“Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity TVA
Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Studi Kasus pada Perusahaan Go
Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Apakah terdapat perbedaan abnormal returnsaham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split?
b. Apakah terdapat perbedaan trading volume activitysaham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui dan menganalisis perbedaaan abnormal returnsaham sebelum dan
sesudah stock split. b. Mengetahui
dan menganalisis perbedaan trading volume
activitysahamsebelum dan sesudah stock split.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, khususnya pihak-pihak yang terlibat di pasar modal. Pihak-pihak yang dimaksud
adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Bagi investor dan calon investor, sebagai bahan pertimbangan dan informasi tambahan dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada perusahaan yang
melakukan pemecahan saham. b. Bagi emiten atau perusahaan, sebagai sumber informasi tentang dampak
pemecahan saham sehingga dapat digunakan sebagai dasar penentuan kebijakan perusahaan selanjutnya.
c. Bagi penulis, penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan mengenai stock splitdan implikasinya terhadap pasar saham.
d. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan pemecahan saham.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pasar Modal
Pada dasarnya, pasar modal capital market merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik
dalam bentuk utang, ekuitas saham, instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun
institusi lain misalnya pemerintah dan sarana bagi kegiatan investasi. Dengan demikian pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual
beli dan kegiatan terkait lainnya. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus: fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar
menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana yaitu investor dan pihak yang memerlukan
dana yaitu issuer, pihak yang menerbitkan efek atau emiten. Dengan adanya pasar modal, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan
dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil return, sedangkan pihak issuer dalam hal ini perusahaan dapat memanfaatkan dana tersebut untuk
kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena
Universitas Sumatera Utara
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik inve stasi yang dipilihDarmadji dan Hendy,
2006:1.
2.1.2 Pasar Modal yang Efisien
Tandelilin 2001: 112 menyatakan bahwa pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua
informasi yang tersedia. Hal tersebut menyiratkan adanya suatu proses penyesuaian harga sekuritas menuju harga keseimbangan yang baru, sebagai
respons atas informasi baru yang masuk ke pasar. Fama 1970 dalam Tandelilin 2001: 114-115 mengklasifikasikan bentuk
pasar yang efisien ke dalam tiga Efficient Market Hypothesis EMH, yaitu: 1. Efisiensi dalam bentuk lemah weak form
Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu historis akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Oleh karena itu,
informasi historis tersebut seperti harga dan volume perdagangan di masa lalu tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang
datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa memprediksi nilai pasar saham di masa datang dengan
menggunakan data historis, seperti yang dilakukan dalam analisis teknikal. 2. Efisien dalam bentuk setengah kuat semistrong
Efisiensi dalam bentuk setengah kuat merupakan bentuk efisiensi pasar yang lebih komprehensif karena dalam bentuk ini harga saham di samping dipengaruhi
oleh data pasar harga saham dan volume perdagangan masa lalu, juga
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh semua informasi yang dipublikasikan seperti earning, dividen, pengumuman stock split, penerbitan saham baru, dan kesulitan keuangan yang
dialami perusahaan. Pada pasar yang efisien dalam bentuk setengah kuat ini, investor tidak dapat berharap mendapatkan abnormal returnjika strategi
perdagangan yang dilakukan hanya didasari oleh informasi yang telah dipublikasikan.
3. Efisien dalam bentuk kuat strong form Pasar efisien dalam bentuk kuat, semua informasi baik yang terpublikasi atau
tidak dipublikasikan, sudah tercermin dalam harga sekuritas saat ini. Dalam bentuk efisien kuat seperti ini tidak akan ada seorang investor yang bisa
memperoleh abnormal return. Pada tahun 1991, Fama mengemukakan penyempurnaan atas klasifikasi
efisiensi pasar tersebut. Efisiensi bentuk lemah disempurnakan menjadi suatu klasifikasi yang lebih bersifat umum untuk menguji prediktabilitas return return
predictability. Pada klasifikasi ini, informasi mengenai pola return sekuritas tidak dapat digunakan untuk memperolehabnormal return. Sedangkan efisiensi
bentuk setengah kuat dan efisiensi bentuk kuat diubah menjadi event studies, dan pengujian efisiensi pasar dalam bentuk kuat disebut sebagai pengujian private
information.
2.1.3 Pemecahan Saham Stock Split
2.1.3.1 Pengertian Pemecahan Saham
Pemecahan saham stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham, harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1n
Universitas Sumatera Utara
dari harga sebelumnya Jogiyanto, 2003: 415. Menurut Sartono 2001: 297, stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang
lebih kecil, dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham. Menurut Szewezyk dan
Tsetsekos dalam Latifah, 2008: 53 stock split adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manajer perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap
jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor.Split factor merupakan perbandingan jumlah saham yang beredar
sebelum dilakukansplit dengan jumlah saham yang beredar setelah split. Dampak stock split bagi pemegang saham diungkapkan oleh Darmadji dan Hendy
2006: 184 yaitu jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham menjadi bertambah banyak dengan nilai nominal per saham yang lebih kecil, tetapi
bersamaan dengan itu harga saham secara teoritis akan turun secara proporsional. Secara keseluruhan, nilai kapitalisasi saham tersebut tidak mengalami perubahan.
Dengan adanya pemecahan saham, pemegang saham harus menukarkan sahamnya terlebih dahulu dengan saham baru hasil pemecahan saham agar dapat
diperdagangkan di bursa. Pada saat dimulainya perdagangan saham dengan nilai nominal yang baru, maka harga saham tersebut di bursa akan dikoreksi sesuai
dengan rasio dari pemecahan saham atas dasar harga terakhir perdagangan dengan nilai nominal yang lama. Misalnya, suatu saham nilai nominalnya dipecah dari
Rp. 500 menjadi Rp. 100 dan harga terakhir perdagangan saham tersebut dengan nominal lama adalah Rp. 750, maka harga pembukaan pada perdagangan dengan
nominal baru adalah:
Universitas Sumatera Utara
100500 x Rp. 750 = Rp. 150
2.1.3.2 Tujuan Pemecahan Saham
Tujuan pemecahan saham Ahmad, 2004: 196 adalah: 1. Menurunkan harga saham, sehingga menarik pembeli atau investor.
2. Diharapkan harga akan meningkat. 3. Menguntungkan bagi investor, jika dividen yang dibayar lebih besar.
Menurut Halim 2005: 97, tujuan perusahaan melakukan pemecahan saham adalah untuk menjaga harga pasar saham agar tidak terlalu tinggi sehingga
sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak diperdagangkan.
2.1.3.3 Teori Pemecahan Saham
Motivasi perusahaan dalam melakukan stock splitsejalan dengan teori-teori berikut Mason, Helen dan Roger dalam Rohana et al., 2003: 603-604:
a. Signaling Theory
Teori ini menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari
perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah
perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja yang baik. Jadi jika pasar bereaksi terhadap pengumuman stock split, reaksi ini karena pasar mengetahui prospek
masa depan perusahaan yang bersangkutan. Copeland 1979 menyatakan bahwa stock split yang dilakukan oleh emiten
mengandung biaya yang harus ditanggung, maka hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya tersebut dan
Universitas Sumatera Utara
sebagai akibatnya pasar bereaksi positif. Sebaliknya, perusahaan yang tidak mempunyai prospek yang baik yang mencoba memberikan sinyal tidak valid
melalui stock split tidak akan mampu menanggung biaya tersebut, sehingga bukannya stock split akan meningkatkan harga sekuritas tetapi akan
menurunkannya jika pasar cukup canggih untuk mengetahuinya. b.
Trading Range Theory Teori ini menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split didorong oleh
perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah
karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjual-belikannya yang
pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. McGough 1993: 59 mengemukakan bahwa manfaat yang diperoleh dari
stock split adalah penurunan harga saham yang selanjutnya menambah daya tarik untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham menjadi lebih likuid
untuk diperdagangkan dan mengubah investor odd lot menjadi investor round lot. Investor odd lot adalah investor yang membeli saham di bawah 500 lembar 1 lot,
sedangkan investor round lot adalah investor yang membeli saham minimal 500 lembar 1 lot.
