, dan (4) membaca ide.

Sedangkan membaca telaah bahasa (linguistic study reading) merupakan satu kesatuan dengan membaca telaah isi (content study reading). Keduanya merupakan dwitunggal yang utuh. Keserasian antara isi dan bahasa sesuatu bahan bacaan mencerminkan keindahan serta kemanunggalannya. Membaca telaah bahasa (linguistic study reading) mencakup membaca bahasa (asing) atau language reading dan membaca sastra (literary reading).

2. Hakikat Pembelajaran Bahasa a. Pengertian Pembelajaran

Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 bab 1 pasal 1 ayat 20 Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.


(34)

Sedangkan menurut Sanjaya (2008: 77-81) pembelajaran adalah proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa.

Sudjana (2009: 43) pembelajaran pada dasarnya adalah sebuah proses, terjadinya interaksi guru-siswa melalui kegiatan terpadu dalam dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa dengan kegiatan mengajar guru.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran adalah sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam suatu lingkungan belajar untuk mengerti sesuatu hal yang sebelumnya tidak diketahui siswa serta dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa.

b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi, mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis;

2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa negara;

3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan


(35)

4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa;

6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai

khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

c. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu:

1)pendekatan komunikatif

Pendekatan komunikatif mengarahkan pengajaran bahasa pada tujuan pembelajaran yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi ( Syafi’ie dalam Rahim, 2008: 31).

Berdasarkan prinsip pendekatan komunikatif, pengajaran

membaca harus didasarkan pada tujuan membaca dan mengarahkan pada penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.

2)pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA)

Syafi’ie dalam Rahim (2008: 32) menyatakan bahwa pendidikan CBSA sebagai kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa. Artinya, secara aktif terlibat dalam proses


(36)

pengajaran. Mulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pelajaran, sampai dengan penilaian. Siswa yang aktif membaca akan berfikir untuk dapat menguasai cara-cara membaca yang semakin lama semakin efektif.

3)pendekatan pembelajaran terpadu

Rahim (2008: 33) menyatakan bahwa pembelajaran bahasa harus dilakukan secara utuh. Misalnya keterampilan menyimak dengan berbicara tidak mungkin dipisahkan dalam suatu kegiatan belajar-mengajar, begitu juga dengan keterampilan berbahasa lainnya. Bentuk pembelajaran bahasa secara terpadu bisa berupa perpaduan antara kegiatan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak.

Pappas, dkk dalam Rahim (2008: 33) mengemukakan bahwa pada kelas yang terintegrasi, kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, berarti mereka menggunakan bahasa secara terpadu. Walaupun waktu pembelajaran bahasa Indonesia dialokasikan untuk pembelajaran bahasa Indonesia, dengan pengalaman belajar yang terintegrasi (terpadu) guru dapat menggunakan waktu satu hari untuk mata pelajaran lain yang terkait. Keterkaitan setiap mata pelajaran bisa dilakukan dengan menggunakan satu tema yang dipilih untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.


(37)

4)pendekatan belajar kooperatif

Belajar kooperatif merupakan suatu metode yang

mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerja sama dan saling membantu dalam menyesuaikan tugas (Rahim, 2008: 34).

Slavin dalam Rahim (2008: 34) menyatakan bahwa penelitian 20 tahun terakhir mengindikasikan bahwa pendekatan belajar kooperatif dapat digunakan secara efektif pada setiap tingkat kelas untuk semua mata pelajaran.

Menurut Trianto (2007: 49-62) setidaknya ada empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, seperti:

a) student teams achivement divisions (STAD)

Pembelajatran kooperatif tipe ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

b) JIGSAW

Pembelajaran tipe jigsaw menuntut pembentukan kelompok ahli dan kelompok asal, dengan membentuk kelompok atas


(38)

5-6 orang siswa, materi dibagikan kepada siswa dalam bentuk teks yang dibagi dalam bentuk subbab, setiap ang-gota

kelompok membaca subbab yang diperoleh dan

bertanggungjawab untuk mempelajarinya, anggota ke-lompok lain yang mendapat subbab yang sama bertemu membentuk kelompok ahli, setiap kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan bertugas mengajar teman-temannya, dan memberikan kuis individu.

c) investigasi kelompok

Dalam implementasi tipe investigasi kelompok, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa anggota yang heterogen. Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topic untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya mereka menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

d) pendekatan struktural meliputi numbered head together (NHT) dan think pair share (TPS). Langkah-langkah dalam

pembelajaran NHT yaitu penomoran, mengajukan

pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab. Sedangkan langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran tipe Think


(39)

Pair Share (TPS) yaitu berfikir (think) atas pertanyaan guru yang berkaitan dengan pelajaran, berpasangan (pairing) dengan teman semeja dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh, dan berbagi (Sharing) dengan keseluruhan kelas yang telah mereka diskusikan. Dengan tipe TPS siswa dapat berbagi dengan teman semeja dalam memecahkan masalah yang telah disajikan. Misalnya siswa melakukan permainan bahasa.

3. Permainan Bahasa

a. Hakikat Permainan Bahasa

Soeparno (1988: 60-61) menyatakan bahwa pada hakikatnya

permainan merupakan aktivitas untuk memperoleh suatu

keterampilan tertentu dengan cara yang menggembirakan. Di dalam setiap permainan terdapat unsur rintangan atau tantangan yang harus dihadapi. Tantangan dapat berupa masalah yang harus dipecahkan, ataupun kompetisi. Dengan jalan mengatasi rintangan serta tantangan tersebut kita dapat melatih keterampilan-keterampilan yang kita miliki.

Apabila keterampilan yang diperoleh dalam permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu, maka permainan tersebut dinamakan permainan bahasa.


