24
BAB III METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif meliputi pengumpulan dan pengolahan sponge, pemeriksaan karakteristik, uji pendahuluan golongan
senyawa, pembuatan ekstrak etanol, isolasi senyawa alkaloida dengan metode pengocokan asam basa, analisis senyawa alkaloida secara kromatografi lapis
tipis KLT, isolasi senyawa alkaloida secara KLT preparatif, uji kemurnian isolat secara KLT dua arah serta identifikasi isolat secara spektrofotometri
ultraviolet UV dan spektrofotometri inframerah IR. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Medan.
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas laboratorium, blender Panasonic, eksikator, hair dryer Panasonic, kaca objek, kaca penutup,
lemari pengering, mikroskop Olympus, neraca analitik Vibra AJ, oven listrik Stork, penangas air Yenaco, seperangkat alat destilasi, seperangkat alat
kromatografi lapis tipis, seperangkat alat penetapan kadar air, spektrofotometer UV Shimadzu, spektrofometer IR IR-Prestige 21 dan tanur Nabertherm.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sponge jenis Xestospongia sp de Laubenfels.
Bahan-bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah berkualitas proanalisis yaitu amonia, asam asetat glasial, asam klorida, asam
Universitas Sumatera Utara
25 sulfat, bismuth III nitrat, diklorometana, etanol destilasi, iodium, kalium
bromida, kalium iodida, kloralhidrat, kloroform, metanol, raksa II klorida, toluen dan air suling.
3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Sponge 3.3.1 Pengumpulan sponge
Pengumpulan sponge dilakukan dengan cara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan hewan serupa dari daerah lain. Sponge yang digunakan
adalah sponge jenis Xestospongia sp de Laubenfels dari Pantai Labuhan Angin, Sibolga, Tapanuli Tengah.
3.3.2 Identifikasi sponge
Identifikasi sponge dilakukan di Laboratorium Ekologi Prodi Biologi FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember ITS Surabaya adalah jenis
Xestospongia sp de Laubenfels, suku Petrosiidae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 47.
3.3.3 Pengolahan sponge
Sponge yang telah dikumpulkan, disortasi basah yaitu memisahkan sponge dari pengotornya, kemudian sponge yang telah terkumpul dicuci dengan air
mengalir untuk menghilangkan pengotor yang masih melekat, ditiriskan dan ditimbang berat sponge Xestospongia sp de Laubenfels adalah 2130 g. Sponge
dipotong dengan ukuran 2 cm x 2 cm, kemudian dimasukkan ke dalam lemari pengering pada suhu 40
– 50
o
C selama 6 hari. Berat simplisia sponge Xestospongia sp de Laubenfels adalah 410 g. Simplisia selanjutnya diserbuk
dengan menggunakan blender. Serbuk simplisia disimpan dalam kantung plastik untuk mencegah pengotor lainnya selama penyimpanan.
Universitas Sumatera Utara
26
3.4 Pembuatan Larutan Pereaksi 3.4.1 Larutan pereaksi asam klorida 2 N
Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dengan air suling hingga diperoleh larutan 200 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.2 Larutan pereaksi Bouchardat
Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 20 ml air suling, ditambahkan iodium sebanyak 2 g dan diencerkan dengan air suling
hingga volume larutan 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.3 Larutan pereaksi Dragendorff
Sebanyak 0,8 g bismuth III nitrat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat pekat. Sebanyak 27,2 g kalium iodida ditimbang, kemudian
dilarutkan dalam 50 ml air suling pada wadah lain. Kedua larutan dicampurkan dan didiamkan hingga memisah sempurna. Lapisan jernih diambil dan diencerkan
dengan air suling hingga volume larutan 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.4 Larutan pereaksi Mayer
Sebanyak 1,4 g raksa II klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 60 ml air suling dan sebanyak 5 g kalium iodida ditimbang, kemudian dilarutkan
dalam 10 ml air suling. Kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan dengan air suling hingga volume larutan 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.5 Larutan pereaksi Liebermann-Burchard
Sebanyak 5 bagian volume asam sulfat pekat dicampurkan dengan 50 bagian volume etanol 96, kemudian ditambahkan dengan hati-hati 5 bagian
volume asam asetat anhidrida dalam campuran tersebut dan didinginkan Ditjen POM, 1995.
Universitas Sumatera Utara
27
3.4.6 Larutan air-kloroform
Sebanyak 2,5 ml kloroform dicampur dengan air suling secukupnya hingga diperoleh larutan 1000 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.7 Larutan kloralhidrat
Sebanyak 50 g kloralhidrat ditimbang dan dilarutkan dalam 20 ml air suling Ditjen POM, 1995.
3.5 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air,
penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam. Hasil perhitungan kadar
karakteristik simplisia dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 62 – 66.