2.1.3.4 Jenis Pemecahan Saham
Menurut Samsul 2006: 190 ada dua jenis pemecahan sahamyang dapat dilakukan, yaitu:
a. Pemecahan saham naik split up atau stock split
Universitas Sumatera Utara
Tindakan split up akan meningkatkan jumlah saham beredar dan menurunkan harga saham di pasar sehingga terjangkau oleh para investor. Split up juga dapat
membuat likuiditas perdagangan meningkat dan pada gilirannya dapat meningkatkan
image saham perusahaan sebagai saham yang likuid
diperdagangkan. Split 1:2 berarti satu saham lama ditarik dari peredaran dan diganti dengan 2 saham baru tetapi nominal saham baru itu lebih kecil, yaitu ½
dari nominal sebelumnya. Tindakan split up hanya akan menaikkan jumlah saham dan menurunkan nominal saham, tetapi tidak mengubah total modal disetor
dan total ekuitas. b. Pemecahan saham turun split down atau reverse split
Split down atau reverse splitadalah tindakan menurunkan jumlah saham beredar. Tujuan split down adalah untuk meningkatkan harga saham di pasar agar
image perusahaan meningkat. Split down dilakukan dengan menarik kembali sejumlah saham yang beredar dan diganti dengan saham baru yang nominalnya
lebih tinggi, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas.Split 5:1 berarti 5 saham lama diganti dengan satu saham baru.
McGough 1993: 58 mengatakan bahwa pasar modal Amerika yang diwakili oleh New York Stock Exchange NYSE juga mengatur kebijakan mengenai stock split.
NYSE membedakan stock split menjadi dua, yaitu pemecahan saham sebagian partial stock split dan pemecahan saham penuh full stock split. Partial stock
split adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25 atau lebih tetapi kurang dari 100 dari jumlah saham beredar yang lama. Full stock split adalah
Universitas Sumatera Utara
tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 100 atau lebih dari jumlah saham beredar yang lama.
2.1.4 Abnormal Return
Menurut Jogiyanto 2003: 433, studi peristiwa menganalisis return tidak normal abnormal return dari sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar
pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal returnatau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return
normal merupakan return ekspektasi return yang diharapkan oleh investor. Dengan demikian return tidak normal abnormal return adalah selisih antara
return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi. Formula yang digunakan untuk menghitung abnormal returnJogiyanto,
2003:434 adalah sebagai berikut: AR
i,t
= R
i,t
– E[R
i,t
] Keterangan:
AR
i,t
= abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t R
i,t
= return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t
E[R
i,t
] = return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t Actual return atau return sesungguhnya merupakan return keseluruhan
dari suatu investasi dalam periode tertentu, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
R
i,t =
��,�−��,�−1 ��,�−1
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: R
i,t
= actual return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t P
i,t
= harga saham sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t P
i, t-1
a. Mean-adjusted Model = harga saham sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t-1
Sedangkan expected return atau return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Brown dan Warner 1985 dalam Jogiyanto 2003: 434
mengestimasi return ekspektasi menggunakan beberapa model estimasi sebagai berikut:
Model disesuaikan rata-rata mean-adjusted model menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan return realisasi sebelumnya
selama periode estimasi estimation period, sebagai berikut:
E[R
i,t
] =
∑ Ri,j
�2 � =�1
�
Keterangan: E[R
i,t
] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t R
i,j
b. Market Model = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2
Periode estimasi estimation period merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa event period disebut juga dengan periode
pengamatan atau jendela peristiwa event window.
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar market model dilakukan dengan dua tahap, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data
realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela.
Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS Ordinary Least Square dengan persamaan:
R
i,j
= α
i
+ β
i
. R
Mj
+ ε
i,j
Keterangan: R
i,j
= return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j α
i
= intercept untuk sekuritas ke-i β
i
= koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i R
Mj
= return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung dengan rumus R
Mj
=
IHSG j – IHSG j −1
IHSG j −1
dengan IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan
ε
i,j
c. Market-adjusted Model = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
Model disesuaikan pasar market-adjusted model menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return
indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena
return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. E[R
i,t
] = R Keterangan:
Mt
Universitas Sumatera Utara
E[R
i,t
] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t R
Mt
= return indeks pasar pada periode estimasi ke-t AR
i,t
= R
i,t
- R
Mt
Keterangan: AR
i,t
= abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t R
i,t
= return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t
R
Mt
Volume perdagangan saham merupakan bagian yang diterima dalam analisis teknikal untuk penilaian harga saham. Kegiatan perdagangan dalam
volume yang sangat tinggi di suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik bullish. Peningkatan volume perdagangan diiringi dengan
peningkatan harga merupakan gejala yang makin kuat akan kondisi bullish Meidawati dan Mahendra, 2004: 93.
= return indeks pasar pada periode estimasi ke-t
2.1.5 Trading Volume ActivityTVA
Likuditas saham merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap suatu pengumuman, dimana likuditas saham dapat
dilihat dari volume perdagangan saham. Foster 1986 dalam Suntoro dan Imam 2003: 122 menyatakan bahwa volume perdagangan saham diukur dengan
melihat indikator Trading Volume Activity TVA. Aktivitas perdagangan saham dihitung untuk setiap saham dengan membandingkan antara jumlah saham yang
diperdagangkan dengan jumlah saham yang beredar.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sumiyana 2007 dalam Indarti dan Desti 2011: 58 volume perdagangan merupakan jumlah transaksi yang diperdagangkan pada waktu
tertentu. Volume diperlukan untuk menggerakan harga saham. Naiknya volume perdagangan merupakan kenaikan aktivitas jual beli para investor di bursa.
Semakin meningkat volume penawaran dan permintaan suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa, dan semakin
meningkatnya volume perdagangan saham menunjukkan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat.
2.1.6 Studi Peristiwa Event Study
Studi peristiwa merupakan metodologi yang ditemukan oleh Eugene Fama pada tahun 1969 yang tujuannya mengamati reaksi pasar terhadap suatu peristiwa
atau event yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study berguna untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman, di
samping itu juga berguna untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk mengetahui reaksi
dari suatu pengumuman, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengumuman mengandung informasi information content, maka diharapkan
pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga pada sekuritas yang bersangkutan
Jogiyanto, 2003: 410-411.
Universitas Sumatera Utara
2.2Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pemecahan saham telah banyak dilakukan antara lain penelitian yang dilakukan oleh Rusliati dan Esti 2010 dengan judul “Pemecahan
Saham Terhadap Likuiditas dan Return Saham”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemecahan saham terhadap likuiditas saham yang dilihat
dari perbedaan bid-ask spread dan terhadap return saham yang diukur dengan abnormal return sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan go public tahun
2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bid-ask spread dan abnormal return sahamyang signifikan sebelum dan sesudah
pemecahan saham. Utami et al. 2009 melakukan penelitian dengan judul “Dampak
Pengumuman Stock Split Terhadap Return, Variabilitas Tingkat Keuntungan dan Aktivitas Volume Perdagangan Saham”. Utami et al. melakukan studi pada
perusahaan manufaktur di BEJ yang melakukan stock split pada bulan Mei 1997 sampai akhir tahun 1999. Pengujian terhadap abnormal return menghasilkan
kesimpulan yang sama untuk periode yang diperpanjang 10 hari di sekitar peristiwa dan periode yang diperpendek 3 hari di sekitar peristiwa, yaitu tidak
terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split. Sedangkan untuk pengujian terhadap trading volume activity untuk kedua
periode tersebut juga menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu tidak terdapat perbedaan trading volume activity yang signifikan sebelum dan sesudah stock
split.
Universitas Sumatera Utara
Tanjung 2007 melakukan penelitian dengan judul “Stock Split: Pengujian Terhadap Signaling dan Trading Range pada Bursa Efek Jakarta”. Pengujian
terhadap signaling adalah dengan membandingkan pertumbuhan laba perusahaan yang melakukan pemecahan saham sebelum melakukan pemecahan saham dengan
perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham dan membandingkan peningkatan laba setiap tahun selama empat tahun sebelum pemecahan saham
pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham. Hasil pengujian ini tidak membuktikan adanya signaling. Sedangkan pengujian terhadap trading range
adalah dengan membandingkan harga pasar saham perusahaan yang melakukan pemecahan saham dengan perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham
dan membandingkan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pemecahan saham pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham. Hasil
pengujian ini membuktikan adanya trading range. Farinha dan Nuno 2006 melakukan penelitian dengan judul “Stock Splits:
Real Effects orJust a Question of Maths? An Empirical Analysis of ThePortuguese Case”. Penelitian dilakukan di pasar modal Portugis selama
periode Oktober 1999 sampai dengan Juni 2003. Selama periode ini terdapat sebanyak 26 peristiwa stock split yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan
volume perdagangan, resiko sistematis saham dan earning per share tidak mengalami perbedaan yang signifikan dan terdapat perbedaan abnormal return
yang signifikan di sekitar tanggal pengumuman stock split. Kurniawati 2003 melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham: Studi Empiris pada Non-
Universitas Sumatera Utara
Synchronous Trading”.Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan stock split pada periode Juni 1994 sampai Juni 1997 di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian ini menganalisis kandungan informasi dari pengumuman stock split yang dilihat dari ada tidaknya abnormal return di sekitar tanggal peristiwa dan
menguji reaksi pasar terhadap pengumuman stock split melalui tingkat likuiditas saham yang meliputi resiko sistematis, volume perdagangan dan bid-ask spread
saham.Hasil penelitian menunjukkan bahwa stock split memiliki kandungan informasi sehingga direspon oleh pasar yang ditunjukkan dengan adanya
abnormal return. Pada pengujian likuiditas saham menunjukkan hanya beta saja yang memiliki perbedaan yang signifikan, sedangkan volume perdagangan dan
bid-ask spreadtidak berbeda secara signifikan sebelum dan sesudah stock split. Sutrisno et al. 2000 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Stock
Split Terhadap Likuiditas Saham dan Return Saham di BEJ.” Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang melakukan pemecahan saham pada periode
1996-1997, yaitu sejumlah 15 perusahaan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan varians saham dan abnormal return yang signifikan
sebelum dan sesudah stock split dan terdapat perbedaan harga saham, volume perdagangan saham dan bid-ask spread yang signifikan sebelum dan sesudah
stock split baik ditinjau secara individual maupun sebagai sebuah portofolio. Tabel 2.1 di bawah ini merupakan ringkasan penelitian terdahulu tentang
pemecahan saham.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Tahun
Judul Variabel
Penelitian Teknik
Analisis Hasil
Penelitian 1.
Ellen Rusliati dan
Esti Nur Farida
2010 Pemecahan
Saham Terhadap
Likuiditas dan Return Saham
Variabel Independen:
Stock Split Variabel
Dependen: Bid-Ask Spread
dan
Abnormal return
Paired Sample t-
Test Tidak terdapat
perbedaan bid- ask spread dan
abnormal return
yang signifikan
sebelum dan sesudah stock
split
2. Tiwi
Nurjannati Utami,
Ghozali Maski dan
H.M. Syafe’i
Idrus 2009
Dampak Pengumuman
Stock Split Terhadap
Return, Variabilitas
Tingkat Keuntungan
dan AktivitasVolu
me Perdagangan
Saham Variabel
Independen: Stock Split
Variabel Dependen:
Abnormal return, Variabilitas
Tingkat Keuntungan,
Aktivitas Volume Perdagangan
Paired Sample t-
Test Tidak terdapat
perbedaan abnormal
return, varibilitas
tingkat keuntungan
dan volume perdagangan
saham yang signifikan
sebelum dan sesudah stock
split
3. Abdul
Hafiz Tanjung
2007 Stock Split:
Pengujian Terhadap
Signaling dan Trading Range
pada Bursa Efek Jakarta
Variabel Independen:
Stock Split Variabel
Dependen: Pertumbuhan
Laba, Peningkatan
Laba, Harga Saham, Volume
Perdagangan Saham
Paired Sample t-
Test Terdapat
perbedaan volume
perdagangan saham yang
signifikan sebelum dan
sesudah stock split
4. Jorge
Farinha dan Nuno Filipe
Basilio 2006
Stock Splits: Real Effects or
Just a Question of
Maths? An Empirical
Analysis of The
Portuguese Case
Variabel Independen:
Stock Split Variabel
Dependen: Volume
Perdagangan Saham, Abnormal
Return, Beta Paired
Sampe t- Test
Terdapat perbedaan
abnormal return
yang sangat
signifikan pada saat dan
setelah pengumuman
stock split dan
Universitas Sumatera Utara
No. Peneliti Tahun
Judul Variabel
Penelitian Teknik
Analisis Hasil
Penelitian Saham, EPS
tidak terdapat perbedaan
volume perdagangan,
beta saham dan EPS yang
signifikan
5. Indah
Kurniawati 2003
Analisis Kandungan
Informasi Stock Split dan
Likuiditas Saham: Studi
Empiris pada Non-
Synchronous Trading
Variabel Independen:
Stock Split Variabel
Dependen: Abnormal Return,
Resiko Sistematis Beta, Volume
Perdagangan Saham dan Bid-
ask Spread Paired
Sample t- Test
Terdapat perbedaan beta
saham yang signifikan
sebelum dan sesudah stock
split dan tidak terdapat
perbedaan volume
perdagangan saham dan
bid-ask spread yang
signifikan sebelum dan
sesudah stock split
6. Wang
Sutrisno, Francisca
Yuniartha dan Soffy
Susilowati 2000
Pengaruh Stock Split
Terhadap Likuiditas dan
Return Saham di Bursa Efek
Jakarta Variabel
Independen: Stock Split
Variabel Dependen:
Harga Saham, Volume
Perdagangan Saham,
Bid-Ask Spread, Varians
Saham, Abnormal Return
Paired Sample t-
Test Tidak terdapat
perbedaan varians saham,
abnormal return
yang signifikan
sebelum dan sesudah stock
split dan terdapat
perbedaan harga saham,
volume perdagangan
saham dan bid-ask spread
yang signifikan
sebelum dan sesudah stock
split
Sumber: dari berbagai penelitian
Universitas Sumatera Utara
2.3Kerangka Konseptual
Event study merupakan studi untuk mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa event yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman dan menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman. Peristiwa yang diamati dalam penelitian ini adalah pemecahan saham stock split.
Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga pada sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai
perubahan harga atau abnormal return. Marwata 2001: 154 menyatakan bahwa harga saham yang menjadi lebih rendah setelah stock split menyebabkan
banyaknya transaksi yang akan dilakukan sehingga harga saham sering berubah dan memberikan peluang bagi investor untuk memperoleh abnormal return.
Ketika kebijakan stock split memberikan informasi, pasar diharapkan akan bereaksi pada saat informasi tersebut diterima. Pasar menganggap informasi
tersebut merupakan berita baik good news ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang positif, artinya terjadi kenaikan harga saham perusahaan yang dapat
meningkatkan return bagi pemegang saham. Jika pasar menganggap bahwa informasi tersebut merupakan berita buruk bad news maka abnormal return
bernilai negatif, artinya terjadi penurunan harga saham Almilia dan Emanuel, 2005: 3.
Selain menggunakan abnormal return, reaksi pasar juga dapat dilihat dari perubahan volume perdagangan saham yang diukur dengan menggunakan
Trading VolumeActivityTVA.Survei yang dilakukan oleh Baker dan Gallagher 1980 dan Rozef 1998 dalam Rohana et al. 2003: 604 menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
manajer cenderung menyebutkan alasan likuditas sebagai motivasi aktivitas stock split. Ikenberry et al. 1996 menyatakan bahwa stock split mengakibatkan
terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Dengan adanya stock split, harga saham akan menjadi lebih rendah sehingga akan menarik
investor untuk memiliki saham tersebut. Menurut Copeland 1979, semakin banyak investor yang melakukan transaksi terhadap saham tersebut maka volume
perdagangan saham akan meningkat sehingga saham semakin likuid. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan
sebelumnya, maka dapat disusun model kerangka konseptual yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empirisSuryabrata, 2006:21. Berdasarkan
perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Abnormal Return Sebelum Stock Split
Trading Volume Activity TVA
Sebelum Stock Split Trading Volume
Activity TVA Sebelum Stock Split
Abnormal Return Sesudah Stock Split
Universitas Sumatera Utara
H1: Terdapat perbedaanabnormal returnsaham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split
H2: Terdapat perbedaan trading volume activity saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split
BAB III METODE PENELITIAN
Universitas Sumatera Utara
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena ini dapat berupa bentuk, aktivitas, karakteristik,
perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan antara fenomena satu dengan lainnya. Penelitian juga menggunakan pendekatan kuantitatif angka-angka
statistik yang bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antarvariabel, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan
meramalkan hasilnya.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian