Tinjauan Kepustakaan Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Asuransi Asuransi adalah bagian dari ilmu ekonomi dengan misi utamanya melindungi kekayaan” itu terhadap resiko kerugian yang dihadapinya. Asuransi jiwa adalah alat keuangan untuk menyediakan dana bagi pemeliharaan ahli waris dan harta peninggalan seseorang yang sudah meninggal. Asuransi kesehatan adalah alat keuangan untuk menyediakan untuk menyediakan dana untuk perawatan sakit si tertanggung dan keluarganya selama ia tidak mampu bekerja disabled. Dimana asuransi kesehatan bertujuan untuk membayar biaya rumah sakit, biaya pengobatan dan mengganti kerugian tertanggung atas hilangnya pendapatannya karena cedera akibat kecelakaan atau penyakit. 9 Ditinjau dari sudut perseorangan, asuransi jiwa adalah suatu metode untuk menciptakan suatu estate, suatu metode untuk menjaga agar rencana menghimpun harta untuk kepentingan orang lain terutama keluarganya dapat terwujud, baik kepala keluarga breadwinner meninggal sebelum waktunya prematurely maupun hidup sampai tua Bangka. Berdasarkan Pasal 246 dalam KUHD bahwa Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena peristiwa yang tak tertentu. 9 Drs. A. Hasymi Ali, Bidang Usaha Asuransi, Jakarta : Bumi Aksara, 1999 hal. 74 Universitas Sumatera Utara 2. Dasar Hukum Asuransi Berdasarkan Pasal-Pasal KUHD yaitu a. Pasal 246 bahwa asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, dengan mana penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena peristiwa yang tak tertentu. b. Pasal 247 dimana Pertanggungan itu antara lain dapat mengenai :  Bahaya kebakaran  Bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum dipaneni  Jiwa satu atau beberapa orang  Bahaya laut dan perbudakan  Bahaya yang mengancam pengangkutan di daratan, di sungai, dan di perairan c. Pasal 257 dimana Perjanjian pertanggungan berlaku seketika setelah ia ditutup: hak-hak dan kewajiban-kewajiban penanggung dan tertanggung mulai berlaku semenjak saat itu, bahkan sebelum polisnya ditandatangani. d. Pasal 268, pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat dinilai dengan uang, dapat terkena sesuatu bahaya, dan tidak dilarang oleh undang-undang. 3. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja Universitas Sumatera Utara Jaminan sosial dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan istilah Social Security. Istilah ini untuk pertama kalinya dipakai secara resmi oleh Amerika Serikat dalam suatu Undang-Undang yang bernama The Social Security Act Of 1935. Kemudian dipakai secara resmi oleh New Zealand Tahun 1938 sebelum secara resmi dipakai oleh ILO International Labour Organization. Menurut ILO : “Social Security pada prinsipnya adalah sistem perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk para warganya, melalui berbagai usaha dalam menghadapi resiko-resiko ekonomi atau sosial yang dapat mengakibatkan terhentinyasangat berkurangnya penghasilan”. 10 Sedangkan Kennet Thomson, seorang tenaga ahli pada Sekretariat Jenderal International Social Security Association ISSA di Jenewa, dalam Regional Training Seminar ISSA di Jakarta bulan Juni 1980, mengatakan bahwa : “Jaminan sosial dapat diartikan sebagai perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk risiko-risiko atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan tujuan sejauh mungkin untuk menghindari terjadinya peristiwa - peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunnya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis danatau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak”. 11 10 Astek Menjawab, Masalah Astek, No. 3 Tahun I, Juli, 1985, hal. 15 11 Sentanoe Kertonegoro, Jaminan Sosial dan Pelaksanaannya di Indonesia, Cet. I, Mutiara, Jakarta, hal. 29 Universitas Sumatera Utara Sejalan dengan dua pengertian di atas, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, pada Pasal 2 ayat 4 menggariskan bahwa : “Jaminan Sosial sebagai perwujudan dari sekuritas sosial adalah seluruh sistem perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan sosial bagi warga Negara yang diselenggarakan oleh pemerintah danatau masyarakat guna memelihara taraf kesejahteraan sos ial”. 12 Namun kenyataannya menunjukkan, bahwa Hukum Perburuhan Indonesa tidak memasukkan Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja dan Keamanan Kerja di dalam konsepsi jaminan sosial, hal ini berarti, bahwa Hukum Perburuhan Indonesia mendefikasikan jaminan sosial itu secara murni atau secara sempit, seperti yang dikemukakan oleh I mam Soepomo, bahwa: “Jaminan sosial adalah pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh di luar kesalahannya tidak melakukan pekerjaan, jadi menjamin kepastian pendapatan income security dalam hal buruh kehilangan upahnya karena alasan di luar kehendaknya”. 