polong, 70 HST R6, periode akhir pengisian biji dan 91 HST R8, periode pemasakan jelang panen. Pada MT-2010 destruksi dilakukan pada waktu 50
tanaman berbunga, 42, 56 R5, periode awal pengisian, 70 dan 84 HST R7, periode awal pemasakan.
Setelah destruksi tanaman kemudian dibersihkan dan dipisahkan menjadi daun, batang, ginofor dan polong. Sebelum dikeringkan, daun diukur dahulu luas
daunnya dengan menggunakan metode Gravimetri. Pada MT-2007, untuk pengukuran ILD hanya menggunakan luasan 10 dauntanaman sebagai contoh,
sedangkan pada MT-2010, pengukuran ILD menggunakan seluruh daun yang dihasilkan tanaman pada saat pengamatan dilakukan. Daun, batang, ginofor dan
polong kemudian dikeringkan dalam oven selama dua hingga tiga hari pada suhu 70
o
C untuk kemudian ditimbang bobot kering setiap bagiannya. Nilai ILD, Laju Akumulasi Bersih dan Laju Tumbuh Tanaman dihitung
dengan menggunakan rumus seperti yang tercantum dalam Brown 1984 yaitu: ILD = Luas dauntanaman
Jarak tanam LAB = ln LDt2-ln LDt1 x W2-W1 ,dimana LD = Luas daun
t2 – t1 LDt2-LDt1 W = bobot kering tanaman
t1 dant2
= waktu
pengamatan LTT = W2 – W1 x ___1_____
t2 - t1 jarak tanam Pengamatan jumlah cabang dan tinggi batang utama dilakukan pada MT-
2010. Pengamatan jumlah percabangan dilakukan pada 42, 56, 70 dan 84 HST sedangkan tinggi batang utama dilakukan pada semua tanaman contoh yang
dipanen dalam ubinan seluas 1m
2
.
3.1.4.2. Kapasitas, Aktivitas dan Kekuatan Sink
Kapasitas sink diartikan sebagai ukuran besarnya sink yang dapat diisi oleh asimilat, aktivitas sink diartikan sebagai laju pengisian polongbiji.
Pengamatan kapasitas sink terdiri dari jumlah bunga, jumlah ginofor, jumlah dan bobot polong serta bobot 100 biji, sedangkan aktivitas sink diukur dari Laju
Tumbuh Polong. Kekuatan sink menggambarkan dominansi sink untuk
mendapatkan asimilat, dan diukur dari nilai koefisien partisi partition coefficient dan persentase polong penuh.
Jumlah bunga dihitung setiap dua hari sekali sejak tanaman berumur 42 HST hingga 70 HST pada 5 tanaman contohpetak percobaan. Jumlah ginofor dan
polong muda dihitung dari tiap tanaman yang didestruksi. Jumlah dan bobot polong diamati pada saat panen. Pengamatan meliputi
jumlah dan bobot polong per tanaman saat panen jumlah dan bobot polong yang terisi penuh biji, jumlah dan bobot polong yang tidak terisi penuh biji polong ½
penuh serta jumlah dan bobot polong cipo. Polong penuh adalah polong yang setelah dikeringkan dan dikupas, biji mengisi penuh ruang bagian dalam polong.
Polong ½ penuh adalah polong yang setelah dikeringkan dan dikupas maka biji hanya mengisi kira-kira separuh ruang dalam polong atau kurang. Polong cipo
adalah polong yang setelah dikeringkan berubah mengerut dan hampir tidak berbiji. Kriteria polong penuh, polong ½ penuh dan cipo dapat dilihat pada
Lampiran 2. Bobot 100 biji didapatkan setelah polong dalam satu ubinan dikeringkan dan dibijikan.
Laju Tumbuh Polong dihitung sebagai selisih bobot kering polong pada saat panen dengan bobot polong muda pada periode pengisian biji 42 HST pada
MT-2007 dan 56 HST pada MT-2010. Rumus yang digunakan untuk menghitung Laju Tumbuh Polong sama dengan rumus untuk menghitung Laju Tumbuh
Tanaman tetapi dengan mengganti bobot kering tanaman dengan bobot kering polong.
Koefisien partisi merupakan rasio dari nilai LTP dan LTT pada 42 HST MT-2007 atau 56 HST MT-2010 Duncan et al. 1978. Persentase polong
penuh merupakan perbandingan jumlah polong yang terisi penuh biji dengan total jumlah polongtanaman pada saat panen. Persentase polong penuh disamping
untuk mengamati kekuatan sink juga untuk mengamati kemampuan pengisian varietas.
