Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Vulva Hygiene terhadap pH Organ Genitalia Internal pada Siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN VULVA HYGIENE TERHADAP PH ORGAN GENITALIA INTERNAL PADA

SISWI SMAN 1 TIGA PANAH KABUPATEN KARO TAHUN 2013

TESIS

Oleh

JULI EVI ANNA BR PURBA 117032223/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN VULVA HYGIENE TERHADAP PH ORGAN GENITALIA INTERNAL PADA

SISWI SMAN 1 TIGA PANAH KABUPATEN KARO TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

JULI EVI ANNA BR PURBA 117032223/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN VULVA HYGIENE TERHADAP PH ORGAN GENITALIA INTERNAL PADA SISWI SMAN 1 TIGA PANAH KABUPATEN KARO TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Juli Evi Anna Br Purba Nomor Induk Mahasiswa : 117032223/IKM

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si) (Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes

Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 17 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si Anggota : 1. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes

2. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN VULVA HYGIENE TERHADAP PH ORGAN GENITALIA INTERNAL PADA

SISWI SMAN 1 TIGA PANAH KABUPATEN KARO TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

Juli Evi Anna Br Purba 117032223/IKM


(6)

ABSTRAK

PH organ genetalia internal adalah tingkat keasaman daerah organ reproduksi dalam wanita. PH organ genetalia internal yang normal akan menghambat kerja bakteri atau mikroorganisme yang bersifat pathogen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap dan tindakan Vulva Hygiene terhadap pH vagina pada siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh siswi di SMAN 1 Tiga Panah yaitu sebanyak 340 siswi. Sampel berjumlah 71 orang dengan tehnik simple random sampling. Analisa data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda (multiple logistic regression).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang mengalami pH organ genetalia internal tidak normal 60,6% atau pH diatas 4,5. Pengetahuan (p=0,038), tindakan (p=0,028), mempunyai pengaruh terhadap pH organ genetalia internal, sedangkan sikap tidak berhubungan dan tidak berpengaruh terhadap pH organ genetalia internal. Nilai Percentage Correct menunjukkan variabel pengetahuan, dan tindakan Vulva Hygiene, bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap pH organ genetalia internal sebesar 67,6%, sedangkan sisanya sebesar 32,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yakni ketersediaan fasilitas seperti adanya sumber air bersih, toilet dan lain – lain.

Bagi Instansi SMAN 1 Tiga Panah perlu memberikan penyuluhan kesehatan reproduksi yang bekerjasama dengan petugas kesehatan sehingga pengetahuan siswi tentang kesehatan reproduksi semakin meningkat dalam hal ini terkhususnya peningkatan pengetahuan siswi tentang Vulva Hygiene. Melaksanakan program seperti program PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) untuk meningkatkan pengetahuan siswa.


(7)

ABSTRACT

PH genetalia internal organ is the level of acidity in the area of women's reproductive organs. PH genetalia normal internal organ would impede the work of bacteria or microorganisms that are pathogenic. This study aimed to analyze the effect of knowledge, attitudes and actions towards Vulva Hygiene on the pH genetalia internal organs of female students SMAN 1 Tiga Panah Karo District in 2013.

This type of research is an observational analytic with cross sectional approach. The population wass all 340 female students of SMAN 1 Tiga Panah, and of them were used as the samples, using simple random sampling technique. The data were analyzed by using Chi Square and multiple logistic regression tests.

The results showed that the pH had abnormal internal organs genetalia 60.6% or above pH 4.5. Knowledge (p = 0.038), action (p = 0.028), having an influence on the pH of the internal organs genetalia, while attitudes are not related and do not affect the pH of the internal organs genetalia. Correct Percentage values indicate the variables of knowledge, and Vulva Hygiene measures, could explain the effect on the pH of the internal organs genetalia by 67.6%, while the remaining 32.4% is influenced by other factors such as the availability of facilities ie clean water, toilets and others.

It is recommended that the management of SMAN 1 Tiga Panah should provide counseling about reproduction health by cooperating with health workers so that the female students’ knowledge in reproduction, especially their knowledge in Vulva Hygiene and the incident of pahtological leucorrhoea, can increase. It is also recommended that the program, such as PIK-KRR (Information and Counseling Center for Teenagers’ Reproduction Health) program, should be implemented in order to increase the students’ knowledge.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Vulva Hygiene terhadap pH Organ Genitalia Internal pada Siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

4. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing dan Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si dan dr. Muhammad Rusda, Sp.OG (K), selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Kepala Sekolah SMAN 1 1 Tiga Panah Kabupaten Karo beserta staf pengajar yang telah berkenan memberikan izin untuk melakukan penelitian dan sehingga tesis ini selesai.

7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Teristimewa buat suami Simson Brahmana beserta anak-anakku Venansius Amadeo PS Brahmana, Joshua Amazona PS Brahmana dan Benaya Amasia PS Brahmana yang selalu memberi doa, kasih sayang, motivasi dan berkorban baik moril maupun materil kepada penulis.

9. Orangtuaku tercinta, Ayahanda N. Purba dan Ibunda A. Br Meliala yang telah memberikan kasih sayang, pertolongan dan doa selama ini.


(10)

10. Rekan – rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011 Minat studi Kesehatan Reproduksi.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2013 Penulis

Juli Evi Anna Br Purba 117032223/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Juli Evi Anna Br Purba, lahir pada tanggal 7 Juli 1979 di Kabanjahe, anak dari pasangan Ayahanda N. Purba dan Ibunda A. Br Meliala.

Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di Sekolah Dasar Santo Yoseph Kabanjahe tamat Tahun 1992, Sekolah Menengah Pertama SMPN I Kabanjahe tamat Tahun 1995, Sekolah Menengah Umum GBKP Kabanjahe tamat Tahun 1998, Sekolah D-III Keperawatan Arta Kabanjahe tamat Tahun 2001, S1 Fakultas Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Karo tamat Tahun 2008.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2011 dan menyelesaikan pendidikan tahun 2013.

Pada tahun 2006 penulis bekerja sebagai staf pengajar Akper/Akbid/SMK Arta Kabanjahe hingga sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 9

1.2 Permasalahan ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1 Remaja ... 11

2.1.1 Pengertian Remaja ... 12

2.1.2 Tingkatan Remaja ... 12

2.1.3 Perkembangan Fisik Remaja Puteri ... 13

2.1.4 Organ Reproduksi Wanita ... 15

2.2 PH Organ Genetalia Internal ... 20

2.2.1 Pengertian PH Organ Genetalia ... 20

2.2.2 Pengertian Keputihan ... 21

2.2.3 Etiologi ... 22

2.2.4 Diagnosis ... 26

2.2.5 Penegakan Diagnosis ... 29

2.2.6 Pencegahan ... 31

2.3 Vulva Hygiene ... 31

2.3.1 Pengertian Vulva Hygiene ... 31

2.3.2 Manfaat Vulva Hygiene ... 32

2.3.3 Cara Pelaksanaan Vulva Hygiene ... 33

2.4 Pengetahuan ... 35

2.4.1 Pengertian Pengetahuan ... 35

2.4.2 Tingkat Pengetahuan ... 36


(13)

2.5 Sikap ... 39

2.5.1 Pengertian Sikap ... 39

2.5.2 Tingkatan Sikap ... 39

2.5.3 Ciri-Ciri Sikap ... 40

2.5 4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap ... 40

2.6 Tindakan ... 42

2.6.1 Pengertian Tindakan ... 42

2.6.2 Tingkatan Tindakan ... 42

2.6.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Tindakan Vulva Hygiene ... 43

2.7 Landasan Teori ... 44

2.8 Kerangka Konsep ... 45

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 47

3.1. Jenis Penelitian ... 47

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 47

3.3. Populasi dan Sampel ... 47

3.3.1. Populasi ... 47

3.3.2. Sampel ... 47

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 49

3.4.1. Data Primer... 49

3.4.2. Data Sekunder ... 49

3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 50

3.5.1 Uji Validitas ... 50

3.5.2 Reliabilitas ... 50

3.6. Variabel dan Definisi Operasional ... 53

3.6.1 Variabel Terikat ... 53

3.6.2 Variabel Bebas ... 53

3.6.3 Defenisi Operasional ... 53

3.7 Metode Pengukuran Data ... 53

3.7.1 Metode Pengukuran Variabel Dependen ... 54

3.7.2 Metode Pengukuran Variabel Independen ... 55

3.8 Metode Analisis Data ... 56

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 58

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 58

4.2 Karakteristik Siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo ... 59

4.3 Analisis Univariat ... 60

4.3.1. Pengetahuan Siswi tentang Vulva Hygiene ... 60

4.3.2. Sikap Siswi tentang Vulva Hygiene ... 63

4.3.3. Tindakan Vulva Hygiene ... 66

4.3.4 PH Organ Genetalia Internal ... 68


(14)

