yang digunakan adalah karakter-karakter yang memiliki korelasi nyata dengan karakter variabel tak bebas berdasarkan uji Pearson. Pemahaman mengenai
karakter yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap produksi tanaman dibutuhkan, misalnya untuk menentukan karakter yang dapat digunakan
secara efektif untuk melakukan seleksi atau untuk digunakan sebagai subjek yang dieksploitasi dalam perbaikan teknik produksi tanaman untuk menjamin
peningkatan produksi.
4.6.1. Sidik Lintas Bobot Polong Per Tanaman
Lampiran 12 menyajikan hasil sidik lintas yang menunjukkan karakter- karakter yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap hasil
polongtanaman bobot polongtanaman dengan pengaruh sisaan yang tidak dapat dijelaskan dengan model tersebut, sebesar 1.1 . Dengan hanya mengambil
karakter-karakter yang nilai korelasinya tinggi maka tampak pada Gambar 18 bahwa bobot polongtanaman dipengaruhi langsung positif oleh banyaknya
polong yang dihasilkan tanaman jumlah polongtanaman, bobot 100 butir biji dan jumlah ginofor pada 70 HST.
Bobot kering batang pada 42 HST merupakan karakter yang mempengaruhi bobot polongtanaman secara positif melalui pengaruhnya
terhadap bobot 100 biji, akan tetapi bobot kering 42 HST juga dapat menekan bobot polongtanaman walaupun nilai koefisiennilai pengaruhnya kecil melalui
jumlah ginofor yang muncul pada 70 HST. Bobot kering batang berkorelasi positif sangat nyata dengan jumlah cabang Lampiran 8, sehingga dapat
dikatakan bahwa tanaman yang bercabang banyak cenderung bobot batangnya tinggi. ILD dan bobot kering daun pada 42 HST juga merupakan karakter yang
mempengaruhi bobot polongtanaman dengan nilai koefisien yang negatif melalui pengaruhnya terhadap jumlah polongtanaman.
Dalam jumlah yang sama biji yang berukuran besar bobot 100 biji tinggi menunjukkan kebutuhan asimilat yang lebih banyak daripada biji yang berukuran
kecil, sehingga dapat dikatakan biji besar kekuatan sinknya lebih tinggi daripada biji kecil. Tanaman dengan banyak cabang pada awal fase generatif 40 HST
cenderung menghasilkan jumlahluasan daun yang banyak. Karena daun-daun
belum saling menutupi sehingga dapat diduga asimilat yang dihasilkan juga cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengisi polongbiji yang sudah
terbentuk pada fase tersebut. Tanaman dengan karakter biji besar diduga membutuhkan bentuk tanaman yang bercabang sehingga suplai asimilat untuk
kebutuhan pengisian dapat dipenuhi oleh source sejak awal fase pengisian, karena periode pengisian biji untuk biji berukuran besar diduga juga lebih lama daripada
biji kecil. Apabila asimilat distribusinya terganggu dengan adanya bunga dan ginofor pada fase pengisian maka pengisian biji terganggu dan produksi tanaman
menjadi rendah. Varietas dengan ukuran biji besar apabila mampu menenghasilkan jumlah
polong yang banyak maka produksi tanaman juga akan tinggi seperti yang ditunjukkan oleh varietas Kancil. Varietas Gajah yang juga berbiji besar jumlah
polongtanaman yang dihasilkan rata-rata lebih sedikit daripada Kancil sehingga produksi varietas Gajah lebih rendah daripada Kancil.
Sisaan 1.1
Gambar 18 Karakter-karakter yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap bobot polongtanaman kacang tanah.
Banyaknya ginofor mampu mempengaruhi bobot polongtanaman. Jumlah ginofor yang banyak pada awal fase generatif 42 HST cenderung menurunkan
bobot polongtanaman, sebaliknya jumlah ginofor pada akhir fase pengisian 70 HST cenderung meningkatkan hasil polong. Akumulasi bahan kering tajuk dan
ILD pada 42 HST yang tinggi cenderung meningkatkan jumlah ginofor 42 HST Lampiran 12. Kondisi ini diduga karena tanaman yang menghasilkan banyak
-0.19 0.28
0.30 0.22
0.76
0.21 -0.37
-0.50 -0.43
0.26 Jgin70
Bobot polong tanaman
ILD42
daun42
Bat42 B100
Jpoltan Jgin42
Jgin70
- 0.18 0.20
ginofor pada awal fase generatif 42 HST akan membutuhkan banyak asimilat untuk pembentukan dan pengisian polongbiji. Apabila tanaman belum
membentuk cukup tajuk yang mampu menghasilkan asimilat yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut, proses pembentukan dan pengisian polong akan
terganggu atau bersaing dengan tajuk, dan untuk selanjutnya mengganggu hasil polong dan biji.
Diantara varietas-varietas yang tergolong menghasilkan bobot tajuk 42 HST tinggi yaitu Gajah, Jerapah, Garuda3, Kancil, Kidang dan Mahesa Gambar
13 hanya Kancil yang termasuk kelompok dengan bobot polongtanaman tinggi Gambar 11. Hal ini diduga karena Kancil tergolong bobot 100 butir tinggi
Tabel 22, mampu menghasilkan jumlah polong tinggi Tabel 29, termasuk kelompok dengan nilai ILD 70 HST rendah Gambar 16, dan terutama
menghasilkan jumlah polongtanaman lebih dari 15 polong. Jumlah ginofor 70 HST juga dapat meningkatkan bobot polong tanaman
melalui karakter jumlah polongtanaman. Hal ini dapat diartikan bahwa varietastanaman kacang tanah yang menghasilkan jumlah polong tinggi dapat
dilihat dari jumlah ginofornya pada 70 HST. Nilai ILD 42 HST dari varietas-varietas dengan bobot tajuk 42 HST tinggi
lebih dari 3 pada MT-2010 Tabel 8. McCloud et al. 1980 menyatakan tanaman kacang tanah dapat meng-intersepsi 95 cahaya matahari pada saat ILD
mencapai 3, tetapi karena kacang tanah terus tumbuh setelah berbunga maka nilai ILD 3 ini lebih baik tidak segera tercapai pada fase awal pembentukan polong,
karena daun-daun baru akan tumbuh sehingga dapat saling menaungi dan mengganggu suplai asimilat untuk pengisian. Nilai ILD mencapai 3 tampaknya
lebih baik tercapai pada awal fase pengisian polong 56 HST untuk menunjang kebutuhan asimilat pada periode tersebut.
4.6.2. Sidik Lintas Indeks Panen
Karakter-karakter yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap indeks panen ditunjukkan pada Lampiran 13 dan ringkasannya
ditampilkan pada Gambar 19. Nilai sisaan yang diperoleh dari model ini adalah 18.