3.5.1 Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk, ukuran, ketebalan, konsistensi dan warna. Gambar makroskopik sponge dapat dilihat pada
Lampiran 2, halaman 48 – 50.
3.5.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia dengan cara menaburkan serbuk simplisia di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan
kloralhidrat dan ditutupi dengan kaca penutup, kemudian dilihat di mikroskop. Gambar mikroskopik serbuk simplisia sponge dapat dilihat pada Lampiran 3,
halaman 51.
Universitas Sumatera Utara
28
3.5.3 Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi destilasi toluen WHO, 1998.
Cara kerja : 1.
Penjenuhan toluen Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu
alas bulat, didestilasi selama 2 jam. Toluen didinginkan selama 30 menit dan volume air pada tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
2. Penetapan kadar air simplisia
Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam labu yang berisi toluen tersebut, lalu dipanaskan hati-hati selama
15 menit hingga toluen mendidih. Kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetesan perdetik hingga sebagian air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan
hingga 4 tetes perdetik. Bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen setelah semua air terdestilasi. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung
penerima dibiarkan dingin sampai suhu kamar. Volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml setelah air dan toluen memisah sempurna. Selisih kedua volume
air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa.
3.5.4 Penetapan kadar sari yang larut dalam air
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml air-kloroform dalam labu bersumbat sambil dikocok selama 6 jam
pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan penguap berdasar rata yang telah ditara. Sisa
dipanaskan pada suhu 105 C hingga bobot tetap. Kadar sari larut dalam air
Universitas Sumatera Utara
29 dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan Ditjen POM,
1995.
3.5.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol 96 dalam labu bersumbat sambil dikocok selama 6 jam
pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Filtrat disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol 96. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan hingga
kering dalam cawan penguap berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105
C hingga bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan Ditjen POM, 1995.
3.5.6 Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 g serbuk ditimbang seksama dan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-
lahan hingga arang habis. Pemijaran dilakukan pada suhu 500 – 600C selama
3 jam, kemudian didinginkan dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan WHO, 1998.
3.5.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut asam
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu dan dipijarkan hingga bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut
dalam asam dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan WHO, 1998.
Universitas Sumatera Utara
30
3.6 Uji Pendahuluan Golongan Senyawa
Uji pendahuluan golongan senyawa terhadap serbuk simplisia meliputi pemeriksaan golongan senyawa alkaloida, saponin dan steroidatriterpenoida.
3.6.1 Pemeriksaan alkaloida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudian ditambah 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di penangas air selama 2 menit,
didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut:
a. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Mayer, akan
terbentuk endapan berwarna putih atau kuning. b.
Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam.
c. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Dragendorff
akan terbentuk endapan warna merah atau jingga Ditjen POM, 1995. Alkaloida disebut positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua
atau tiga dari percobaan di atas Ditjen POM, 1995.
3.6.2 Pemeriksaan saponin
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat selama
10 detik. Busa yang terbentuk setinggi 1 – 10 cm, stabil tidak kurang dari
10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin Ditjen POM, 1995.
3.6.3 Pemeriksaan steroidatriterpenoida
Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml n-heksana selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat ditambahkan 20 tetes asam asetat anhidrida dan
Universitas Sumatera Utara
31 diuapkan. Sisanya ditambahkan 2 tetes asam sulfat pekat. Timbulnya warna ungu
atau merah yang kemudian berubah menjadi hijau biru menunjukkan adanya steroidatriterpenoida Harborne, 1987.
3.7 Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak dilakukan secara perkolasi menggunakan cairan penyari etanol.
Cara kerja : Sebanyak 350 g serbuk simplisia sponge dimasukkan ke dalam bejana
tertutup, kemudian direndam dengan cairan penyari etanol selama 3 jam. Massa dimasukkan ke dalam perkolator, cairan penyari etanol dituang secukupnya
sampai terdapat selapis cairan penyari di atas serbuk simplisia, kemudian mulut perkolator ditutup dengan aluminium foil dan plastik dan dibiarkan selama
24 jam. Kran perkolator dibuka setelah 24 jam, cairan perkolat dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 tetes per detik dan ditampung ke dalam botol berwarna
bening. Perkolasi dihentikan apabila sebanyak 500 mg cairan perkolat terakhir diuapkan di atas penangas air tidak meninggalkan sisa. Perkolat dipekatkan
dengan bantuan alat penguap rotary evaporator pada suhu tidak lebih dari 40 C
sampai diperoleh ekstrak kental Ditjen POM, 1979. Bagan pembuatan ekstrak etanol dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 53.
3.8 Isolasi Senyawa Alkaloida Ekstrak Etanol dengan Metode Asam Basa