4.3.6 PH dengan Gejala Keputihan ... 69

4.4 Analisis Bivariat ... 70

4.4.1 Hubungan Pengetahuan dengan PH Organ Genetalia Internal ... 70

4.4.2 Hubungan Sikap dengan PH Organ Genetalia Internal . 71 4.4.3 Hubungan Tindakan Vulva Hygiene dengan PH Organ Genetalia Internal ... 72

4.5 Analisis Multivariat ... 73

4.5.1 Pengaruh Pengetahuan dan Tidakan Vulva Hygiene terhadap PH Organ Genetalia Internal ... 73

BAB 5. PEMBAHASAN ... 72

5.1 PH Organ Genetalia Internal ... 76

5.2 Pengaruh Pengetahuan terhadap PH Organ Genetalia Internal pada Siswi di SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo ... 76

5.3 Pengaruh Sikap terhadap PH Organ Genetalia Internal pada Siswi di SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo ... 79

5.4 Pengaruh Tindakan Vulva hygiene terhadap PH Organ Genetalia Internal pada Siswi di SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo... 81

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

6.1 Kesimpulan ... 85

6.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1. Jumlah Sampel Berdasarkan Kelas di SMAN 1 Tiga Panah ... 49

3.2 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Pengetahuan ... 51

3.4 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Independen (Sikap) ... 52

4.1 Sarana dan Prasarana ... 58

4.2 Distribusi Identitas Siswi SMAN 1 Tiga Juhar Kabupaten Karo ... 59

4.3 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Vulva Hygiene ... 60

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan tentang Vulva Hygiene... 63

4.5 Distribusi Sikap Responden tentang Vulva Hygiene ... 64

4.6 Distribusi Siswi Berdasarkan Kategori Sikap tentang Vulva Hygiene . 66 4.7 Distribusi Tindakan Responden tentang Vulva Hygiene ... 66

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan Vulva Hygiene ... 68

4.9 Distribusi Siswi Berdasarkan Kategori PH ... 68

4.10 Distribusi Gejala Keputihan pada Responden ... 69

4.11 PH dengan Gejala Keputihan ... 70

4.12 Hubungan Pengetahuan dengan PH Organ Genetalia Internal... 71


(16)

4.14. Hubungan Tindakan Vulva Hygiene dengan PH Organ Genetalia Internal ... 72 4.15. Pengaruh Pengetahuan dan Tindakan Vulva Hygiene terhadap PH Organ


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori Teori Lowrance Green (Notoadmodjo, 2003) ... 44 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 45


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penellitian ... 88

2. Master Data ... 96

3. Hasil Output SPSS ... 98

4. Surat Izin Penelitian ... 115


(19)

ABSTRAK

PH organ genetalia internal adalah tingkat keasaman daerah organ reproduksi dalam wanita. PH organ genetalia internal yang normal akan menghambat kerja bakteri atau mikroorganisme yang bersifat pathogen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap dan tindakan Vulva Hygiene terhadap pH vagina pada siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh siswi di SMAN 1 Tiga Panah yaitu sebanyak 340 siswi. Sampel berjumlah 71 orang dengan tehnik simple random sampling. Analisa data dengan Chi Square dan Regresi Logistik Berganda (multiple logistic regression).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang mengalami pH organ genetalia internal tidak normal 60,6% atau pH diatas 4,5. Pengetahuan (p=0,038), tindakan (p=0,028), mempunyai pengaruh terhadap pH organ genetalia internal, sedangkan sikap tidak berhubungan dan tidak berpengaruh terhadap pH organ genetalia internal. Nilai Percentage Correct menunjukkan variabel pengetahuan, dan tindakan Vulva Hygiene, bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap pH organ genetalia internal sebesar 67,6%, sedangkan sisanya sebesar 32,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yakni ketersediaan fasilitas seperti adanya sumber air bersih, toilet dan lain – lain.

Bagi Instansi SMAN 1 Tiga Panah perlu memberikan penyuluhan kesehatan reproduksi yang bekerjasama dengan petugas kesehatan sehingga pengetahuan siswi tentang kesehatan reproduksi semakin meningkat dalam hal ini terkhususnya peningkatan pengetahuan siswi tentang Vulva Hygiene. Melaksanakan program seperti program PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) untuk meningkatkan pengetahuan siswa.


(20)

ABSTRACT

PH genetalia internal organ is the level of acidity in the area of women's reproductive organs. PH genetalia normal internal organ would impede the work of bacteria or microorganisms that are pathogenic. This study aimed to analyze the effect of knowledge, attitudes and actions towards Vulva Hygiene on the pH genetalia internal organs of female students SMAN 1 Tiga Panah Karo District in 2013.

This type of research is an observational analytic with cross sectional approach. The population wass all 340 female students of SMAN 1 Tiga Panah, and of them were used as the samples, using simple random sampling technique. The data were analyzed by using Chi Square and multiple logistic regression tests.

The results showed that the pH had abnormal internal organs genetalia 60.6% or above pH 4.5. Knowledge (p = 0.038), action (p = 0.028), having an influence on the pH of the internal organs genetalia, while attitudes are not related and do not affect the pH of the internal organs genetalia. Correct Percentage values indicate the variables of knowledge, and Vulva Hygiene measures, could explain the effect on the pH of the internal organs genetalia by 67.6%, while the remaining 32.4% is influenced by other factors such as the availability of facilities ie clean water, toilets and others.

It is recommended that the management of SMAN 1 Tiga Panah should provide counseling about reproduction health by cooperating with health workers so that the female students’ knowledge in reproduction, especially their knowledge in Vulva Hygiene and the incident of pahtological leucorrhoea, can increase. It is also recommended that the program, such as PIK-KRR (Information and Counseling Center for Teenagers’ Reproduction Health) program, should be implemented in order to increase the students’ knowledge.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Widyastuti, 2009). Salah satu ruang lingkup kesehatan reproduksi adalah kesehatan reproduksi remaja.

Kesehatan reproduksi remaja sangat penting karena masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan selanjutnya. Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescere yang berasal dari bahasa Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental emosional, sosial, dan fisik (Proverawati, 2009).

Masa remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Tanda-tanda remaja pada perempuan sudah mulai terjadinya menstruasi sedangkan pada laki-laki sudah mulai mampu menghasilkan sperma. Remaja diharapkan dapat menjalankan fungsi reproduksinya dengan tepat oleh karena itu dia harus mengenali organ reproduksinya. Fungsi yang akan dijalankan dalam proses reproduksinya tersebut tidak dapat dilakukan bila organ-organ reproduksinya


(22)

tidak terawat sejak awal (Widyastuti, 2009), karena berada dalam masa peralihan maka pada remaja sering ditemukan masalah-masalah yang berkaitan erat dengan tumbuh kembang tubuhnya. Terutama dalam hal ini adalah organ reproduksi yang memberi dampak besar terhadap kehidupan remaja di masa datang.

Organ genetalia merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi (Ratna, 2010). Secara umum organ genetalia wanita dibagi atas dua bagian yaitu genetalia luar dan genetalia dalam. Organ genetalia luar terdiri dari vulva, mons pubis, labia mayora, klitoris, vestibulum, bulbus vestibule, instroitus vagina dan perineum. Sedangkan organ genetalia bagian dalam vagina atau liang kemaluan, uterus, tuba faloppi dan uterus (Wiknjosastro, 2007). Masa pubertas pada wanita biasanya terjadi antara usia 13 hingga 16 tahun. Masa ini terjadi perubahan pada sistem reproduksi wanita. Organ reproduksi menunjukkan perubahan yang dramatis pada saat pubertas selama renggang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi. Pada wanita ditandai dengan terjadinya menstruasi (Aryani, 2010).

Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan yang terjadi karena perdarahan yang teratur dari rahim sebagai tanda bahwa organ reproduksi telah berfungsi matang. Saat menstruasi perawatan organ-organ reproduksi sangatlah penting terutama kebersihan daerah kewanitaan, karena saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim mudah terkena infeksi (Kusmiran, 2011).


