BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia serta masyarakat yang terjun ke pasar modal. Pasar modal berfungsi sebagai mediator yang mempertemukan pihak yang mempunyai
kelebihan dana investor dengan pihak yang membutuhkan dana emiten untuk melakukan aktivitas perdagangan. Investor menentukan dan memilih pada
perusahaan mana mereka akan menanamkan dananya dengan harapan memperoleh return yang optimal, sedangkan perusahaan yang memperoleh
tambahan dana dari investor menggunakan tambahan dana tersebut untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehingga laba perusahaan dapat
meningkat. Peningkatan laba tersebut akan meningkatkan return yang diberikan perusahaan kepada investor, sehingga kesejahteraan perusahaan dan investor
dapat tercapai. Dalam membuat suatu keputusan untuk memilih portofolio investasi yang
menguntungkan, para investor memerlukan informasi. Informasi menjadi pertimbangan bagi investor untuk melakukan atau tidak melakukan keputusan
penanaman modal serta mengurangi resiko dan ketidakpastian dari investasi tersebut. Salah satu informasi yang tersedia di pasar modal adalah pengumuman
pemecahan saham stock split.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Susiyanto 2004 dalam Hamzah 2006: 24, stock split merupakan salah satu bentuk aksi korporasi untuk meningkatkan jumlah saham
yang beredar dengan cara memecah nilai nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil berdasarkan rasio stock split yang ditentukan, dimana perubahan
nilai tersebut hanya mengakibatkan penambahan jumlah lembar saham, tetapi tidak mengubah jumlah modal ditempatkan dan modal disetor atau tidak akan
mengurangi atau menambah nilai investasi dari pemegang saham atau investor. Ketika selembar saham dipecah menjadi n lembar saham, maka nilai nominal per
lembar saham baru menjadi 1nnilai nominal saham sebelum pemecahan saham. Dengan demikian, nilai ekuitas perusahaan tetap atau tidak berubah, dengan kata
lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis. Oleh karena itu, stock split sebenarnya hanya suatu kosmetika saham agar saham terlihat lebih menarik bagi
investor. Namun, pada kenyataannya masih terdapat beberapa perusahaan yangtetap melakukan aktivitas stock split. Hal ini mengindikasikan dan
membuktikan bahwa stock split merupakan alat yang penting dalam praktek pasar modal.
Jumlah perusahaan yang melakukan pemecahan saham stock split dari tahun 2009-2013 di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1 Jumlah Emiten yang Melakukan
Stock Split di BEI Tahun 2009-2013
Tahun Stock Split
2009 2
2010 6
2011 11
2012 13
2013 11
Jumlah 43
Sumber: www.idx.co.id
data diolah
Universitas Sumatera Utara
Keputusan perusahaan melakukan stock splitumumnya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi minat investor
untuk membeli saham tersebut.Harga saham yang cenderung lebih rendah setelah terjadinya stock splitakan menyebabkan investor tertarik untuk membeli saham
sehingga akan meningkatkan volume perdagangan saham. Para ahli keuangan yakin bahwa suatu saham memiliki kisaran rentang optimal, dimana jika harga
saham perusahaan berada pada rentang tersebut maka nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. Cara yang digunakan emiten untuk mempertahankan saham
yang dimiliki agar berada pada rentang perdagangan yang optimal optimal trading range dan menjadikan saham lebih likuid adalah dengan stock split.
Teori yang mendasari keputusan pemecahan saham oleh perusahaan antara lain
signaling theory dantrading range theory. Berdasarkan
signalingtheory,peristiwa pemecahan saham dipandang sebagai sinyal positif karena manajer perusahaan ingin menginformasikan prospek masa depan yang
baik dari perusahaan kepada publik. Alasan sinyal yang positif ini didukung dengan kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split merupakan
perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Menurut Copeland 1979 dalam Jogiyanto2003:419, stock split mengandung biaya yang harus ditanggung, oleh
karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya tersebut dan sebagai akibatnya pasar bereaksi positif terhadap
stock split. Pemecahan saham yang dilakukan perusahaan diinterpretasikan oleh investor sebagai sinyal yang menguntungkan dimana hal tersebut ditunjukkan
dengan adanya abnormal return yang positif di sekitar pengumuman stock split.
Universitas Sumatera Utara
Apabila pengumuman stock split mengandung informasi maka pasar akan bereaksi setelah pengumuman tersebut diterima. Reaksi pasar ini tercermin dari
harga pasar yang berubah-ubah, hal ini disebabkan karena pasar memproses pengumuman yang masuk dan akan mengevaluasi kandungan informasi yang
terdapat pada pengumuman tersebut. Reaksi ini dapat diukur dengan adanya abnormal return, yaitu return yang diperoleh atas suatu sekuritas di luar dari
return yang diharapkan para investor pada tingkat resiko tertentu Firmansyah dan Evony, 2007:251. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya abnormal return
yang positif, artinya terjadi kenaikan harga saham perusahaan yang dapat meningkatkan return bagi pemegang saham. Apabila pasar bereaksi negatif maka
abnormal return bernilai negatif,artinya terjadi penurunan harga saham Almilia dan Emanuel, 2005:3.
Trading range theorymenyatakan bahwa stock split dapat meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Copeland 1979 dalam Rohana et al.2003: 611
menyatakan bahwa alasan dilakukannya pemecahan saham berkaitan dengan likuiditas perdagangan saham adalah untuk mencapai optimal range harga saham
sehingga dapat menciptakan pasar yang lebih luas. Pemecahan saham akanmembawa harga sahampada tingkat yang lebih rendah dandiyakini mampu
menarik para investor untuk membeli saham sehingga membuat saham tersebut lebih aktif diperdagangkan di pasar modal. Likuiditas saham dapat dicerminkan
oleh volume perdagangan saham yang diukur dengan Trading Volume Activity TVA. Apabila semakin banyak jumlah saham yang diperjual-belikan,
Universitas Sumatera Utara
makavolume perdagangan saham akan meningkat sehingga membuat saham tersebut semakin likuid.
Berikut ini adalah rata-rata abnormal returndan trading volume activitysaham sebelum dan sesudah stock split yang diwakili oleh perusahaan
sampel yang melakukan stock split pada tahun 2012:
Tabel 1.2 Rata-rata
Abnormal Returndan Trading Volume ActivitySebelum dan Sesudah
Stock Split Tahun 2012
No Kode Saham
Nama Perusahaan
Rata-rata Abnormal
Return Sebelum
Stock Split Rata-rata
Abnormal Return
SesudahSt ock Split
Rata-rata TVA
Sebelum Stock
Split Rata-rata
TVA Sesudah
Stock Split
1. PTRO
Petrosea Tbk 0,01388
-0,02051 0,00173
0,00522 2.
ASII Astra
Internasional Tbk
0,00059 -0,00144
0,00099 0,00093
3. IMAS
Indomobil Sukses
Internasional Tbk
-0,00887 -0,00784
0,00077 0,00098
4. IDKM
Indosiar Karya Media
Tbk -0,00019
-0,01925 0,0004
0,00032
5. KLBF
Kalbe Farma Tbk
0,01285 0,00368
0,00116 0,0006
6. SCMA
Surya Citra Media Tbk
-0,00228 0,00369
0,00007 0,00018
7. ACES
Ace Hardware
Indonesia Tbk
0,00576 -0,00315
0,00029 0,00056
8. BRNA
Berlina Tbk -0,00095
0,01285 0,00411
0,00256 Ket: Rata-rata abnormal return, TVA saham sebelum stock split = rata-rata dari
abnormal return, TVA saham 7 hari sebelum stock split Rata-rata abnormal return, TVA saham sesudah stock split = rata-rata dari
abnormal return, TVA saham 7 hari sesudah stock split Sumber:
www.finance.yahoo.com data diolah
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan adanya kenaikan dan penurunan abnormal return maupun trading volume
activitysebelum dan sesudah stock split. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa terdapat 3 emiten yang mengalami peningkatan rata-rata abnormal return saham, yaitu
IMAS, SCMA dan BRNA dan terdapat sebanyak 5 emiten yang mengalami penurunan rata-rata abnormal return saham sesudahstock split, yaitu PTRO, ASII,
IDKM, KLBF dan ACES. Penurunan rata-rata abnormal returnyang sangat drastis terjadi pada saham IDKM, yaitu sebesar -10031 dari -0,00019 sebelum
stock split menjadi -0,01925 sesudahstock split.Hal ini menunjukkan bahwa stock split tidak diterima sebagai good news, tetapi sebagai bad news bagi investor
sehingga secara empiris belum sesuai dengan signaling theory. Berdasarkan Tabel 1.2 juga dapat diketahui adanya peningkatan rata-rata TVA terhadap 4 emiten,
yaitu PTRO, IMAS, SCMA dan ACES. Namun demikian terdapat juga sebanyak 4 emiten yang mengalami penurunan rata-rata TVA sesudahstock split, yaitu
ASII, IDKM, KLBF dan BRNA dimana KLBF mengalami penurunan rata-rata TVA saham paling besar, yaitu -50,9 dari 0,00116 sebelum stock split menjadi
0,00057 sesudah stock split. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan stock split untuk menjadikansaham semakin likuid tidak tercapai sehingga belum sesuai dengan
trading range theory. Peristiwa stock splitmerupakan suatu fenomena yang masih diperdebatkan
dan menjadi teka-teki di bidang ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya fenomena gap dimana terdapat perbedaan antara teori dengan kenyataan. Secara
teoritis, stock split hanya menambah jumlah saham yang beredar, tidak menambah
Universitas Sumatera Utara
kesejahteraan pemegang saham dan tidak memberikan tambahan nilai ekonomis bagi perusahaan. Tetapi beberapa bukti empiris menunjukkan bahwa pasar
memberikan reaksi terhadap pengumuman stock split, bahkan beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai pengaruhdari
pemecahan saham. Penelitian yang dilakukan oleh Mc. Nichols dan David dalam Kurniawati,
2003: 267 menyimpulkan bahwa semakin rendah harga saham, maka hal tersebut menimbulkan bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan akibat
melakukan aktivitas split. Aktivitas stock split yang dilakukan oleh perusahaan ini akan diinterpretasikan oleh investor sebagai sinyal bahwa manajer memiliki
informasi yang menguntungkan dimana hal tersebut ditunjukkan dengan adanya abnormal return di sekitar pengumuman stock split.Kesimpulan ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Farinha dan Nuno 2006 di pasar modal Portugis. Hasil penelitian menemukan adanyaperbedaan abnormal return yang signifikan di
sekitar tanggal pengumuman stock split. Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan olehUtami
et al. 2009. Penelitian yang mengambil sampel perusahaan manufaktur di BEI yang melakukan stock split pada tahun 2007-2009 ini membuktikan bahwa tidak
terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh
Sutrisnoet al. 2000 terhadap perusahaan di Bursa Efek Jakarta yang melakukan kebijakan stock split selama tahun 1995 sampai dengan 1997. Penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
memberikan hasil bahwa tidak terdapat abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split.
Penelitian tentang tujuan pemecahan saham untuk meningkatkan likuiditas yang diproksi pada volume perdagangan saham TVA telah dilakukan oleh
beberapa peneliti dan menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan oleh Tanjung 2007 terhadap perusahaan yang terdaftar di BEJ
tahun 2000-2003 berhasil membuktikan adanya perbedaan volume perdagangan saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split. Hasil yang sama juga
ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Sutrisnoet al. 2000. Sementara itu hasil yang berbeda diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati
2003 pada perusahaan yang melakukan stock split periode Juni 1994 sampai Juni 1997 di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa volume
perdagangan saham tidak mengalami perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah pemecahan saham.
Adanya fenomena gap dan perbedaan hasil dari beberapa penelitian research gap tentang perbedaan abnormal returndan trading volume
activity,maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang peristiwa stock split. Mengingat setiap tahunnya tidak banyak perusahaan yang melakukan stock
split, maka penelitian ini mengambil sampel perusahaan go public di BEIyang melakukan stock splitdengan periode yang lebih panjang dibandingkan penelitian-
penelitian sebelumnya, yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian
dengan judul:
Universitas Sumatera Utara
“Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity TVA
Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Studi Kasus pada Perusahaan Go
Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013”.
1.2 Perumusan Masalah