(40)

b. Tujuan Permainan Bahasa

Soeparno (1988: 61) menyatakan bahwa permainan bahasa mempunyai tujuan ganda, yakni untuk memperoleh kegembiraan dan untuk melatih keterampilan berbahasa tertentu. Apabila ada suatu permainan yang dapat menimbulkan kegembiraan tetapi tidak melatih keterampilan berbahasa, maka permainan tersebut tidak dapat disebut permainan bahasa. Sebaliknya apabila ada suatu kegiatan yang dapat melatih keterampilan berbahasa tertentu tetapi tidak menimbulkan kegembiraan, maka kegiatan itu juga tidak dapat disebut permainan bahasa. Jadi permainan bahasa harus memenuhi kedua syarat diatas.

c. Faktor Penentu keberhasilan Permainan Bahasa

Keberhasilan suatu permainan bahasa ditentukan oleh berbagai faktor, yakni (a) faktor situasi dan kondisi; (b) faktor peraturan permainan; (c) faktor pemain; (d) faktor pemimpin permainan/ juri (Soeparno, 1988: 62).

d. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Bahasa

Kelebihan dari permainan bahasa yaitu sebagai berikut:

1) permainan bahasa merupakan media pengajaran bahasa yang dapat dipakai untuk meningkatkan kadar CBSA dalam proses belajar mengajar. Aktivitas yang dilakukan oleh para siswa


(41)

dalam permainan bahasa ini tidak saja aktivitas fisik, tetapi juga aktivitas mental;

2) permainan bahasa dapat dipakai untuk membangkitkan

kembali kegairahan belajar siswa yang sudah mulai melesu; 3) sifat kompetitif yang ada dalam permainan dapat mendorong

siswa berlomba-lomba maju;

4) selain untuk menimbulkan kegembiraan dan melatih

keterampilan tertentu, permainan bahasa juga dapat memupuk rasa solidaritas (terutama untuk permainan beregu);

5) materi yang dikomunikasikan lewat permainan bahasa

biasanya mengesan sehingga sukar dilupakan; Kekurangan dari permainan bahasa ada 5 macam.

1) Jumlah siswa dalam satu kelas terlalu besar dapat

menimbulkan kesulitan untuk melibatkan seluruh siswa dalam permainan. Siswa yang tidak terlibat itu justru mengganggu permainan yang sedang berlangsung;

2) Tidak semua materi pelajaran dapat dikomunikasikan lewat media permainan;

3) Permainan bahasa biasanya menimbulkan suara gaduh. Hal tersebut jelas akan mengganggu kelas yang berdekatan;

4) Banyak yang memperlakukan permainan bahasa sebagai


(42)

5) Permainan bahasa banyak mengandung unsur spekulasi. Siswa yang menang dalam suatu permainan belum dapat dijadikan ukuran bahwa siswa tersebut lebih pandai daripada siswa lain.(Suparno 1988: 64-65).

e. Macam-Macam Permainan Bahasa

Soeparno (1988: 65-95) menyatakan bahwa macam-macam permainan bahasa yaitu (1) bisik berantai; (2) perintah bersyarat; (3) sambung suku; (4) rantai kata; (5) rantai huruf; (6) silang datar; (7) teka-teki silang; (8) scrabble; (9) scramble; (10) piramida kata; (11) berburu kata; (12) kategori bingo; (13) mengeja keras; (14) spelling be; (15) dua puluh pertanyaan; (16) resep gotong royong; (17) mengarang bersama; (18) kontes ucapan; (19) bermain sajak; (20) ambil-ambilan; (21) mengocok gambar; (22)menyebut gambar; (23) membaca instruksi; (25) menerka kode; (26) menebak teka-teki.

4. Skrambel

a. Pengertian Skrambel

Istilah “Skrambel” berasal dari bahasa Inggris scramble yang dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “perebutan, pertarungan, perjuangan”. Soeparno (1988: 60) menyatakan bahwa skrambel merupakan salah satu permainan bahasa untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan.


(43)

Permainan ini berupa aktivitas menyusun kembali suatu struktur bahasa yang sebelumnya telah diacak.

Zaini (2008: 6) menyatakan bahwa teks acak merupakan strategi yang digunakan untuk pelajaran bahasa dengan langkah-langkah pembelajaran seperti: 1) memilih teks bacaan yang akan disampaikan; 2) memotong bacaan tersebut menjadi beberapa bagian, potongan dapat per kalimat, dua kalimat atau per paragraf; 3) membagi siswa menjadi beberapa kelompok; 4) memberi satu kelompok satu bacaan penuh yang telah dipotong-potong; 5) siswa menyusun bacaan sehingga dapat dibaca dengan urut; 6) mempelajari teks bacaan dengan siswa (pembahasan).

b. Macam-macam Skrambel

Soeparno (1988: 76) membagi skrambel menjadi 4 macam. 1) Skrambel kata, yakni sebuah permainan yang berupa aktivitas

menyusun kembali susunan huruf-huruf dalam suatu kata yang semula memang telah diacak terlebih dahulu. Tujuan permainan ini adalah untuk membina penguasaan kosakata dan untuk melatih ejaan.

Contoh : kategori warna jiahu  Hijau rehma  Merah


(44)

2) Skrambel Kalimat, yakni sebuah permainan yang berupa aktivitas menyusun kembali susunan kalimat yang sebelumnya telah diacak terlebih dahulu. Tujuan permainan ini adalah untuk melatih menyusun kalimat dalam rangka latihan keterampilan mengarang.

Contoh : Susunlah kata-kata yang berserakan di bawah ini sehingga menjadi kalimat yang baik!

di / membeli / lima / kemarin / burung / pagi / anak / puyuh / Arman / ekor / Ngasem / pasar.

