dikeringkan serta waktu pengeringannya. Juga faktor-faktor udara pengeringan, yakni laju dan kelembaban udara.
3. Kapasitas pengeringan
Kapasitas pengeringan adalah kemampuan mesin mengeringkan bebanproduk hingga kadar air tertentu atau selang waktu tertentu. Oleh
karena itu data yang diperlukan adalah jumlah berat load bahan yang dapat ditampung dalam ruang pengeringan pada mesin tersebut, total berat
produk sebelum dikeringkan, total berat produk setelah dikeringkan, waktu pengeringannya, luasan wadah rak pengering, dan tebal lapisan distribusi
bahan dalam wadah pengering.
4. Efisiensi penggunaan energi
Efisiensi penggunaan energi pada proses pengeringan adalah perbandingan antara total input energi pada sistem pengering ERK tersebut
dengan output energi yang terpakai oleh produk yang dikeringkan selama pengeringan berlangsung. Data-data input energi yang digunakan meliputi
jumlah energi iradiasi surya yang diterima oleh pengering ERK, massa biomassa yang terbakar, dan jumlah energi listrik yang digunakan.
Sedangkan data-data output energi berupa massa air yang diuapkan dari bahan didapatkan dari selisih total berat produk sebelum dikeringkan dan
total berat produk setelah dikeringkan, suhu bahan, dan karakteristik termal bahan serta suhu, RH dan kecepatan volumetrik udara pengering.
5. Kualitas produk yang dikeringkan
Kualitas produk yang dikeringkan dengan mesin pengering diharapkan lebih baik dari kualitas produk yang dihasilkan dengan cara
konvensionaldijemur. Kualitas produk dapat dilihat dari penampakan fisik keseragaman warna, dan berjamur-tidak, dan kadar air produk
pengeringan mesin dengan konvensional. Adapun kandungan zat kimia yang akan dimanfaatkan rendemen minyak atsiri tidak dilakukan
pengujian. Karena kandungan kimia banyak ditentukan oleh perlakuan sebelum dikeringkan umur pemanenan dan jenisvarietas bahan baku dan
proses penyulingan pengambilan zat kimiaminyak.
30
C. Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data untuk masing-masing parameter kinerja mesin adalah sebagai berikut:
1. Suhu ruang pengering dan sebarannya
Suhu pada ruang pengering diukur dengan termometer alkohol dan termokopel CC yang ditempatkan pada pertengahan antara 2 set kabinet di
depan dan belakang. Nilai suhu ruang pengering merupakan rata-rata dari nilai suhu yang tercatat secara periodik selama pengeringan. Karena
keterbatasan termokopel CC untuk pengukuran suhu, maka data sebaran suhunya diambil pada rak atas unit rak B dan C, sensor Tk dan di bawah
rak paling bawah lantai pada unit rak B dan C. Sedangkan suhu pada rak tengah diambil dengan 4 buah termometer alkohol yang dipasang di antara
unit rak A-B dan C-D, pada bagian depan dan dan belakang. Letak titik- titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar 13. Nilai suhu dinyatakan
dalam satuan
o
C.
1
2 4
3 6
5
7 5
7 6
A B C D
I I
I I
II II
II II
III III
III III
Keterangan: 1 : Laju aliran udara campuran masuk inlet
2 : Laju aliran udara campuran keluar outlet 3 : Iradiasi surya pada Pyranometer
4 : Suhu Tk-Tb termometer Tk termokopel CC, laju aliran udara
5 : Suhu Tk termokopel CC rak atas lingkungan sampel kendali dijemur
6 : Suhu Tk termometer rak tengah 7 : Suhu Tk-Tb termokopel CC di bawah rak paling bawah
A,B,C,D : Unit rakkabinet pengering samping kiri-samping kanan Tb-Tk
: Termometer bola basahTermometer bola kering I, II, III
: Sampel rak atas, tengah, dan bawah
Gambar 13. Persebaran titik-titik ukur pada mesin pengering.
31
Pengukuran suhu dilakukan untuk mengetahui profil suhu saat mesin pengering tanpa beban dan dengan beban pengeringan. Waktu
pengukurannya secara periodik mengikuti selang berikut: 30 menit sekali untuk jam ke-1 s.d. jam ke-6 hari ke-1, H1, dan
1 jam sekali untuk jam ke-7 s.d. jam ke-30 hari ke-2, H2, 2 jam sekali untuk jam ke-31 s.d. selesai hari ke-3, H3.
2. Kadar air bahan