3.1.4.3. Translokasi Asimilat
Translokasi asimilat diamati dengan mengukur kandungan total karbohidrat non-struktural Total Non-structural Carbohydrate = TNC pada
batang dan daun. Pengamatan hanya dilakukan pada tanaman dari KP Cikarawang MT-2007.
Pengukuran dilakukan dengan mengambil dua tanaman contoh dari setiap petak percobaan pada 42 dan 70HST. Kedua tanaman contoh tersebut dipisahkan
menjadi batang, daun, akar, ginofor dan polong, dikeringkan 70
o
C selama 48 jam dan digiling halus. Kandungan karbohidrat total dan karbohidrat terlarut TNC
diukur dengan menggunakan metode pengukuran karbohidrat by-difference.
3.1.4.4. Indeks Panen dan Produktivitas
Panen pada MT-2007 dilakukan pada umur tanaman 100 HST, sedangkan pada MT-2010 dilakukan pada umur 105 HST. Panen dilakukan dalam ubinan
1m
2
yang dilakukan dua kali pada tiap unit percobaan. Tanaman dipisahkan menjadi brangkasan dan polong. Masing-masing ditimbang dan dikeringkan
selama 3-5 hari. Pengamatan yang dilakukan meliputi Indeks panen dan produktivitas polong dan biji per tanaman dan per hektar.
Indeks Panen merupakan rasio antara bobot kering polong dengan keseluruhan bobot kering tanaman tajuk dan polong. Produktivitas polong dan
biji per tanaman merupakan hasil rata-rata bobot kering polong dan biji sejumlah tanaman dalam ubinan. Produktivitas polong dan biji per hektar diperoleh dari
konversi bobot kering polong dan biji ubinan ke dalam hektar.
3.1.5. Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Perlakuan varietas dalam masing-masing musim tanam disusun menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak RKLT dengan 3 ulangan.
Data yang terkumpul dianalisis dengan tujuan untuk dapat mengelompokkan varietas-varietas yang digunakan berdasarkan karakter-karakter terpilih. Data dari
masing-masing musim tanam diolah ragamnya dan apabila hasilnya menyatakan adanya perbedaan antara perlakuanvarietas maka dilakukan uji lanjut DMRT
dengan taraf 5. Untuk menentukan kecenderungan pengaruh genetik atau pengaruh
lingkungan terhadap masing-masing karakter yang diamati dilakukan analisis untuk menduga besaran ragam genetik dan ragam lingkungan pada masing-
masing musim tanam, kemudian dilakukan pula analisis ragam gabungan dengan
ulangan tersarang dalam lokasimusim tanam. Analisis ragam gabungan dilakukan untuk memilih karakter-karakter yang dapat diperbandingkan antar
varietas. Model analisis ragam pada masing-masing musim tanam dan analisis ragam gabungan menurut Gomez dan Gomez 2007 dapat dilihat pada Tabel 4
dan 5. Tabel 4 Analisis ragam pada tiap musim tanam
Sumber Keragaman
Derajat Bebas Kuadrat Tengah
EKT Ulangan
Varietas Galat
r-1 g-1
r-1g-1 M3
M2 M1
σ
2
e + r σ
2
g σ
2
e
Keterangan : Ragam lingkungan
σ
2
e = M1 Ragam genetik
σ
2
g = M2 – M1r
Tabel 5 Analisis ragam gabungan dua musim tanam Sumber
Keragaman Derajat Bebas
Kuadrat Tengah EKT
Lokasi Ulanganlokasi
Varietas Lokasi Varietas
Galat gabungan ℓ-1
ℓr-1
g-1 ℓ-1g-1
ℓr-1g-1 M3
M2 M1
σ
2
e + r. σ
2
g ℓ +r. ℓ σ
2
g σ
2
e + r. σ
2
g ℓ
σ
2
e
Keterangan : Ragam Lingkungan = M1
Ragam interaksi genetik dan lingkungan = M2-M1r Ragam genetik = M3-M2r.
ℓ
Untuk mengetahui pengaruh suatu karakter terhadap karakter lainnya dilakukan analisis korelasi metode Pearson dan analisis lintas. Analisis korelasi
akan menunjukkan tingkat keeratan karakter yang digambarkan dari nilai koefisien korelasinya. Nilai koefisien semakin mendekati -1 atau +1 maka tingkat
keeratan antara dua karakter semakin kuat, sedangkan semakin mendekati nol maka tingkat keeratan semakin rendah.
Model umum persamaan penduganya adalah Y = α + βX Gomez dan
Gomez 2007. Nilai koefisien korelasi Pearson dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :