ginofor pada awal fase generatif 42 HST akan membutuhkan banyak asimilat untuk pembentukan dan pengisian polongbiji. Apabila tanaman belum
membentuk cukup tajuk yang mampu menghasilkan asimilat yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut, proses pembentukan dan pengisian polong akan
terganggu atau bersaing dengan tajuk, dan untuk selanjutnya mengganggu hasil polong dan biji.
Diantara varietas-varietas yang tergolong menghasilkan bobot tajuk 42 HST tinggi yaitu Gajah, Jerapah, Garuda3, Kancil, Kidang dan Mahesa Gambar
13 hanya Kancil yang termasuk kelompok dengan bobot polongtanaman tinggi Gambar 11. Hal ini diduga karena Kancil tergolong bobot 100 butir tinggi
Tabel 22, mampu menghasilkan jumlah polong tinggi Tabel 29, termasuk kelompok dengan nilai ILD 70 HST rendah Gambar 16, dan terutama
menghasilkan jumlah polongtanaman lebih dari 15 polong. Jumlah ginofor 70 HST juga dapat meningkatkan bobot polong tanaman
melalui karakter jumlah polongtanaman. Hal ini dapat diartikan bahwa varietastanaman kacang tanah yang menghasilkan jumlah polong tinggi dapat
dilihat dari jumlah ginofornya pada 70 HST. Nilai ILD 42 HST dari varietas-varietas dengan bobot tajuk 42 HST tinggi
lebih dari 3 pada MT-2010 Tabel 8. McCloud et al. 1980 menyatakan tanaman kacang tanah dapat meng-intersepsi 95 cahaya matahari pada saat ILD
mencapai 3, tetapi karena kacang tanah terus tumbuh setelah berbunga maka nilai ILD 3 ini lebih baik tidak segera tercapai pada fase awal pembentukan polong,
karena daun-daun baru akan tumbuh sehingga dapat saling menaungi dan mengganggu suplai asimilat untuk pengisian. Nilai ILD mencapai 3 tampaknya
lebih baik tercapai pada awal fase pengisian polong 56 HST untuk menunjang kebutuhan asimilat pada periode tersebut.
4.6.2. Sidik Lintas Indeks Panen
Karakter-karakter yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap indeks panen ditunjukkan pada Lampiran 13 dan ringkasannya
ditampilkan pada Gambar 19. Nilai sisaan yang diperoleh dari model ini adalah 18.
Karakter source dan sink yang berpengaruh langsung positif pada nilai indeks panen dengan nilai koefisien yang tinggi adalah bobot batang dan daun
pada 42 HST, bobot bijitanaman dan jumlah polongtanaman. Karakter source dan sink yang berpengaruh langsung negatif pada nilai indeks panen dengan nilai
koefisien tinggi adalah ILD 70 HST dan bobot 100 butir. Karakter-karakter yang berpengaruh langsung positif nilai koefisiennya lebih kecil daripada karakter-
karakter yang berpengaruh langsung negatif terhadap indeks panen.
Sisaan 18
Gambar 19 Karakter-karakter yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap Indeks Panen kacang tanah.
Bobot batang dan daun pada 42 HST berpengaruh langsung positif terhadap Indeks Panen. Hal ini menunjukkan tanaman yang pertumbuhan
tajuknya cukup baik pada awal fase generatif akan mampu menyuplai asimilat untuk pembentukan dan pengisian polongbiji lebih awal, yang kemudian
berdampak pada peningkatan proporsi asimilat untuk polongbiji saat panen. Akan tetapi ada kecenderungan yang lebih besar yaitu bobot batang 42 HST
berpengaruh negatif terhadap Indeks Panen dengan nilai korelasi yang lebih besar daripada pengaruh langsungnya yang positif walaupun hubungan pengaruh ini
tidak langsung tetapi melalui pengaruh bobot batang 42 HST pada bobot 100 biji. Diduga pada varietas dengan karakter jumlah cabang banyak bobot batang tinggi
dan ukuran biji besar bobot 100 biji tinggi akan membutuhkan asimilat yang tinggi untuk pengisian biji sehingga untuk ketersediaan asimilat ini tanaman akan
0.21 -0.12
0.25 -0.53
-0.70 -0.82
-0.25 0.45
-0.65 -0.53
Bat 70 B100
Bkbijitanaman Indeks Panen
Jpoltan daun 70
ILD70 Jgin70
Bat42
Daun42 0.39
0.27
0.15
berusaha mempertahankan tajuk besar sehingga pada saat panen nilai Indeks Panen rendah. Karakter varietas ini ditunjukkan oleh Pelanduk dan Kidang.
Varietas yang banyak mengakumulasi bahan kering dalam tajuk pada 70 HST akan mengakibatkan Indeks Panennya menurun. Varietas kacang tanah
seperti Pelanduk, Sima dan Turangga pada awal berbunga kapasitas sourcenya tergolong rendah tetapi tanaman terus tumbuh selama fase pembentukan dan
pengisian sehingga pada fase akhir pengisian kapasitas source tergolong tinggi Tabel 30 dan Gambar 16.
Pada tanaman kacang tanah dengan indeks panen yang rendah tidak berarti kemampuan menghasilkan polong rendah. Apabila tanaman mampu
menghasilkan jumlah polong yang tinggi 15 polong maka asimilat yang dihasilkan oleh tajuksource yang tinggi dapat digunakan untuk mengisi polong.
Hal ini ditunjukkan oleh Sima dan Pelanduk. Perhatian khusus untuk varietas Badak yang kemampuan menghasilkan
source relatif lebih kecil daripada varietas lainnya tetapi mampu menghasilkan
dan mengisi lebih banyak polongtanaman sehingga nilai indeks panen tinggi 0.40 dan tergolong kelompok yang menghasilkan bobot polong tinggi Gambar
11, Tabel 30, Tabel 31. Diduga selama fase pengisian varietas Badak mampu mempertahankan luasan daun hijau dengan aktivitas fotosintesis tinggi tanpa
menambah tajuk baru.