Jawab: Arman membeli lima ekor anak burung puyuh di pasar Ngasem kemarin pagi.

Alternatif jawaban lain: Kemarin pagi, Arman membeli lima ekor anak burung puyuh di pasar Ngasem.

3) Skrambel paragraf, yakni sebuah permainan yang berupa

aktivitas menyusun kembali suatu paragraf yang kalimat-kalimatnya telah diacak terlebih dahulu. Tujuan permainan ini adalah melatih menyusun paragraf dalam rangka latihan keterampilan ekspresi tulis/ mengarang.

4) Skrambel Wacana, yakni sebuah permainan yang berupa

aktivitas mengembangkan kembali suatu wacana atau cerita yang paragraf-paragrafnya telah dikacaubalaukan terlebih

dahulu. Tujuan permainan ini adalah untuk melatih


(45)

c. PembelajaranMembaca Intensif dengan Teknik Skrambel Membaca intensif merupakan studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek.

Hermawan(2009:http://hermawanspd.blogspot.com/2009/06/te

knik-skrambel.html) membagi rambu-rambu pembelajaran membaca intensif dengan teknik skrambel ke dalam tiga kegiatan, yakni persiapan, kegiatan inti, dan kegiatan tindak lanjut.

1) Kegiatan Persiapan

a) Menyiapkan sebuah wacana, kemudian dipotong menjadi

kartu teks acak. Guru menyiapkan kartu teks acak tersebut sebanyak kelompok siswa;

b) Kartu teks acak diberi nomor urut dengan cara diacak.. Sebagai contoh, jika kartu pertama berisi salinan paragraf pertama dari wacana semula, maka kartu tersebut jangan diberi nomor urut (1). Berilah nomor lain yang tidak sama urutannya dengan urutan nomor paragraf wacana aslinya;

c) Membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang

beranggotakan 2-6 orang siswa dalam satu kelompok. Mengatur posisi tempat duduk, agar kelompok yang satu dengan kelompok lainnya tidak saling mengganggu dan tidak saling terganggu;


(46)

2) Kegiatan Inti

Terdapat sejumlah kegiatan yang harus dilalui anak dalam kegiatan inti. Secara umum, dalam kegiatan inti guru dapat melakukan langkah-langkah kerja berikut:

a) mengondisikan setiap kelompok dalam keadaan siap

dengan perangkat kartu teks acak yang telah dibagikan guru untuk didiskusikan dalam kelompoknya masing-masing; b) meminta setiap kelompok siswa mengurutkan kartu teks

acak tersebut menjadi sebuah susunan yang baik dan mudah ditangkap maksudnya. Setiap kelompok siswa melakukan diskusi kecil dalam kelompoknya untuk menyusun kartu teks acak yang dianggap baik dan logis oleh kelompok yang bersangkutan. Alasan-alasan pemilihan susunan kartu teks acak juga harus dibicarakan dalam kelompok kecil tersebut; c) melakukan pembahasan hasil diskusi dengan cara masing-masing kelompok menyajikan hasil diskusi dalam diskusi kelas dan guru sebagai moderator dalam pembahasan hasil diskusi;

d) Meminta siswa membacakan wacana asli dan penceritaan kembali isi bacaan oleh 1-2 orang siswa.

3) Kegiatan Akhir

Kegiatan tindak lanjut, dapat dipilih salah satu kegiatan seperti: a) pemberian tugas serupa dengan wacana lain; b) pencarian


(47)

makna kata baru dan penerapannya dalam kalimat; c) penjawaban soal-soal tentang isi bacaan; d) soal-soal yang dapat diberikan kepada siswa tentang isi bacaan.

d. Kelebihan dan Kelemahan Skrambel

1) Kelebihan

a) Permainan bahasa merupakan media pengajaran bahasa yang

cocok untuk penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004). Aktivitas yang dilakukan siswa dalam permainan bahasa ini tidak saja aktivitas fisik, tetapi juga aktivitas mental;

b) Permainan bahasa dapat dipakai untuk membangkitkan

kembali kegairahan belajar siswa yang sudah mulai lesu;

c) Sifat kompetitif yang ada dalam permainan dapat mendorong

siswa berlomba-lomba maju;

d) Selain untuk menimbulkan kegembiraan dan melatih

keterampilan tertentu permainan bahasa juga dapat memupuk rasa solidaritas (terutama untuk permainan beregu);

e) Materi yang dikomunikasikan lewat permainan bahasa

biasanya mengesan sehingga sukar dilupakan;

2) Kekurangan

a) Pada umumnya jumlah siswa dalam satu kelas terlalu besar. Hal tersebut akan menimbulkan kesulitan untuk melibatkan


(48)

seluruh siswa dalam permainan. Siswa yang tidak terlibat itu justru mengganggu permainan yang sedang berlangsung; b) Tidak semua materi pelajaran dapat dikomunikasikan lewat

media permainan;

c) Permainan bahasa biasanya menimbulkan suara gaduh. Hal tersebut jelas akan mengganggu kelas yang berdekatan;

d) Banyak yang memperlakukan permainan bahasa sebagai

kegiatan untuk mengisi waktu kosong saja;

e) Permainan bahasa banyak mengandung unsur spekulasi.

Siswa yang menang dalam suatu permainan belum dapat dijadikan ukuran bahwa siswa tersebut lebih pandai daripada siswa lain (Suparno 1988: 64-65).

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan dalam permainan bahasa di atas, teknik skrambel dapat dimanfaatkan untuk kepentingan membaca pemahaman. Dalam pengajaran membaca pemahaman anak diajak untuk berlatih menyusun suatu

organisasi tulisan yang secara sengaja sebelumnya

dikacaukan,anak diminta menata ulang susunan tulisan yang kacau menjadi suatu organisasi tulisan yang utuh dan bermakna.

5) Kualitas Pembelajaran

Menurut Sudjana (2009: 40) kualitas pembelajaran adalah tingkat rendah atau efektif tidaknya proses belajar-mengajar dalam mencapai


(49)

tujuan pengajaran. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Hasil belajar dan kualitas pengajaran mempunyai hubungan yang berbanding lurus. Jika dilukiskan seperti dalam diagram di bawah ini :

Keterangan : Y2 lebih tinggi dari Y1 disebabkan kemampuan siswa (A2) dan kualitas pengajarannya (B2) lebih tinggi dibanding denga A1 dan B1

Diagram 2.1 . Perbandingan kemampuan siswa dengan kualitas pembelajaran

Daryanto (2010: 63) menyatakan bahwa dalam peningkatan kualitas

pembelajaran dilakukan melalalui in-servis training guru yang

sasarannya adalah meningkatkan penguasaan landasan kependidikan, subjek matter (materi pembelajaran), metode dan strategi mengajar, pembuatan dan penggunaan alat pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran. Guru memegang peranan penting dan strategis dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran sebagai suatu aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa berkaitan dengan aktivitas guru, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sebagai suatu sistem kegiatan, proses pembelajaran selalu melibatkan guru. Keterlibatan guru tersebut mulai dari pemilihan dan pengurutan materi pembelajaran, penerapan dan penggunaan metode pembelajaran,

Renda A2 A1 K e ma mp u a n S is w a Kualitas Pengajaran

B1 B2

Y2


(50)

penyampaian materi pembelajaran, pembimbingan belajar, sampai pada kegiatan pengevaluasian hasil belajar.

Hasibuan dan Moedjiono (2009: 58-88) menyatakan beberapa keterampilan dasar yang diutamakan bagi seorang guru, yaitu:

a) keterampilan memberi penguatan, diartikan sebagai tingkah laku guru dalam merespon secara positif tingkah laku siswa yang memungkinkan tingkah laku itu timbul kembali. Penguatan dapat berupa: (1) pengatan verbal seperti kata-kata “bagus” “baik” “tepat” atau kalimat, (2) penguatan gesture seperti ekspresi wajah, (3) penguatan dengan cara mendekati, (4) penguatan dengan sentuhan, (5) pengutan dengan memberi kegiatan yang menyenangkan, (6) penguatan berupa tanda atau benda.

b) keterampilan bertanya, diartikan sebagai ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir.

c) keterampilan menggunakan variasi, diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar-mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif. d) Keterampilan menjelaskan, dirtikan sebagai penyajikan informasi


(51)

menunjukan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa, dan bukan indoktrinasi.

e) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, diartikan sebagai dua keterampilan yang berkaitan. Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Maksudnya adalah memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar.

f) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar-mengajar yang hanya melayani 3-8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya untuk seseorang. Pada dasarnya bentuk pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. g) keterampilan mengelola kelas, diartikan sebagai keterampilan guru

untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguanm baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.

h) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, diartikan sebagai suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa


(52)

dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan masalah.

Berdasarkan penjelasan dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam peningkatan kualitas pembelajaran, peranan seorang guru sangat penting, karena untuk dapat meningkatkan keterampilan atau pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, seorang guru harus mendesain proses belajar mengajar menjadi lebih nyaman. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki dan menguasai keterampilan dasar dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik skrambel,

keterampilan guru yang harus dimiliki adalah memilih bahan bacaan, membuat kalimat acak, membagi kelompok, mengatur posisi duduk siswa, melalukan pembahasan isi teks, dan memberikan evaluasi.

Sedangkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dibagi kedalam beberapa jenis yaitu:

a) Dierich dalam hamalik (2001: 172) membagi kegiatan belajar dalam 8

kelompok yaitu (1) kegiatan-kegiatan visual; (2) kegiatan-kegiatan lisan; (3) kegiatan-kegiatan mendengarkan; (4) kegiatan-kegiatan menulis; (5) kegiatan-kegiatan menggambar; (6) kegiatan-kegiatan metric; (7) kegiatan-kegiatan mental; (8) kegiatan-kegiatan emosional. b) Whipple dalam Hamalik (2001: 173) membagi kegiatan belajar siswa

yaitu (1) bekerja dengan alat-alat visual; (2) ekskursi dan trip; (3) mempelajari masalah-masalah; (4) mengapresiasi literature; (5) ilustrasi


(53)

dan konstruksi; (6) bekerja menyajikan informasi; (7) cek dan tes. Berdasarkan aktivitas siswa diatas, beberapa aktivitas siswa yang dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca intensif dengan menggunakan teknik Skrambel yaitu kegiatan-kegiatan visual, kegiatan-kegiatan lisan, kegiatan mendengarkan, kegiatan menulis, kegiatan-kegiatan mental, dan bekerja menyajikan informasi.

B. Kajian Empiris

Terdapat beberapa penelitian yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu penelitian dari mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang bernama RM Indriani Widiyati dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Dengan Teknik Skrambel pada Siswa

Kelas IV di SD PL Bernardus Semarang Tahun Pelajaran 2004/ 2005“

bahwa dengan implementasi teknik skrambel dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dan mengubah perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan deskripsi secara konkret penggunaan teknik skrambel dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa dan perubahan tingkah laku siswa selama dan setelah kegiatan pembelajaran.

Selain itu juga terdapat penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang bernama Hendrias Noor Hendrawan dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Teknik Skramble pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Plumbon


(54)

Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo”, hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik skrambel yang mengedepankan perolehan informasi, sekaligus pemahaman atas informasi yang diperoleh tersebut dan pemberian pengalaman secara konkrit dalam pembelajaran membaca pemahaman mampu meningkatkan minat belajar siswa yang berimbas pada meningkatnya kemampuan membaca pemahaman siswa. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai yang semakin lama semakin baik, yaitu: (1) rata-rata nilai kondisi awal siswa sebesar 56,04; (2) rata-rata nilai pada siklus I sebesar 61,36; (3) rata-rata nilai pada siklus II sebesar 75,32. Hal tersebut menunjukkan adanya selisih nilai antara kondisi awal siswa dengan kegiatan pembelajaran yang terakhir pada siklus II sebesar 18,88.

Penelitian dari internasional yang sesuai dengan penelitian ini yaitu penelitian dari Sunengsih yang berjudul “The Effects Of Extensive Reading And Intensive Reading On Students Reading Comprehension (An Experimental Study Conducted as a Senior High School in Bandung) “ menyatakan bahwa:

The results of this study show that intensive reading is as effective as extensive reading in getting main idea, searching for specific information and references. On the other hand, ekstensive reading is better that intensive reading in guessing meaning. The problems identified in the results were originated from contaminations, poor test design, period of study and materials. Unfortunately, those problems remain unanticipated.

Dari hasil penelitian di atas adalah membaca intensif lebih efektif daripada membaca ekstensif dalam mendapatkan sebuah ide pokok, mencari informasi. Sedangkan, membaca ekstensif lebih baik dari membaca intensif


(55)

dalam mendefinisikan sesuatu. Identifikasi masalah dalam hasil yang murni dari campuran, yaitu miskin teknik tes, waktu belajar singkat dan materi yang kurang. Dan akhirnya dapat diselesaikan.

Berbagai penelitian telah dilakukan dalam aspek membaca dan hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan membaca setelah diterapkan pembelajaran yang dilakukan peneliti. Namun penelitian terhadap keterampilan membaca masih menarik untuk dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan. Persamaan dalam penelitian tersebut terletak pada jenis penelitian yang berupa penelitian tindakan kelas, sedangkan instrumen yang digunakan sama-sama menggunakan instrumen yang berupa tes dan nontes. Instrumen yang berupa tes diperoleh dari hasil tes siswa, sedangkan instrumen yang berupa nontes siswa diperoleh dari deskriptif data kualitatif.

Perbedaan dalam penelitian ini dengan peneliti-peneliti tersebut adalah terletak pada masalah yang dikaji, tujuan penelitian, variabel penelitian, subjek penelitian, serta teknik yang digunakan. Peneliti mengkaji masalah seberapa besar peningkatan kualitas pembelajaran membaca intensif melalui teknik skrambel pada siswa kelas IV SD N Kalibanteng Kidul 02 Kota Semarang. Variabel penelitian yang digunakan adalah keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca intensif di SD kelas IV dengan teknik skrambel, aktivitas siswa SD kelas IV dalam pembelajaran membaca intensif dengan teknik skrambel, dan hasil belajar membaca intensif pada


(56)

siswa SD kelas IV dengan teknik skrambel. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD N Kalibanteng Kidul 02 Kota Semarang. Penelitian ini mengambil bidang kajian desain dan strategi pembelajaran bahasa Indonesia SD.

C. Kerangka Berfikir

Membaca adalah kegiatan berbahasa berupa proses melisankan dan mengolah bahan bacaan secara aktif, membaca juga merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Membaca bukan hanya megucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan.

Pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya keterampilan membaca intensif pada siswa kelas IV SDN Kalibanteng Kidul 02 masih rendah. Hal ini dikarenakan guru kurang maksimal dalam mengondisikan kelas, siswa kurang bekerjasama dengan teman lain, siswa bosan dan kondisi kelas ramai, sehingga hasil belajar kurang maksimal.

Penggunaan teknik yang tepat sangat menentukan tujuan pembelajaran. Salah satu teknik yang digunakan guru untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif yaitu dengan penerapan teknik skrambel dan mengacu pada model pembelajaran Kooperatif TPS, yang menuntut siswa aktif, kreatif dan tanggung jawab dalam belajar. Sehingga siswa akan berusaha untuk memenuhi tugasnya. Teknik skrambel menggunakan kartu teks acak, untuk


(57)

diurutkan oleh siswa sehingga siswa tidak akan merasa jenuh. Ada sesuatu yang dilakukan oleh siswa, dan dapat meningkatkan sifat solidaritas, sportivitas, reativitas, dan rasa percaya diri. Dengan menggunakan cara ini dapat mempermudah siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca intensif.

Dalam penelitian ini, pada siklus I menyampaikan wacana acak secara langsung dengan kartu teks acak dan pada siklus II mendengarkan rekaman wacana yang telah diacak. Hasil yang diharapkan berupa susunan wacana yang logis dan bermakna. Dengan penelitian tindakan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca intensif, aktivitas siswa dalam membaca intensif, dan hasil belajar membaca intensif siswa.


(58)

Bagan 2.2 Kerangka Berfikir Penelitian

Menurunnya kualitas pembelajaran membaca intensif di kelas IV SDN

Kalibanteng Kidul 02

- guru kurang maksimal dalam mengondisikan kelas,

- siswa kurang bekerjasama dengan teman lain, siswa bosan dan kondisi kelas ramai

Diterapi dengan pembelajaran menggunakan teknik Skrambel

Kelebihan Teknik Skrambel yaitu

1. Dapat meningkatkan sifat solidaritas, sportivitas, dan rasa percaya diri siswa.

2. Siswa terlibat aktif dalam proses belajar

3. Menumbuhkan kreativitas dalam ide dan pendapat dalam

- Aktivitas siswa dalam membaca intensif meningkat - Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca intensif

- Hasil belajar membaca intensif siswa meningkat

- Hasil belajar membaca intensif siswa masih kurang terbukti hasil belajar siswa yang kurang dari KKM aspek


(59)

D. Hipotesis Tindakan

Dari kegiatan penelitian di atas, penggunaan teknik skrambel meningkatkan kualitas pembelajaran membaca Intensif pada Siswa SD kelas IV, yang meliputi:

1. keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca intensif

dengan teknik skrambel meningkat.

2. aktivitas siswa SD kelas IV dalam pembelajaran membaca intensif dengan teknik skrambel meningkat.

3. hasil belajar membaca intensif siswa SD kelas IV dengan teknik skrambel meningkat.


(60)

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang terdapat 4 tahapan penting yaitu sebagai berikut:

1. perencanaan

Menurut Arikunto (2006: 98) perencanaan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan itu dilaksanakan.

Dalam tahap perencanaan ini, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. menelaah materi kelas IV pokok bahasan membaca dan indikator keberhasilan bersama tim kolaborasi.

b. menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dengan skenario teknik skambel.

c. menyediakan media pembelajaran yang ditetapkan.

d. menyediakan alat evaluasi berupa instrumen tes tertulis dan lembar kerja siswa.

e. menyediakan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca intensif.


(61)

2. pelaksanaan tindakan

Menurut Muslich (2009: 204) pelaksanaan tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan digelar, skenario kerja tindakan perbaikan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. Dalam pelaksanaan PTK ini direncanakan dengan 2 siklus, dengan kompetensi dasar 7. 1 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif dengan materi ajar kalimat utama pada siklus I dan materi ajar ide pokok paragraf pada siklus II.

3. observasi

Menurut Arikunto (2006: 99) observasi (pengamatan) yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat. Pelaksanaan observasi dan pelaksanaan tindakan berlangsung dalam waktu yang sama.

Pada kegiatan observasi ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru pengamat untuk mengamati keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca Intensif dan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca intensif.

Kegiatan observasi dilakukan oleh 5 orang dengan rincian 1 orang mengamati ketrampilan guru dalam mengelola kelas dan 4 orang mengamati aktivitas siswa. Pengamatannya dilakukan dengan cara 1 orang yaitu guru kelas mengamati cara peneliti mengelola pembelajaran dengan teknik skrambel dan 4 orang yaitu teman sejawat mengamati aktivitas siswa. Pengamatan aktivitas siswa dilakukan dengan cara pengamat mengamati beberapa kelompok.


(62)

4. refleksi

Menurut Arikunto (2006: 99) refleksi atau pantulan yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Istilah refleksi sebetulnya tidak tepat dikenakan ketika guru pelaksanaan sudah selesai melaksanakan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti, untuk bersama-sama mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

Peneliti mengaji masalah seberapa besar peningkatan kualitas pembelajaran membaca intensif melalui teknik skrambel pada siswa kelas IV SD N Kalibanteng Kidul 02 Kota Semarang yang disesuai dengan sasaran indikator yang tercapai. Apakah proses pembelajaran itu sudah efektif. Jika belum maka peneliti melanjutkan pada siklus berikutnya dengan pencapaian indikator yang diinginkan. Peneliti melakukan perubahan strategi pada tahapan siklus II agar pelaksanaannya lebih efektif.

B. Perencanaan Tahap Penelitian

1. Siklus I

a. Perencanaan

Peneliti membuat perencanaan awal yakni dengan

mengidentifikasi masalah yang terjadi di dalam kelas, serta mecari alternatif pemecahan masalah tersebut dengan menggunakan teknik skrambel. Dalam hal ini peneliti menggunakan kartu teks acak. Dalam penelitian ini mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam


(63)

mengelola pembelajaran, peningkatan aktivitas siswa dalam membaca intensif, dan peningkatan hasil belajar membaca intensif siswa kelas IV SD N Kalibanteng Kidul 02 Kota Semarang.

Pada tahap perencanaan siklus I dilakukan persiapan penelitian, yaitu peneliti mempersiapkan RPP dengan materi kalimat utama, mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa buku referensi serta kartu teks acak, menyediakan alat evaluasi berupa instrumen tes tertulis dan lembar kerja siswa, yang terakhir adalah menyediakan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca intensif dan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca intensif, lembar wawancara, dan lembar catatan lapangan.

b. Pelaksanaan tindakan

Pada siklus ini peneliti menggunakan konsep belajar secara kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 2 siswa yaitu dengan teman semeja. Pelaksanaannya dilakukan selama empat jam pelajaran dan dilaksanakan dua kali pertemuan.

Pada pertemuan 1 prosedur pelaksanaannya sebagai berikut: 1) guru melakukan apersepsi;

2) guru memberikan reward atas jawaban anak-anak;

3) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai;

4) guru bertanya tentang gagasan lain yang dapat diceritakan; 5) guru memberi contoh bentuk cerita/ bacaan;


(64)

6) guru menjelaskan gagasan-gagasan tersebut dapat dijadikan sebuah cerita, sehingga cerita pun dapat dicari gagasannya;

7) guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing kelompok 2 siswa (teman semeja);

8) guru membagikan teks bacaan acak kepada setiap kelompok;

9) siswa menyusun kartu teks acak menjadi sebuah cerita dengan teman semejanya;

10)siswa perwakilan kelompok mendemonstrasikan hasil diskusi dan siswa yang lain mengoreksi jawabannya;

11)guru memberi penguatan atas jawaban siswa; 12)siswa dan guru membahas hasil diskusi;

13)siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama;

14)guru memberi kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum jelas;

15)guru melakukan evaluasi.

Pada pertemuan 2 prosedur pelaksanaannya sebagai berikut: 1) guru melakukan apersepsi;

2) guru memberikan reward atas jawaban Anak-anak;

3) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai;

4) guru memberi contoh bentuk cerita/ bacaan;


(65)

6) guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing kelompok 2 siswa (teman semeja);

7) guru membagikan kartu teks acak kepada setiap kelompok;

8) siswa menyusun kartu teks acak menjadi sebuah cerita dengan teman semejanya;

9) siswa perwakilan kelompok mendemonstrasikan hasil diskusi dan siswa yang lain mengoreksi jawabannya;

10)guru memberi penguatan atas jawaban siswa; 11)siswa dan guru membahas hasil diskusi;

12)siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama;

13)guru memberi kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum jelas;

14)guru melakukan evaluasi.

c. Observasi

Observasi pada siklus I ini, dilakukan untuk:

1) mengamati keterampilan membaca siswa dalam pembelajaran

dengan menggunakan teknik skrambel;

2) mengamati keterampilan guru dalam mengondisikan kelas sesuai dengan skenario pembelajaran teknik skrambel yang telah ditetapkan.


(66)

Untuk memperoleh tujuan tersebut observasi dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa diamati oleh teman sejawat yang berjumlah 4 orang, sedangkan aktivitas guru diamati oleh guru kelas IV menggunakan lembar observasi.

d. Refleksi

Dalam tahap refleksi ini, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:

1) mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran yang berupa

keterampilan guru dalam mengelola pembalajaran, aktivitas siswa dan hasil belajar membaca intensif siswa, dan penyesuaian terhadap sasaran indikator yang tercapai;

2) mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus

I;

3) membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus I; 4) merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus II;

5) hasil dari refleksi dapat bermanfaat pula dalam mencari cara yang paling baik dalam peningkatan kualitas pembelajaran membaca intensif.

2. Siklus II a. Perencanaan


(67)

Hasil refleksi pada siklus I digunakan sebagai bahan perubahan pada perencanaan siklus II. Tindakan pada siklus II dilakukan dengan pembelajaran di dalam kelas. Adapun kegiatan perencanaan pada siklus II antara lain: menyusun RPP dengan materi ide pokok paragraf, mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa buku referensi dan kartu teks acak, menyediakan alat evaluasi berupa instrumen tes tertulis dan lembar kerja siswa, menyediakan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan keterampilan guru mengelola pembelajaran dan lembar wawancara.

b. Pelaksanaan tindakan

Pada siklus ini peneliti tetap menggunakan konsep belajar secara kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 2 siswa yaitu dengan teman semeja. Pelaksanaannya dilakukan selama empat jam pelajaran dan dilaksanakan dua kali pertemuan.

Pada pertemuan 1 langkah-langkah pembelajarannya yaitu: 1) guru melakukan apersepsi;

2) guru memberikan motivasi siswa untuk belajar;

3) menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai;

4) guru memberi contoh bentuk cerita/ bacaan;

5) guru menjelaskan bahwa bacaan-bacaan itu memiliki ide


(68)

6) guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing kelompok 2 siswa (teman semeja);

7) guru membagikan kartu teks acak;

8) siswa menyusun kartu teks acak tersebut menjadi sebuah paragraf, yang diantara kartu teks acak tersebut ada kartu ide pokoknya; 9) siswa perwakilan kelompok mendemonstrasikan hasil diskusi dan

siswa yang lain mengoreksi jawabannya; 10)guru memberi penguatan atas jawaban siswa; 11)guru bersama siswa membahas hasil diskusi;

12)siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama;

13)guru memberi kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum jelas;

14)guru melakukan evaluasi.

Pada pertemuan 2 langkah-langkah pembelajarannya yaitu: 1) guru melakukan apersepsi;

2) guru memberikan motivasi siswa untuk belajar;

3) menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai;

4) guru memberi contoh bentuk cerita/ bacaan dari sebuah rekaman;

5) guru menjelaskan bahwa bacaan itu memiliki ide pokoknya;

6) guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing kelompok 2 siswa (teman semeja);


(69)

8) siswa mendengarkan dan menulis inti dari bacaan tersebut;

9) siswa menyusun kartu teks acak tersebut menjadi sebuah paragraf, yang diantara kartu teks acak tersebut ada kartu ide pokoknya; 10)setiap kelompok maju kedepan kelas, membacakan hasil diskusinya

dan menceritakan kembali tulisan yang telah dibuat dalam kelompok dan siswa yang lain mengoreksi jawaban kelompok yang maju;

11)guru memberi penghargaan atas hasil kerja kelompok siswa; 12)guru bersama siswa membahas hasil diskusi;

13)siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama;

14)guru memberi kesempatan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum jelas;

15)guru melakukan evaluasi.

c. Observasi

Observasi pada siklus II ini, dilakukan untuk:

1) mengamati aktivitas membaca siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik skrambel;

2) mengamati keterampilan guru dalam mengondisikan kelas sesuai dengan skenario pembelajaran teknik skrambel yang telah ditetapkan.