13 Pengertian jaminan sosial secara sempit ini lebih dipertegas lagi oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : PER-03MEN1980 yang dalam Pasal 2 ayat 1 menentukan, bahwa : 12 H. Zainal Asikin, S.H., S.U. dkk, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008 hal. 99 13 Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet. V, Penerbit Djambatan, 1982, selanjutnya disebut Imam Soepomo I hal. 136 Universitas Sumatera Utara “Program jaminan sosial adalah program yang meliputi jaminan sakit, hamil, bersalin, hari tuapensiun, kecelakaancacad dan meninggal dunia bagi tenaga kerja danatau kelua rganya”. 14 Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah upaya kebijaksanaan yang ditujukan kepada tenaga kerja terutama yang berada di lingkungan perusahaan dalam hal penyelenggaraan, perlindungan dengan interaksi kerja yang saling menguntungkan kedua belah pihak tenaga kerja dan pengusaha. Dalam kamus po pular “Pekerjaan sosial” istilah jaminan sosial adalah suatu program perlindungan yang diberikan oleh Negara, masyarakat dan organisasi sosial kepada seseorangindividu yang menghadapi kesukaran-kesukaran dalam kehidupan dan penghidupannya, seperti penyakit kronis, kecelakaan kerja dan sebagainya. 15 Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja dinyatakan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1992, yaitu “Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit bersalin, hari tua dan meninggal dunia”. Dari pengertian jaminan sosial tenaga kerja di atas dapat ditarik kesimpulan, jaminan sosial mempunyai beberapa aspek, antara lain : 14 H. Zainal Asikin, S.H., S.U. dkk, op. cit., hal. 100 15 Ridwan Marpaung, Kamus Populer Pekerja Sosial, 1988, hal. 36 Universitas Sumatera Utara a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya. b. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat dimana mereka bekerja. c. Dengan adanya upaya perlindungan dasar akan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang hilang. d. Menciptakan ketenangan bekerja karena adanya upaya perlindungan terhadap resiko-resiko kerja dan upaya pemeliharaan terhadap tenaga kerja. e. Dengan adanya jaminan sosial tenaga kerja akan menciptakan ketenangan bekerja pada akhirnya mendukung kemandirian dan harga diri mausia dalam menghadapi resiko sosial ekonomi. 4. Dasar Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang JAMSOSTEK ini dikeluarkan berlandaskan dasar-dasar hukum. a. Pasal 5 ayat 1, Pasal 20 ayat 1, Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 b. Undang-Undang No. 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang- Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk Seluruh Indonesia Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 41 Universitas Sumatera Utara c. Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 55 : Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912 d. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Lembara Negara Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2918 e. Undang-Undang No. 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3201. 5. Pengertian Kecelakaan Kerja Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan terjadi. Tak terduga karena di belakang peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai dengan kerugian material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat, baik bagi pengusaha maupun bagi pekerjaburuh. 16 Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, demikian juga kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju ke tempat kerja dan pulang ke rumah menuju jalan yang biasa atau wajar dilalui. 16 Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 107 Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bahwa kecelakaan kerja itu tidak hanya kecelakaan yang terjadi di ruangan kerja saja, tetapi juga kecelakaan yang terjadi sejak pekerja meninggalkan rumahnya menuju tempat bekerjanya sampai dia pulang kembali ke rumahnya dengan melalui jalan yang biasa dilaluinya. Kecelakaan yang terjadi di jalan raya atau yang terjadi selama seorang pekerja melakukan pekerjaan atas perintah atasan dianggap kecelakaan kerja. Sebaliknya, tidak dianggap sebagai kecelakaan kerja, apabila seorang pekerja di dalam perjalanannya menuju ke tempat atau pulang kerja mampir terlebih dahulu ke suatu tempat dan terjadi kecelakaan di tempat itu. Kecelakaan yang demikian tidak dianggap sebagai kecelakaan kerja yang mana mampir untuk tugas pribadi atau tugas rumah. Disamping itu penyakit yang timbul sebagai akibat langsung dari pekerjaan juga dapat dianggap sebagai kecelakaan kerja. Namun kalau penyakit itu menyebabkan cacat atau meninggal. Maka untuk dapat dianggap sebagai kecelakaan kerja haruslah dia memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah : a. Pekerjaan tenaga kerja harus menanggung risiko penyebab penyakit tersebut. b. Pekerjatenaga kerja yang bersangkutan berhubungan langsung dengan risiko tersebut. c. Penyakit tersebut telah berlangsung selama suatu masa tertentu. Universitas Sumatera Utara d. Tidak ada kelalaian yang disengaja oleh pekerjatenaga kerja sehingga ia terkena penyakit itu. e. Khusus untuk penyakit slicosic, absestorius, dan bynosis absestorius, dan bynosis tidak dianggap sebagai penyakit kerja, bila pekerja belum datang ke tempat tersebut tempat penyebab penyakit selama 10 sepuluh tahun. 