4.6.3. Sidik Lintas Persentase Polong Penuh Per Tanaman
Karakter yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap pengisian polong hasil analisis sidik lintas ditunjukkan pada Lampiran 13 dan
ringkasannya ditampilkan dalam Gambar 20 berikut. Model ini menghasilkan sisaan 3.4 data yang tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan model ini.
Karakter yang berpengaruh langsung meningkatkan persentase polong penuh dengan nilai koefisien relatif tinggi yaitu jumlah polongtanaman, bobot
100 biji dan ILD 70 HST. Tingginya jumlah cipo berarti menurunkan persentase polong yang terisi penuh. Bobot kering batang 42 HST berpengaruh positif
terhadap persentase polong penuh melalui pengaruhnya terhadap bobot 100 butir dan jumlah cipotanaman. ILD 42 HST berpengaruh positif terhadap persentase
polong penuh melalui jumlah cipo dan berpengaruh negatif melalui jumlah
polongtanaman. Jumlah ginofor 70 HST cenderung menurunkan persentase polong penuh melalui pengaruhnya terhadap jumlah cipo.
Sisaan 3.4
Gambar 20 Karakter-karakter yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap persentase polong penuh kacang tanah.
Varietas yang bercabang banyak pada awal fase generatif bobot batang tinggi dengan ukuran biji sink besar cenderung mampu menghasilkan cukup
asimilat untuk pengisian banyak polongbiji karena adanya kecenderungan daun- daun pada batang utama menyuplai asimilat untuk pengisian biji, sedangkan daun-
daun pada cabang menyuplai kebutuhan asimilat akar dan bintil akar Inanaga dan Yoshihara 1997. Akan tetapi banyaknya cabang memungkinkan tanaman untuk
menghasilkan banyak bunga jumlah cabang berkorelasi positif dengan jumlah bunga, Lampiran 9, yang kemudian dapat berkembang menjadi ginofor dan
polong. Adanya dominansi dari polong-polong yang terbentuk dan mengisi lebih dahulu mengakibatkan ginofor tidak dapat berkembang lebih lanjut dan apabila
sudah terbentuk polong menjadi tidak terisi cipo. Gambar 35 menunjukkan hasil polongtanaman dapat berpengaruh
langsung positif terhadap persentase polong penuh melalui jumlah polongtanaman, yang berarti makin tinggi bobot hasil tanaman cenderung
meningkatkan persentase polong penuhnya apabila jumlah polong tanaman tinggi. Varietas Pelanduk dan Kancil menunjukkan karakter ini. Hasil polongtanaman
juga dapat berpengaruh negatif terhadap persentase polong penuh melalui jumlah cipotanaman, yang berarti persentase polong penuh yang tinggi dapat karena
polong penuh B100
Jpolta
n
Jcipo ILD70
Bpoltan ILD42
Bat42
Jgin70 0.29
0.53 -0.97
-0.22 0.44
0.61
0.24 -0.35
0.23
-0.81 0.52
-0.56 0.31
rendahnya jumlah cipotanaman atau rendahnya jumlah polongtanaman Lampiran 14. Hal ini ditunjukkan oleh varietas Mahesa, Kidang, Jerapah dan
Garuda3, yang bobot polongnya tergolong rendah.
4.7. Pembahasan Umum
Secara umum, sebelum dan selama fase pengisian biji hingga panen, keduabelas varietas kacang tanah yang diuji menunjukkan perbedaan antara
varietas dalam karakter kapasitas source, tetapi aktivitas sourcenya relatif tidak berbeda. Laju akumulasi bahan kering pada MT-2007 memang menunjukkan
perbedaan antara varietas tetapi perbedaan hanya pada laju akumulasi bahan kering dalam tajuk dan bukan dalam polongbiji. Hal ini menunjukkan adanya
varietas yang mampu menghasilkan source yang lebih tinggi daripada varietas lain tetapi peningkatan kapasitas source ini tidak berdampak pada peningkatan
asimilat untuk sink produktif. Berdasarkan perbandingan karakter kapasitas sourcenya pada awal periode
pembentukan dan pengisian polong 42HST kedua belas varietas kacang tanah dapat dibagi menjadi varietas dengan kapasitas source tinggi yaitu Kancil,
Pelanduk, Gajah, Kidang, Mahesa, Jerapah dan Garuda3, dan varietas dengan kapasitas source rendah yaitu Badak, kelinci, Panter, Sima dan Turangga. Selama
periode pengisian biji tanaman kacang tanah masih terus mengakumulasi bahan kering dalam tajuk, tetapi ada beberapa varietas yang lebih tinggi akumulasi
bahan keringnya dan ada beberapa varietas yang pertambahan bahan kering tajuk sedikit tertekan. Varietas dengan akumulasi bahan kering yang tinggi pada
periode pengisian biji kapasitas source tinggi pada 70 HST adalah Sima, Turangga, Pelanduk, Kidang, Jerapah dan Mahesa. Varietas dengan pertambahan
bahan kering tajuk terbatas pada periode pengisian biji kapasitas source rendah pada 70 HST adalah Garuda3, Gajah, Kancil, Badak, Panter dan Kelinci.
Pada kacang tanah jumlah polongtanaman merupakan karakter yang dipengaruhi oleh genetik dan relatif stabil. Jumlah polong, yang merupakan
kapasitas sink, sudah ditentukan banyaknya sebelum periode pengisian biji sebelum ± 40HST. Jumlah polong merupakan karakter kapasitas sink yang