(70)

Untuk memperoleh tujuan tersebut observasi dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa diamati oleh teman sejawat yang berjumlah 4 orang, sedangkan aktivitas guru diamati oleh guru kelas IV menggunakan lembar observasi.

d. Refleksi

Dalam pelaksanaan siklus I tentunya terdapat kekurangan yang diperbaiki pada siklus II. Dalam siklus II diharapkan ada peningkatan yang lebih baik. Dilihat dari segi keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa dan hasil belajar membaca intensif siswa. Dalam tahap refleksi ini, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:

1) mengevaluasi proses yang berupa keterampilan guru dalam

mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca intensif dengan teknik skrambel dengan disesuaian terhadap sasaran indikator yang tercapai;

2) mengevaluasi hasil belajar siswa yang berupa hasil belajar membaca intensif siswa dengan disesuaian terhadap sasaran indikator yang tercapai;

3) membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus II; 4) merencanakan perlu atau tidaknya tindak lanjut untuk siklus III.


(71)

Bagan 3. 3. Desain Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, dkk.2007:16)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri Kalibanteng Kidul 02. Jumlah siswa sebanyak 42 siswa yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

D. Variabel Penelitian

Refleksi

Observasi perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan

Refleksi

Observasi perencanaan

SIKLUS II Pelaksanaan

Sudah sesuai target


(72)

Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang saling mempengaruhi. Variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran membaca intensif dengan teknik skrambel;

2. aktivitas siswa SD kelas IV dalam pembelajaran membaca intensif dengan teknik skrambel;

3. hasil belajar membaca intensif pada siswa SD kelas IV dengan teknik skrambel.

E. Data dan Cara pengumpulan Data

1.Sumber Data a. Siswa

Sumber data siswa diperoleh dari lembar observasi respon siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, hasil belajar, dan hasil wawancara yang dilakukan secara sistematis selama pelaksanaan siklus I sampai siklus II

b. Guru

Sumber data guru diperoleh dari lembar observasi keterampilan guru dalam melakukan pembelajaran dengan teknik skrambel.

c. Data Dokumen

Sumber data dokumen berupa hasil tes siswa sebelum dilaksanakannya proses pembelajaran dengan teknik skrambel.


(73)

Sumber data yang berupa catatan lapangan, diperoleh dari catatan selama proses pembelajaran dilaksanakan, yaitu berupa data aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, data keterampilan guru dalam mengondisikan kelas.

e. Foto

Sumber data yang berupa foto, diperoleh dari dokumentasi ketika pelaksanaan penelitian berlangsung.

2.Jenis Data

a. Data Kuantutatif

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007: 21) data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka. Data kuantitatif dalam penelitian ini diwujudkan dengan hasil belajar siswa membaca intensif dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik skrambel.

b. Data Kualitatif

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007: 20-21) data kualitatif adalah data yang berupa kalimat/ peryataan bukan berupa angka. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan lembar pengamatan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas siswa, wawancara, dan catatan lapangan dalam pembelajaran membaca intensif dengan teknik skrambel.


(74)

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada 4.

a. Metode observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolabaratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian (Gulo, 2007: 116). Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa sesuai dengan skenario.

b. Catatan Lapangan

Menurut (Wiriaatmadja, 2008: 125) sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian adalah catatan lapangan (field notes) yang dibbuat oleh peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi. Kekayaan data dalam catatan lapangan ini , yang memuat secara deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi sosial dan nuansa-nuansa lainnya.

Catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui keadaan lapangan ketika dilakukan pembelajaran membaca intensif menggunakan teknik skrambel dan memperjelas hasil observasi.

c. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab


(75)

dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal (Gulo, 2007: 119).

Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi langsung dari guru pengamat (kolaborator) tentang pelaksanaan pembelajaran membaca intensif dan dari siswa tentang kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran.

d. Metode tes

Tes merupakan seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu (Poerwanti, dkk, 2008:5).

Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar membaca intensif siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik skrambel.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan 2 teknik analisis data. a. Kuantitatif

Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan rerata/


(76)

mean dan modus. Penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk presentase.

Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai yang diperoleh siswa yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

(Poerwanti, 2008:6.3)

Untuk mencari rata-rata kelas dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

M =

Keterangan:

(Sudjana, 2009: 125)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar, digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

= Jumlah siswa yang tuntas


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Media Komik Terhadap Keterampilan Membaca Intensif Siswa Kelas Iii Sd Islam Al Amanah Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016

1 8 132

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI TEKNIK SKRAMBEL SISWA KELAS IV SDN 3 SEMBUNGHARJO Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Teknik Skrambel Siswa Kelas IV SDN 3 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 20

0 3 10

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI TEKNIK SKRAMBEL SISWA KELAS IV SDN 3 SEMBUNGHARJO Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Teknik Skrambel Siswa Kelas IV SDN 3 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 201

0 1 19

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Teknik Skrambel Siswa Kelas IV SDN 3 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2014 / 2015.

0 2 9

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MEMBACA INTENSIF MELALUI METODE ASSESSMENT SEARCH PADA SISWA Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Membaca Intensif Melalui Metode Assessment Search Pada Siswa Kelas V Di SD Negeri 2 Alastuwo Kabupaten Karanganyar

0 0 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF BAHASA INDONESIA MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Bahasa Indonesia Melalui Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Siswa Kelas IV Sd N 1

0 1 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN TEKNIK SKRAMBEL BAGI SISWA KELAS IV Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Teknik Skrambel Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Bakulan Tahun Pelajaran 2011 / 2012.

0 2 17

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Teknik Skrambel Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Bakulan Tahun Pelajaran 2011 / 2012.

0 2 7

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN TEKNIK SKRAMBEL Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Teknik Skrambel Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri Bakulan Tahun Pelajaran 2011 / 2012.

0 2 17

Peningkatan keterampilan membaca pemahaman dengan teknik skrambel pada siswa kelas IV D SD PL Bernardus Semarang tahun pelajaran 2004 / 2005.

0 0 2