(23)

Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan tubuh secara umum. Pada wanita khususnya menjaga kebersihan vagina saat menstruasi merupakan hal yang penting, karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan infeksi. Salah satu keluhan yang dirasakan pada saat menstruasi adalah rasa gatal yang disebabkan oleh jamur kandida yang akan subur tumbuhnya pada saat haid. Jika hal ini terjadi maka ekosistem di alat kelamin akan terganggu, untuk itu perlu menjaga keseimbangan ekosistem di alat kelamin, agar merasa lebih bersih dan segar serta lebih nyaman dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Kissanti, 2008). Higene pada saat menstruasi merupakan komponen higene perorangan yang memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanya gangguan pada alat reproduksi khususnya organ genetalia wanita (Nilna, 2009).

Organ genetalia wanita, seperti vagina sangat sensitif dengan kondisi lingkungan, karena letaknya tersembunyi dan tertutup, vagina memerlukan kering. Negara kita yang beriklim tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri dan jamur mudah berkembang biak dengan baik, sehingga lingkungan di sekitar vagina terganggu dan menimbulkan bau tidak sedap serta infeksi. Salah satu infeksi yang sering diderita remaja karena kurang menjaga vulva hygiene (kebersihan genitalnya) yang menyebabkan Ph vagina tidak normal adalah keputihan (Wijayanti, 2009). Perilaku buruk dalam menjaga kebersihan genitalia, seperti mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas secara


(24)

berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut dapat menjadi pencetus timbulnya infeksi yang menyebabkan keputihan tersebut. Jadi, pengetahuan dan perilaku dalam vulva hygiene merupakan faktor penting dalam pencegahan keputihan (Ratna, 2010).

Keputihan merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan disekitar bibir vagina bagian luar, yang sering menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur atau juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat penderita buang air kecil. Keputihan juga dapat terjadi karena menderita sakit dalam waktu lama, kurang terjaganya kebersihan diri sehingga timbulnya jamur atau parasit dan kanker karena adanya benda-benda asing dimaksudkan secara sengaja atau tidak ke dalam vagina, misalnya tampon obat atau alat kontrasepsi (Yoseph 2010). Hampir setiap wanita pernah mengalami keputihan. Kebanyakan wanita Indonesia mengganggap keputihan sebagai suatu yang lumrah yang terjadi pada wanita. Namun demikian harus dilihat dulu kondisi keputihan tersabut bagaimana gejalanya dan apa penyebabnya karena tidak semua keputihan merupakan hal yang normal (Hermanto, 2006)

Keputihan dapat fisiologis ataupun patologis. Dalam keadaan fisiologis, getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sedangkan dalam keadaan patologis akan sebaliknya, terdapat cairan berwarna, berbau, jumlahnya banyak dan disertai gatal dan rasa panas


(25)

atau nyeri, dan hal itu dapat dirasa sangat mengganggu bahkan dapat menimbulkan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan kanker leher rahim. Angka prevalensi keputihan menunjukkan sebanyak 75% wanita dari seluruh dunia pernah mengalami keputihan dalam hidupnya. Berdasarkan data statistik Indonesia tahun 2008 dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 15-24 tahun berperilaku tidak sehat, hal ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya keputihan (Maghfiroh, 2010). Berdasarkan data WHO (2007), penyebab Infeksi Saluran Reproduksi tahun 2006 yaitu, 25%-50% akibat candidiasis, 20%-40% akibat bacterial vaginosis dan 5%-15% akibat trichomoniasis.

Sebanyak 75 % perempuan termasuk didalamnya remaja puteri diseluruh dunia minimal pernah mngalami keputihan satu kali dalam hidupnya. Sedangkan di Indonesia ada sekitar 70% remaja puteri mengalami masalah keputihan. Faktor tersebut disebabkan karena masih minimnya kesadaran untuk menjaga kesehatan, penggunaan celanan dalam berbahan nilon dan celana panjang yang ketat sabuk, dan bubuk pencuci, merendam diri, deodorant vagina, pembalut wanita dan diet terutama dalam kebersihan organ genetalia (Elistiawaty, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Yusrawati pada 2007 melibatkan 228 responden, didapatkan 90,7% responden mengalami leukorea, dimana 38,7% di antaranya mengalami leukorea fisiologis, 31,9% patologis dan 29,4% mengalami kedua jenis leukorea, baik patologis maupun fisiologis. Hasil penelitian dari R.E Wijayanti, Koekoeh Hardijito, Siti Yuliana didapatkan 43,94% remaja berumur 16-18 tahu mengalami keputihan fisiologis dan 56,06% mengalami keputihan patologis


(26)

Data diatas menunjukkan kejadian keputihan pada wanita cukup tinggi, akan tetapi karena wanita sering beranggapan keputihan sebagai salah satu gejala premenstrual syndrome, sedikit sekali wanita yang berusaha untuk mengobati keputihan. Penyebab keputihan adalah perilaku personal hygiene yang buruk. Selain itu disebutkan pula bahwa Indonesia adalah urutan pertama dengan kasus penderita kanker leher rahim yang disebabkan oleh kurangnya menjaga kebersihan organ reproduksi, oleh karena itu sangat penting malakukan vulva hygiene (Maghfiroh, 2010).

Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan organ genetalia eksternal yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi, dalam menjaga kebersihan vagina, yang perlu kita lakukan adalah membasuh secara teratur bagian vulva (bibir vagina) secara hati-hati dengan menggunakan air bersih atau menggunakan sabun yang lembut. Hal terpenting adalah membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar bibir vagina dan pada saat menstruasi, pembalut perlu diganti sekitar 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari masuknya bakteri ke dalam vagina (Kissanti, 2008).

Menurut Lawrence Green perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2007). Penelitian dari Yuliana (2010) pada remaja putri SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan perilaku


(27)

hygiene menstruasi dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Sikap juga berhubungan dengan tindakan kebersihan organ genetalia eksternal terlihat dari penelitian yang dilakukan Handayani (2011) menyatakan terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan kebersihan organ genetalia eksternal (p=0,017).

Hasil penelitian yang dilakukan Dai’yah (2004) di SMU Negeri 2 Medan tentang perawatan organ reproduksi bagian luar, dari 58 responden didapatkan sebanyak 15 orang (25,86%) berpengetahuan baik, sebanyak 39 orang (67,24%) berpengetahuan cukup dan sebanyak 4 orang (6,8%) berpengetahuan kurang, demikian juga penelitian yang dilakukan Handayani (2011) tentang kebersihan organ genetalia eksternal, dimana terdapat 102 responden yang memiliki katagori pengetahuan kurang baik sebesar 31,4%, cukup sebesar 55,9% dan kurang sebesar 12,7%, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ikke Handayani (2003) di SLTP Jakarta Timur menunjukkan hasil bahwa sebagian besar siswi SLTP di sana memiliki pengetahuan kurang terhadap kebersihan organ genitalia sebanyak 93,4%. Hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja dalam merawat organ genetalia eksternal masih kurang.

Masalah reproduksi pada remaja perlu mendapat penanganan serius, karena masalah tersebut paling banyak muncul pada negara berkembang, seperti Indonesia karena kurang tersedianya akses untuk mendapat informasi mengenai kesehatan reproduksi. Hal itu terbukti dari banyak penelitian menyatakan rendahnya tingkat pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene para remaja. Kurangnya pengetahuan remaja putri dan informasi yang tepat tentang kesehatan organ reproduksi


(28)

kemungkinan dapat menimbulkan kurangnya memperhatikan kesehatan organ reproduksinya, sehingga perlu adanya pemberian informasi yang lengkap pada remaja putri untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka akan pentingnya menjaga kebersihan diri terutama organ reproduksi termasuk resiko bila tidak dijaga (Depkes RI, 2003).

Dari survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 17 Desember 2012 terhadap 25 siswi diperoleh 22 siswi menyatakan belum mengerti dan tidak mengetahui cara melakukan kebersihan dan menjaga kebersihan organ seksual atau reproduksi. Pada saat menstruasi 20 siswi mengakui hanya mengganti pembalut sebanyak 2 kali saja dalam sehari, dan 5 siswi lainnya menggunakan pembalut lain (kain) dan menggantinya 2 kali saja dalam sehari. Dari 25 siswi tersebut sebanyak 8 orang menyatakan mengalami keputihan patalogis dengan gejala cairan berwarna, berbau, jumlahnya banyak dan disertai gatal dan rasa panas atau nyeri pada organ genetalia eksternal bahkan menimbulkan rasa pedih saat penderita buang air kecil. Banyaknya remaja yang belum mengetahui cara vulva hygiene yang baik menyebabkan penulis tergerak untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap tindakan vulva hygiene pada siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo.


(29)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas ditemuka n gejala keputihan patologis yaitu cairan berwarna, berbau, jumlahnya banyak dan disertai gatal dan rasa panas atau nyeri pada organ genetalia eksternal bahkan menimbulkan rasa pedih saat penderita buang air kecil pada remaja puteri, serta ditemuka n rendahnya pengetahuan dan sikap siswi SMAN 1 Tiga Panah terhadap tindakan vulva hygiene.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, dan tindakan vulva hygiene, terhadap pH organ genetalia internal pada siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh pengetahuan, sikap dan tindakan vulva hygiene terhadap terjadinya pH organ genetalia internal pada siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan gambaran pH organ genetalia internal pada remaja yang diperlukan sebagai dasar pengembangan kebijakan kesehatan reproduksi remaja bagi stakeholder yaitu kepala sekolah dan kepala dinas kesehatan.

2. Memberikan masukan kepada SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo, dalam upaya meningkatkan pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja.


(30)

3. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan dan pengembangan pengetahuan, sikap, dan tindakan vulva hygiene terhadap pH organ genetalia internal.

4. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian mengenai vulva hygiene dan pH organ genetalia internal.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Remaja yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai adolescence, berasal dari kata adolescere yang artinya tumbuh ke arah kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial psikologisnya (Sarwono, 2006). Masa remaja adalah masa peralihan dimana terjadi perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003)

Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadi perubahan mental besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal ini bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial (Widyastuti, 2009)

Masa remaja dibagi dalam 3 katagori, yaitu: remaja awal, remaja tengah, remaja akhir. Periode remaja awal berkisar antara usia 12 hingga 15 tahun, remaja madya berlangsung pada usia kira-kira 15 hingga 18 tahun, dan remaja akhir yang


(32)

terjadi pada usia 18 hingga 21 tahun. Remaja yang dimaksud pada penelitian ini adalah masa perkembangan transisi dari anak-anak menuju dewasa dimana terjadinya perubahan dalam hal biologis, kognitif, dan sosial-ekonomi. Penelitian ini akan menggunakan subyek penelitian remaja yang berada pada masa remaja madya, yaitu 15-18 tahun, pada periode ini remaja mengalami perkembangan reproduksinya (Sarwono, 2006)

2.1.2 Tingkatan Remaja

Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara umur 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja akhir. (Sarwono, 2006)

Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap perkembangan (Ali, 2009) yaitu :

1. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain: a. Lebih dekat dengan teman sebaya

b. Ingin bebas

c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak 2. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain

a. Mencari identitas diri

b. Timbulnya keinginan untuk kencan c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam


(33)

e. Berkhayal tentang aktifitas seks

3. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain a. Pengungkapan identitas diri

b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya c. Mempunyai citra jasmani dirinya

d. Dapat mewujudkan rasa cinta e. Mampu berpikir abstrak

2.1.3 Perkembangan Fisik Remaja Puteri

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi pertumbuhan dewasa yang cirinya adalah kematangan diikuti perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna dan meningkatkan kemampuan kognitif (Papalia., Old. 2001).

Secara fisik organ reproduksi remaja perempuan masa pubertas dimulai dengan awal berfungsinya ovarium (kandung telur) sampai pada saat ovarium sudah berfungsi dengan mantap dan teratur (memasuki usia reproduksi). Peristiwa penting pada masa ini adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri–ciri kelamin sekunder, menarche (haid pertama) dan perubahan psikis. Sedangkan indung telur (ovarium) mulai aktif mengeluarkan estrogen yang dipengaruhi hormon gonadrotopin yang diproduksi kelenjar bawah otak. Pada saat yang sama kortex kelenjar supra renal


(34)

mulai membentuk hormon androgen yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan badan. Pengaruh hormon–hormon inilah yang menyebabkan pertumbuhan genetalia internal, eksternal, dan ciri kelamin sekunder (Derek, 2005). perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut (Widyastuti, 2009) :

1. Rambut

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, kasar, lebih gelap dan agak keriting.

2. Pinggul

Pinggul menjadi berkembang, membesar dan membulat hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit

3. Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat 4. Kulit

Kulit pada wanita semakin dewasa menjadi lebih lembut, berbeda dengan kulit pada pria yang menjadi lebih kasar, lebih tebal, dan pori-pori membesar.


(35)

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dapat menyebabkan bau yang menusuk sebelum dan selama masa haid.

6. Otot

Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat, akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki

7. Suara

Suara berubah semakin merdu.suara serak jarang terjadi pada wanita. 2.1.4 Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita terbagi atas organ genitalia eksternal dan organ genitalia internal. Organ genitalia eksternal dan vagina adalah untuk senggama, sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur, transportasi blastokis, implantasi dan tumbuh kembang janin (Wiknjosastro, 2007). Anatomi sistem reproduksi wanita terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Organ Genitalia Eksternal a. Vulva

Vulva, berbentuk lonjong, memanjang dari muka ke belakang. Dimuka dibatasi oleh klitoris, dan di kiri dibatasi oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh perineum. Terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, cklitoris, hymen, vestibulum, Urificium uretra externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina (Yanti, 2011)


(36)

b. Mons Pubis

Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis (Yanti, 2011)

c. Labia Mayora

Labia mayora (bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris ke bawah dan kebelakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk komisura posterior. Labia mayora analog dengan skrotum pada pria ligamentum rotundum berakhir diatas labia mayora. setelah perempuan melahirkan beberapa kali, labia mayora menjadi kurang menonjol dan pada usia lanjut mulai mengeriput. Di bawah kulit terdapat massa lemak dan mendapat pasokan pleksus vena yang pada cedera dapat pecah dan menimbulkan hematoma (Trijatmo, 2009)

d Labia Minora

Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos, dan ujung serabut saraf (Yanti, 2011)

e Klitoris

Terdiri dari caput / glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Terdapat juga reseptor androgen pada klitoris, terdapat banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif (Yanti, 2011).


(37)

f Vestibulum

Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan kebelakang dan dibatasi didepan oleh klitoris, kanan kiri oleh bibir kecil dan dibelakang oleh perineum, embriologi sesuai dengan sinus urogenitalis. Kurang lebih 1-1,5 cm dibawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan karena tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina. Tiidak jauh dari lubang kemih, di kiri dan di kanan bawahnya, dapat dilihat dua ostia sken, saluran skene (duktus parauretral) analog dengan kelenjar prostat pada laki-laki. dikiri dan kanan bawah dekat fossa navikulare, terdapat kelenjar bartolin. Kelenjar ini berukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di bawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil dengan panjang 1,5-2 cm yang bermuara di vestibulum, tidak jauh dari fossa navikulare. Pada saat koitus kelenjar bartolin mengeluarkan getah (Trijatmo, 2009).

g Hymen

Hymen merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina luar. Pada umumnya hymen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (Ida, 2009).

2. Organ Genitalia Interna a. Vagina


(38)

Vagina merupakan saluran muskulo membranasea yang menghubungkan rahim dengan dunia luar, bagian ototnya berasal dari otot levatorani dan otot sfingterani (otot dubur). Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut rugae, di

tengah-tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Lipatan-lipatan ini memungkinkan vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagi bagian lunak jalan lahir.

b. Rahim

Bentuk Rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gram, terletak di panggul kecil diantara rectum, dan didepannya terletak kandung kemih. Bagian bawahnya disangga oleh ligamen yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat hamil. Ruangan rahim berbentuk segitiga, dengan bagian besar diatasnya.

Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka ke luar melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis uteri) sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars supravaginalis servisis uteri, antara korpus dan serviks masih ada bagian yang disebut dengan istmus uteri.Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale), jadi dari luar ke dalam ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium,miometrium, dan endometrium. Uterus mendapat darah dari


(39)

arteri uterine, ranting dari arteri iliaka interna dan dari arteri uterine, serta dari arteri ovarika

c. Tuba Fallopi

Tuba Fallopi berasal dari ujung ligamentum latum, berjalan kearah lateral, dengan panjang 12 cm. Tuba fallopi bukan merupakan saluran lurus, tetapi mempunyai bagian yang lebar sehingga membedakannya menjadi 4 bagian, ujungnya terbuka, sehingga dapat menangkap ovum saat terjadi pelepasan telur. Saluran telur ini merupakan saluran hasil konsepsi menuju rahim. Fungsi tuba fallopi sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa dan ovum tempat terjadinya pembuahan.

d Indung Telur

Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke rahim oleh ligamentum. Indung telur merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam mengatur proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur setiap bulan silih berganti kanan dan kiri.

2.2 PH Organ Genetalia Internal 2.2.1 Pengertian PH Organ Genetalia

Potensial Hydrogen ( pH ) organ genetalia internal berkisar 3,5 – 4,5, dimana pada tingkat keasaman ini bakteri lactobacillus (bakteri baik) subur dan bakteri patogen (bakteri jahat) mati. PH organ genetalia internal mempengaruhi jenis


(40)

organisme keputihan dalam vagina Kandungan glikogen epitel vagina pasti meningkat pada wanita yang menstruasi (dalam masa reproduksi) dibandingkan wanita yang tidak dalam masa reproduksi. Kandungan asam laktat dalam vagina menimbulkan pH yang sangat asam (kurang dari 4,5). Asam laktat diproduksi tidak hanya oleh metabolisme laktobasilus yang menggunakan glukosa sebagai substrat tetapi juga oleh metabolisme bakteri lain yang menggunakan glikogen sebagai substrat dan oleh metabolisme sel-sel epitel vagina.

Kemudian pH rendah ini menyokong pertumbuhan organisme asidofilik seperti laktobasilus. Kolonisasi laktobasilus vagina yang berat menghambat pertumbuhan organisme lain melalui metabolisme sendiri dengan mempertahankan pH yang rendah dengan menggunakan glukosa untuk menghasilkan asam laktat, dengan memproduksi hidrogen peroksida yang menghambat pertumbuhan bakteri anaerob, dan dengan menggunakan glukosa tersebut memusnahkan organisme lain karena substrat untuk metabolismenya telah dipergunakan. Di antara wanita pasca menopause, kandungan glikogen sel yang rendah karena pengurangan kadar estrogen diperkirakan bertanggung jawab terhadap peningkatan pH organ genetalia internal. Pada lingkungan pH yang tinggi ini efek penghambatan dan persaingan laktobasilus dihilangkan dengan demikian organisme-organisme lain terutama yang anaerob akan berproliferasi.

PH normal organ genetalia internal berkisar antara 3.5 - 4.5, bakteri baik dalam organ genetalia internal berkembang di pH normal, jika pH organ genetalia internal dinaikkan maka keseimbangan normal organisme bisa terganggu sehingga


(41)

bakteri jahat berkembang dan mengakibatkan peradangan atau biasa disebut vaginitis termasuk iritasi, keputihan yang tidak biasa, juga menimbulkan bau yang menyengat. Dengan menjaga pH normal organ genetalia internal maka kita mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri jahat. Produk pembersih vagina akan mengubah pH dan merangsang bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada remaja sehingga menimbulkan gangguan kesehatan reproduksi pada remaja putri yang bakal menjadi calon ibu generasi seterusnya

2.2.2 Pengertian Keputihan

Keputihan merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Cairan yang keluar tersebut harus dibedakan antara cairan/lendir normal dan cairan/lendir tidak normal (Kasdu, 2005). Keadaan biasa, cairan tidak sampai keluar namun belum tentu bersifat patologis (Mansjoer, 2000).

Indikasi adanya masalah kesehatan jika keputihan tersebut mulai berubah warna, gatal dan mengeluarkan bau yang kurang enak. Hampir semua perempuan mengalami keputihan minimal satu atau dua kali seumur hidupnya (Boyke, 2007). Keputihan merupakan manisfestasi klinis berbagai infeksi keganasan atau tumor jinak reproduksi. Keluhan keputihan pada wanita harus dianggap serius karena akibatnya sangat kompleks dan banyak (Manuaba, 2008).

2.2.3 Etiologi

Penyebab keputihan dibagi 2 macam yaitu: 1. Penyebab Non Patologis


(42)

a. Bayi baru lahir hingga berusia kira-kira 10 hari. Hal ini terjadi Karena pengaruh hormon esterogen dan progesteron.

b. Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang. Keadaan ini ditunjang oleh hormone esterogen.

c. Seorang wanita yang mengalami kegairahan seksual. Hal ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi pada senggama.

d. Masa disekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar mulut rahim.

e. Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah kedaerah vagina dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina. f. Akseptor kontrasepsi pil dan akseptor IUD.

g. Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang menderita penyakit kronik, atau pada wanita yang mengalami strees.

2. Penyebab Patologis

Keputihan bisa karena banyak hal. Benda asing, luka pada vagina, kotoran dari lingkungan, air tak bersih, pemakaian tampon atau panty liner berkesinambungan. Semua ini potensial membawa jamur, bakteri, virus, dan parasit:

a. Jamur Candida warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Biasanya, kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan tanpa sengaja menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut.


(43)

b. Parasit Trichomonas Vaginalis

Ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau bibir kloset. Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan.

c. Kuman (Bakteri)

Bakteri Gardnella-Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Juga menyebabkan peradangan vagina tak spesifik. Biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina berbentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah Menjadi senyawa amino bau amis, berwarna keabu-abuan. Beberapa jenis bakteri lain juga memicu munculnya penyakit kelamin. Gonococcus, atau lebih dikenal dengan nama GO. Warnanya kekuningan, yang sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung kuman Neisseria gonorrhoea. Kuman ini mudah mati setelah terkena sabun, alkohol, deterjen, dan sinar matahari. Cara penularannya melalui senggama.

d. Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin, seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula menjangkiti wanita hamil. Sedang virus herpes ditularkan lewat hubungan badan. Bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina,


(44)

mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu kanker rahim.

e. Chlamydia Trachomatis, kuman ini sering menyebabkan penyakit mata trakhoma. Ditemukan di cairan vagina dengan pewarnaan Diemsa.

f. Treponema Pallidium, adalah penyebab penyakit kelamin sifilis. Penyakit ini dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di liang senggama dan bibir kemaluan (Mims, 2004).

Selain infeksi keputihan tidak normal disebabkan oleh : a. Benda Asing

Tidak jarang ada pasien yang datang dengan keputihan setelah diperiksa alat kelaminnya ternyata mengandung benda asing. Benda asing yang dimaksud seperti biji-bijian (pada anak-anak) maupun sisa-sisa kondom (pada perempuan dewasa).

b. Kanker

Gejala keputihan yang sukar sembuh dengan pengobatan biasa (antibiotik dan anti jamur) yang telah dilakukan oleh dokter, perlu dipikirkan akan kemungkinan penyebabnya adalah sesuatu keganasan seperti kanker lehar rahim.

c. Kelainan Alat Kelamin

Pada keadaan tertentu bisa terjadi secara abnormal lubang (saluran) yang menghubungkan vagina dengan kandung kemih ataupun rectum. Bisa juga hal


(45)

ini terjadi akibat cidera persalinan operasi pengangkatan rahim, radiasi pada kanker organ reproduksi, atau akibat kanker itu sendiri.

d. Masa Menopause (Berhentinya Haid)

Pada masa menopause, sel-sel vagina mengalami hambatan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon pemacu, esterogen (menjadi atrofi). Vagina menjadi kering, sering timbul rasa gatal karena tipisnya sel, sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta.

2.2.4 Diagnosis

Gatal (pruritis) dan cairan vagina. Karakter cairan vagina seperti keju, lunak berwarna putih susu, mungkin bergumpal dan berbau. Rasa nyeri pada vagina, sensasi terbakar pada vulva, dispareuni dan disuria juga dapat dikeluhkan. (Felix, 2007). Pemeriksaan kasus keputihan dilakukan sebagai konfirmasi terhadap gejala yang disampaikan klien atau yang timbul pada waktu anamnesa.

1. Genetalia Luar

Pemeriksaan untuk mengetahui ; a. Tanda kemerahan

b. Cairan yang keluar dari vagina c. Luka atau rasa nyeri kalau di sentuh d. Kelainan lain

2. Genetalia Dalam


(46)

a. Tanda peradangan pada selaput lendir vagina atau servik dan adanya nanah b. Cairan vagina (duh tubuh vagina) (Sofyan, 2006).

3. Diagnosis penyebab infeksi a. Trikomoniasis

1) Anamnesis: sering tidak menunjukkan keluhan , kalau ada biasanya berupa duh tubuh vagina yang banyak dan berbau maupun dispareunia, perdarahan pasca coitus dan perdarahan intermenstrual, encer, busuk, dan fly bitten

2) Jumlah keputihan banyak, berbau, menimbulkan iritasi dan gatal. Warna sekret putih, kuning atau purulen. Konsistensi homogen, basah, frothy atau berbusa (foamy). Terdapat eritema dan edema pada vulva disertai dengan ekskoriasi. Sekitar 2-5% tampak strawberry servix yang sangat khas pada trichomonas.

3) Laboratorium: pH>4,5 dan Sniff test (+)

4) Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis terlihat pergerakan trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari PMN dan mempunyai flagel, leukosit (+) dan clue cell dapat (+)

b. Kandidosis vulvovaginal

1) Anamnesis: keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yang tidak berbau

2) Rasa gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan bisa banyak, bergumpal, putih keju atau seperti kepala susu/krim, tetapi kebanyakan seperti susu pecah. Pada dinding vagina biasanya dijumpai


(47)

gumpalan keju (cottage cheeses). Pada vulva/dan vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai maserasi, psuedomembran, fissura dan lesi satelit papulopustular

3) Laboratorium: pH vagina <4,5 dan Whiff test (-)

4) Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang kadang hifa asli bersepta

c. Vaginosis bacterial

1) Anamnesis: Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama waktu berhubungan seksual, namun sebagian besar dapat asimtomatik

2) Keputihan dengan bau amis seperti ikan. Sekret berlebihan, banyaknya sedang sampai banyak, homogen, warna putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina. Tidak ada tanda-tanda inflamasi.

3) Laboratorium: pH >4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+)

4) Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosi d. Servisitis Gonore

1) Anamnesis: Gejala subjektif jarang ditemukan . Pada umumnya wanita datang berobat kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana

2) Duh tubuh serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edema, ektopi dan mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan.


(48)

4) Mikroskopik: Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler

e. Klamidiasis

1) Anamnesis: gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan

2) Eksudat seviks mukopurulen, erosi seviks, atau folikel-folikel kecil (microfollicles)

3) Laboratorium: pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA

4) Mikroskopik: dengan pengecatan giemsa akan ditemukan badan elementer dan badan retikulat

3.Diagnosis penyebab benda asing 4.dignosis penyebab keganasan

diagnosis keganasan dapat dilakukan dengan cara Pap Smear, kol[poskopi, schiller test, biopsy, mikrokaratase

2.2.5 Penegakan Diagnosis

Penegakan diagnosis keputihan patologis dapat dilakukan dengan: 1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara pengambilan specimen pada wanita dari apusan duh tubuh dari endoserviks, uretra, muara kelenjar bartholini maupun rectum. Specimen tersebut digunakan untuk pemeriksaan dengan pengecatan gram dan kultur. Pengambilan dilakukan dengan memakai speculum yang telah dibasahi dengan air kemudian dimasukkan kedalam vagina, sedangkan penggunaan antiseptic, minyak pelumas/ lubrikan dihindari.


(49)

Swab (lidi kapas) steril dimasukkan kedalam kanalis sevikalis 2-3 cm. kemudian swab diputar untuk mendapatkan duh tubuh endoserviks

2. Prep KOH

Pemeriksaan KOH (kalium Hidroksida ) merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk menegakkan diagnosis pada setiap kasus karena infeksi jamur. Pemeriksaan dilakukan dengan cara meneteskan larutan KOH 10% pada kaca objek letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan menggunakan pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH tersebut. Kemudian tutup dengan kaca penutup biarkan ± 15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa detik untuk mempercepat proses lisis

3. Pap Smear

Papsmear merupakan pemeriksaan usapan untuk melihat keadaan sel-sel di leher rahim di bawah mikroskop. Cara pemeriksaan dengan menggunakan spatula atau sejenis sikat halus (cytobrush), sel-sel leher rahim diambil oleh seorang dokter atau bidan untuk dioleskan dan difiksasi pada kaca benda, kemudian dengan dokter spesialis PA (Patologi Anatomi) yang mendiagnosa hasil. Pemeriksaan Papsmear dilakukan bagi wanita yang sudah menikah, Papsmear dilakukan pada hari pertengahan siklus haid. Hal ini agar benar-benar bersih dari bercak darah.


(50)

Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui jenis kuman atau bakteri penyebab keputihan patologis apabila dengan pengobatan biasa tidak membuat keputihan berkurang atau sembuh. Cara pemeriksaan yaitu hanya dengan mengambil cairan/lendir dari vagina dengan menggunakan swab tertentu yang kemudian dimasukkan ke cairan / sediaan tertentu yang kemudian dibawa ke laboratorium. Tidak menimbulkan rasa nyeri, hanya tidak nyaman sedikit dan harus rileks, hasil akan diperoleh setelah 5 hari. Dengan adanya kultur, dokter akan dapat memberikan terapy yang tepat untuk jenis bakteri atau kuman penyebab keputihan.

2.2.6 Pencegahan

Pencegahan adalah mencegah terjadinya penyakit selama hal ini mungkin dilakukan.

1. Kebersihan Daerah Kemaluan

Kebersihan daerah kemaluan perlu diperhatikan. Kebiasaan membersihkan daerah kemaluan setelah buang air kecil atau buang air besar harus benar. Cara cebok yang aman adalah mengalirkan air dari depan ke belakang demikian pula saat mengeringkannya, bila arah ini salah maka kuman dari daerah anus dapat mencemari sekitar vagina yang lebih sensitif untuk mengalami infeksi.

2. Dalam keadaan haid atau menggunakan pembalut, gunakanlah pakaian dalam yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari belakang ke depan


(51)

4. Jangan gunakan handuk bersama orang lain dan hindari penggunaan pakaian renang basah bergantian.

5. Selain itu keputihan sering terjadi bersamaan dengan reaksi alergi pada daerah kemaluan terhadap bahan sintetis dari pakaian dalam atau pembalut perempuan, sebaiknya gunakan pakain dalam dari katun.

2.3 Vulva Hygiene

2.3.1 Pengertian Vulva Hygiene

Vulva hygiene adalah tindakan menjaga kebersihan alat kelamin luar perempuan (Hidayat, 2009) seperti membilas organ genetalia eksternal dengan air matang dan sabun setelah buang air kecil atau buang air besar dan perawatan sehari-hari dalam memelihara organ genetalia. Menurut Ayu (2010) Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan organ genetalia eksternal yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi

Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan tubuh secara umum. Kebersihan di area vagina sering diabaikan kaum hawa, padahal jika berlarut-larut akan lebih rentan terinfeksi virus berbahaya

2.3.2 Manfaat Vulva Hygiene

Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan


(52)

faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. Manfaat perawatan vulva dan vagina, antara lain (Siswono, 2001) :

1. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva dan menjaga kebersihan vulva 2. Untuk kebersihan perineum dan vulva

3. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman 4. Mencegah munculnya keputihan, bau tak sedap dan gatal-gatal 5. Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3-4) .

6. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar vagina. 7. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa.

2.3.3 Cara Pelaksanaan Vulva Hygiene

Secara umum menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan, hal ini berlaku bagi kesehatan organ–organ seksual, termasuk vagina. Berikut adalah cara membersihkan vagina :

1. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.

2. Membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian diantara vulva (bibir vagina) secara hati–hati menggunakan air bersih dan sabun yang lembut setiap buang air kecil, buang air besar dan ketika mandi. Seandainya alergi dengan sabun lembut sekalipun, anda bisa membasuhnya dengan air hangat, yang penting adalah membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar vulva diluar vagina. Cara membasuh alat kelamin wanita yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), jangan terbalik karena bakteri yang ada disekitar anus bisa


(53)

terbawa ke dalam vagina, setelah dibersihkan gunakan handuk bersih atau tisu kering untuk mengeringkannya (Ika, 2011 dan Salika, 2010).

3. Hati-hati ketika menggunakan kamar mandi umum, apabila akan menggunakan kloset duduk maka siramlah terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya penularan penyakit menular seksual. Bakteri,kuman,dan jamur bisa menempel di kloset yang sebelumnya digunakan oleh penderita penyakit menular seksual. (Ika, 2011 dan Depkes, RI 2007)

4. Larangan menggunakan alat pembersih kimiawi tertentu karena dapat merusak kadar keasaman vagina yang berfungsi menyebabkan bakteri atau kuman masuk. Tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina. Vagina sendiri sudah mempunyai mekanisme alami untuk mempertahankan keasamannya. Keseringan menggunakan sabun khusus ini justru akan mematikan bakteri baik dan memicu berkembangbiaknya bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi (Salika, 2010 dan Depkes RI, 2010)

5. Jangan sering-sering menggunakan pantyliner. Gunakan pantyliner sesuai dengan kebutuhan artinya ketika mengalami keputihan yang banyak sekali, dan gunakan pantyliner yang tidak berparfum untuk mencegah iritasi, dan sering mengganti pantyliner saat keputihan. (Ika, 2011 dan Salika, 2010)

6. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering mengganti pakaian dalam, paling tidak sehari dua kali di saat mandi, apalagi pada wanita yang aktif dan mudah berkeringat untuk menjaga vagina dari kelembaban yang berlebihan.(Ika, 2011 dan Salika, 2010). Bahan celana dalam yang baik harus


(54)

menyerap keringat, misalnya katun. Hindari memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat kulit jadi susah bernafas dan akhirnya menyebakan daerah kewanitaan menjadi lembab,berkeringat dan mudah menjadi tempat berkembang biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi. Infeksi sering kali terjadi akibat celana dalam yang tidak bersih. Hindari juga menggunakan handuk atau washlap orang lain untuk mengeringkan vagina kita (Ika, 2011)

7. Rambut yang tumbuh disekitar daerah kewanitaanpun perlu diperhatikan kebersihannya, jangan mencabut-cabut rambut tersebut, lubang ini bisa menjadi jalan masuk bakteri, kuman dan jamur,yang dikhawatirkan dapat menimbulkan iritasi dan penyakit. Perawatan rambut didaerah kewanitaan cukup dipendekan dengan gunting atau alat cukur dan busa sabun yang lembut. Rambut di daerah kewanitaan berguna untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik serta menghalangi masuknya benda kecil ke dalam vagina (Salika, 2010)

8. Haid merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah kotor. waktu haid, sering ganti pembalut karena pembalut juga menyimpan bakteri kalau lama tidak diganti, bila dipermukaan pembalut sudah ada segumpal darah haid meskipun sedikit,sebaiknya segera mengganti pembalut. Gumpalan darah haid yang ada di permukaan pembalut menjadi tempat sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur (Depkes RI, 2007), oleh karena itu gantilah pembalut setiap kali terasa basah atau sekitar tiga jam sekali. Pembalut ini perlu diganti sekitar 4 sampai 5 kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak pada pembalut tersebut kedalam vagina (Baradero, 2007).


(55)

2.4Pengetahuan

2.4.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)

Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng .Proses adopsi perilaku menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2005), sebelum seseorang mengadopsi sesuatu, di dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan yaitu:

1. Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus. 2. Interest (tertarik), individu mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Pada tahap ini subjek memiliki sikap yang lebih baik.

4. Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,sikap dan kesadarannya terhadap stimulus


(56)

2.4.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan (recall) dan kemampuan intelektual. Ada 6 tingkatan pengetahuan yakni tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Notoadmodjo, 2005)

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, adanya prinsip terhadap obyek yang dipelajari

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.


(57)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu justifikasi atau penelitian terhadap suatu kriteria-kriteria yang ada

2.4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan 1. Pendidikan

Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga yang dapat meningkatkan kualitas hidup, sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat melakukannya (Notoatmojo, 2003)

2. Sumber Informasi

Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu keseluruhan makna yang menunjang pesan atau amanat. Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri. Informasi kesehatan biasanya berasal dari petugas kesehatan atau instansi pemerintah atau media massa. Pada umumnya petugas kesehatan melakukan


(58)

pendekatan dengan ceramah atau penyuluhan kesehatan, sedangkan melalui media massa dapat berupa elektronik seperti televisi, radio, dan lain-lain. Adapapun media cetak seperti majalah, koran, buku, dan lain-lain. Sumber informasi kesehatan yang tepat mempunyai peran besar dalam meningkatkan pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2.5Sikap

2.5.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek ,baik yag bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari sikap yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu. Tingkatan sikap adalah menerima, merespons, menghargai dan bertanggung jawab. Dalam bagian lain Allport yang dikutip Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok.

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep, terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecendrungan untuk bertindak.

2.5.2 Tingkatan Sikap

Tingkatan sikap dapat dibagi menjadi empat yaitu menerima (receiving) yang berarti subjek mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan objek, merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan


(59)

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, yang ketiga adalah menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah, dan yang paling penting adalah bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Notoatmodjo,2003).

2.5.3 Ciri-Ciri Sikap

Menurut Azwar (2005) ada 5 ciri-ciri sikap yaitu :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini perkembangannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. 2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat

berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.


(60)

2.5.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2005) ada beberapa faktor yang memengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain :

1. Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghargai konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut. 3. Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media massa dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhui oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruhui terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem


(61)

kepercayaan, tidak mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut memengaruhi sikap.

6. Faktor emosional, kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyalah frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme petahanan ego, dapat diperteguh atau dirubah. Dalam psikologi sosial, sikap adalah kecenderungan individu yang dapat ditentukan dari cara-cara berbuat (Notoatmodjo, 2003).

2.6 Tindakan

2.6.1 Pengertian Tindakan

Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo,2003)

2.6.2 Tingkatan Tindakan

Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.


(62)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secar otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (Adoption)

Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2.6.3Faktor-faktor yang Memengaruhi Tindakan Vulva Hygiene

1. Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan adalah hasil “tahu”, ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni :indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan remaja yang baik mengenai kesehatan reproduksi khususnya organ reproduksi ekternal yaitu vulva, berpengaruh terhadap pemeliharaan kebersihan vulva itu sendiri terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hani Handayani menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan perilaku kebersihan organ genetalia eksternal. Penelitian dari Yuliana, 2010 dengan judul Hubungan tingkat pengetahuan tentang menstruasi terhadap perilaku hygiene menstruasi remaja putri SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa


(63)

terdapat hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan perilaku hygiene menstruasi dengan nilai p=0,000 (p<0,05).

2. Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek ,baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, sikap juga berpengaruh terhadap perilaku terlihat dari Penelitian yang dilakukan handayani Tahun 2011 terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku tentang kebersihan organ genetalia ekterna (p=0,017).

2.7 Landasan Teori

Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. Lawrence Green seperti dikutip Notoatmojo (2003) menyatakan, terdapat 3 faktor yang mendasari perilaku remaja yaitu presdiposing, enabling, dan reinforcing.

Faktor predisposing meliputi pengetahuan dan sikap remaja yang merupakan kognitif domain yang mendasari terbentuknya perilaku baru. Hal lain dari faktor ini adalah tradisi, kepercayaan, sistem nilai, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi. Faktor enabling mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan, berupa peraturan prosedur tetap dan kesempatan pemberian informasi. Sedangkan faktor reinforcing adalah dukungan keluarga, dan informasi. Dalam penelitian ini, dipakai salah satu faktor dari ketiga faktor tersebut yang mempengaruhi remaja untuk melakukan vulva hygiene, yaitu predisposing terdiri dari


(64)

pengetahuan dan sikap. Model Teori Perilaku menurut Lawrence Green (1980) sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Teori Teori Lawrance Green (Notoadmodjo, 2003)

2.8 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian Sikap Vulva Hygiene

Pengetahuan Vulva Hygiene

PH Organ Genetalia Internal

Tindakan Vulva Hygiene Faktor Enabling

- Ketersediaan fasilitas, Sarana /Prasana Faktor Reinforcing - Dukungan keluarga - Informasi

Tindakan Vulva Hygiene Faktor Predisposing

- Pengetahuan - Sikap

PH Organ Genital Interna


(65)

Berdasarkan gambar diatas, yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan vulva hygiene sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah pH organ genetalia internal.


(66)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pengetahuan, sikap, dan tindakan vulva hygiene siswi terhadap pH organ genetalia internal, dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan (sekali waktu) pada data variabel independen dan dependen (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Tiga Panah. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Desember 2012 hingga April 2013.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi di SMAN 1 Tiga Panah yaitu sebanyak 340 siswi

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan digunakan untuk penelitian. Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti baik berupa tenaga, waktu, maupun biaya maka peneliti menggunakan rumus Lemeshow, dkk (1997), Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

1. Terdapat 60,6% siswi di SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo yang mengalami pH organ genetalia internalnya tidak normal, karena pengetahuan dan tindakan vulva hygiene kurang

2. Tidak Terdapat hubungan antara sikap tentang vulva hygiene dengan pH organ genetalia internal, karena meskipun siswa memiliki sikap yang baik mengenai vulva hygiene tetapi masih banyak yang mengalami pH organ genetalia internal tidak normal. Hal ini dikarenakan sikap yang baik tidak didukung dengan pengetahuan yang baik tentang vulva hygiene.

3. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan tindakan vulva hygiene dengan pH organ genetalia internal.

4. Terdapat pengaruh pengetahuan dan tindakan vulva hygiene secara langsung terhadap pH organ genetalia internal. Semakin baik pengetahuan dan tindakan

vulva hygiene maka akan menurukan resiko siswi mengalami pH organ genetalia internal tidak normal.

6.2 Saran

1. Bagi Instansi SMAN 1 Tiga Panah perlu memberikan penyuluhan kesehatan reproduksi yang bekerjasama dengan petugas kesehatan sehingga pengetahuan siswi tentang kesehatan reproduksi semakin meningkat dalam hal ini


(2)

terkhususnya peningkatan pengetahuan siswi tentang vulva hygiene. Melaksanakan program seperti program PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) untuk meningkatkan pengetahuan siswa.

2. Bagi siswi SMAN 1 Tiga Panah agar dapat melakukan kebiasaan yang baik dalam menjaga higienitas organ reproduksi mereka untuk mempertahankan pH organ genetalia internal tetap normal


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M (2009), Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara

Ardani, Maya. 2010. Perilaku Remaja Putri dalam Perawatan Kebersihan Alat Kelamin pada Saat Menstruasi di SMP Negeri 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2010. Skripsi, Medan: FKM USU

Aryani, R. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika

Baradero, M (2007) Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan seksualitas, Jakarta : EGC.

Boyke, 2009. Jangan Sepelekan Keputikan. Available at http://dokter-us/jangan-sepelekan-keputihan-drboyke-dian-nugraha,sopg/.

Depkes RI. 2003. Asuhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja. Jakarta: Buletin Departemen Kesehatan RI

Departemen Kesehatan RI. 2007. Remaja Sehat Why Not? Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

__________________, 2010 Kesehatan Remaja. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Derek. 2005. Setiap Wanita. Jakarta : Deltapratasa

Elistiawaty. 2006. 75% Wanita RI Alami Keputihan. http://www.detiknews.com/ index.php/detik.

Kissanti, A. (2009). Kesehatan & Kecantikan. Jakarta. Araska Printika.

Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : salemba Medika

Handayani, 2011. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja Puteri Tentang Kebersihan Organ Genetalia Ekterna di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan. Skripsi : Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hidayat, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan: Cetakan Pertama. Surabaya : Health Books Publishing


(4)

Hurlock, E.B. 2003. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga.

Ida, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

Ika. 2011. Tips Merawat Kebersihan dan Kesehatan Vagina. Jakarta: Majalah Aulia Ikke Handayani A. 2003. Gambaran Perilaku Menjaga Kebersihan Alat Reproduksi

dan Faktor-faktor yang Berhubungan pada Siswa SLTP di Jakarta Timur, Jakarta : Skripsi.

Kasdu. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta. Kesehatan Wanita

Maghfiroh, K., 2010. Hubungan Pengetahuan tentang Keputihan dengan Penanganan Keputihan pada Siswi Pondok Pesantren Darul Hasanah Kali Kondang Demak 2010. DIII Kebidanan : Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS). Karya Tulis Ilmiah.

Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus, FKUI, Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gde. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC. Jakarta

Melati, Rika, 2011. Hubungan antara Pengetahuan dan Keterampilan Vulva Higiene dengan Kejadian Keputihan pada Ibu Rumah Tangga (Studi di Desa Sawahjoho Warung Sembatang). Semarang : Skripsi Ilmu Keperawatan, Telogerojo.

Mubarak Wahit & Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC.

Nilna. 2009. Higiene Menstruasi. Dibuka pada webside http://inioke.com/index. php?mod=konten&id=437, diakses 12 Desember 2012

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta

_________________ 2003. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT.Rineka Cipta. Jakarta

_________________ 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT.Rineka Cipta. Jakarta


(5)

Oktaviyati, Namira. 2012. Hubungan Pengetahuan Mengenai Kebersihan Genetalia Eksterna dengan Kejadian Keputihan pada Mahasiswi Fakultas MIPA UNS. Surakarta : Fakultas Kedokteran.

Papalia, old. 2001. Perkembangan Pada Remaja. Jakarta : Rineka Cipta

Peer & Potter. 2000. Keterampilan dan Prosedur Dasar Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC.

Proverawati, A. 2009. Menerche Menstruasi Pertama Penuh Makna Yogyakarta : Nuha Medika

Ratna DP. Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan. Jakarta: Indeks, 2010

R.E Wijayanti, Koekoeh Hardijito, Siti Yuliana. 2011. Gambaran Cara-cara Penanganan Keputihan yang Dilakukan oleh Remaja Putri Usia 16-18 Tahun di MAN 3 Kediri. Malang : Jurnal Kesehatan Suara Folikes.

Riyanto Agus, 2009, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta

Riwidikdo, Handoko, 2009, Statistik Kesehatan, Mitra Cendika Press, Yogyakarta. Rumyani. 2011. Hubungan Personal Hygiene dengan Kebijakan Keputihan pada

Remaja Putri di SMK Muhammadiyah Kebumen. Kebumen.

Salika. 2010. Serba-serbi Kesehatan Perempuan, Apa yang Perlu Kamu Tahu tentang Tubuhmu. Jakarta: Bukune

Sari. 2010. Hubungan Perilaku Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Negeri 1 Loceret. Seamragn : FK Undip.

Sarwono, S.W. 2006. Psikologi Remaja, Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada Siswono, A. 2001. Merawat Organ Reproduksi Cewem. Online.

Avalable:http://www.gizi.net/cgi.bin/berits/lsin/indek.shtml.

Sofyan. 2006. Majalah Obstetri Ginekologi. Volume 27. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Sukarti, 2005. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri di Desa Winong Kecamatan Penawangan Kabupaten Groban. Semarang : FKM Muhammadiyah.


(6)

Susi (2009). Faktor Penyebab Keputihan.

Sutistianingsih, Rizka. 2011. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Wanita Usia Subur tentang Keputihan Fisiologis dan Patologis di Lapas Wanita Kelas IIA. Semarang : KTI Kebidanan Universitas Muhammadiyah. Trijatmo Rachihadhi. 2009. Anatomi Alat Reproduksi. Jakarta, PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Widyastuti Y. 2009. Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya

Wijayanti, Daru (2009). Fakta Penting Kesehatan Reproduksi Wanita. Book Marks. Jakarta.

Wiknjosastro H. 2007. Anatomi Panggul dan Isinya. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

WHO, 2002. Program Kesehatan Remaja Putri.

Yanti. 2011. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama

Yoseph. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (Obgyn). Yogyakarta : Nuha Medika.


Dokumen yang terkait

Hubungan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna dengan Jenis Keputihan pada Ibu Hamil Usia Gestasi 11-24 Minggu di RS Medirossa Cikarang Periode April-Juni 2013

0 30 76

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Ekstena di SMAN 90 Jakarta

3 18 125

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Ekstena di SMAN 90 Jakarta

1 6 125

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Feminine Hygiene Terhadap Insidensi Leukorrhoea Pada Siswi-Siswi Kelas XII Di Sebuah SMAN Kota Subang.

11 33 33

PENGARUH SIKAP PENGETAHUAN DAN PRAKTIK VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 01 MAYONG JEPARA

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja - Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Vulva Hygiene terhadap pH Organ Genitalia Internal pada Siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013

0 0 35

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Vulva Hygiene terhadap pH Organ Genitalia Internal pada Siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013

0 0 10

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Vulva Hygiene terhadap pH Organ Genitalia Internal pada Siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013

0 1 18

IDENTIFIKASI PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DALAM VULVA HYGIENE PADA SISWI KELAS 1 SMAN 8 SURABAYA

1 1 16

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG VULVA HYGIENE TERHADAP PERILAKU MELAKUKAN VULVA HYGIENE PADA SISWI KELAS XI IPS DI SMAN 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2009 Nur Riza Alfiah ² , Diah Puspitha Rini ³ INTISARI

0 1 11