6. Pengertian Organisasi BuruhPekerja Menurut RG. Kartasapoetra, dalam bukunya Hukum Perburuhan di Indonesia berlandaskan Pancasila. 17 Jelasnya, yang dimaksud dengan Organisasi Buruh di tanah air kita adalah organisasi yang didirikan oleh dan untuk kaum buruh secara sukarela yang berbentuk sebagai berikut : a. Serikat Buruh, Serikat buruh adalah suatu organisasi yang didirikan oleh dan untuk buruh secara sukarela, berbentuk kesatuan dan mencakup lapangan pekerjaan, serta disusun secara vertikal dari pusat sampai unit-unit kerja basis; b. Gabungan Serikat Buruh, Gabungan Serikat Buruh adalah suatu organissasi buruh yang anggota- anggotanya terdiri dari Serikat Buruh seperti di atas. 17 RG. Kartasapoetra, et al, Hukum Perburuhan di Indonesia Berdasarkan Pancasila, Cet. I, Bina Aksara 1986, hal. 211 Universitas Sumatera Utara Dari pengertian di atas yang diberikan oleh RG. Kartasapoetra, maka tampaknya apa yang dikemukakan itu adalah sesuai dengan bunyi pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor PER01MEN1975 tentang Pendaftaran Organisasi Buruh, tanpa memberikan penjelasan sedikitpun. Sesungguhnya Organisasi Buruh oleh Peraturan Mentranskop di atas adalah FBSI Federasi Buruh Seluruh Indonesia yang sekarang ini disebut denga SPSI. Ini dapat dibuktikan dengan adanya Surat Mentranskop Nomor 286aDDDphk1974 tentang Pengakuan Organisasi Buruh FBSI, yang mengakui FBSI itu sebagai salah satu wadah Perserikatan Buruh Vaksentral yang mengorganisir semua Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan di seluruh Indonesia tanpa kecuali. Sedangkan yang dimaksud dengan Serikat Buruh dan Gabungan Serikat Buruh dapat dijelaskan sebagai berikut; Misalnya pada PT Perkebunan Nusatara IV Unit Kebun Bah Jambi, SPBUN adalah Serikat Pekerja Serikat Buruh Perkebunan PT Perkebunan Nusantara IV Persero. SPBUN Basis Kebun Bah Jambi merupakan bagian dari SPBUN PT Perkebunan Nusantara IV di Medan., terdaftar di Pemerintah Kabupaten Simalungun, Dinas Koperasi dan UKM yang dulunya bernama Dinas Tenaga Kerja Nomor : 25 SP-DISKOP PKM dan TK 2001 tanggal 27 November 2001 Universitas Sumatera Utara yang saat ini berkantor di Medan, yang berfungsi sebagai wadah berhimpunnya Pekerja PT Perkebunan Nusantara IV Persero. 18 7. Dasar Hukum Organisasi BuruhPekerja a Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 ini memberikan hak kepada seluruh warga Negara untuk berserikat, berkumpul da mengeluarkan pendapatnya. Meskipun sifatnya agak umum namun pasal inilah yang dipakai dasar oleh para buruh kita untuk mendirikan barisan Buruh Indonesia pada awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia. b Undang-Undang Dasar Sementara 1950 Pasal 29 Pada intinya menentukan bahwa setiap orang berhak untuk mendirikan Serikat Pekerja dan masuk ke dalamnya untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingannya. Jadi, Pasal 29 Undang-Undang Sementara Tahun 1950 lebih khusus sifatnya dari Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945. c Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 tentang Persetujuan Konvensi ILO Nomor 98 Tahun 1949 Pada pokoknya sebagai berikut : 1 Menjamin kebebasan buruh untuk masuk Serikat Buruh; 2 Melindungi Buruh terhadap campur tangan majikan dalam hal ini; 18 Selayang Pandang Kebun Bah Jambi, Mei 2012, Materi Riset-PKL, hlm. 65 Universitas Sumatera Utara 3 Melindungi Serikat Buruh terhadap campur tangan majikan dalam mendirikan, cara bekerja serta cara mengurus organisasinya; 4 Menjamin penghargaan hak berorganisasi; 5 Menjamin perkembangan serta penggunaan badan perundingan sukarela untuk mengatur syarat-syarat dan keadaan-keadaan kerja dengan perjanjian perburuhan. d Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Kerja Pasal 11 yang bunyinya :  Tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota Perserikatan Tenaga Kerja;  Pembentukan Tenaga Kerja dilakukan secara demokratis. e Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor 8Edrn1974 tentang pembentukanFBSI pada perusahaan-perusahaan; Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor 01Men1975 tentang Pendaftaran Organisasi Buruh. 8. Ruang Lingkup PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi Kebun Bah Jambi adalah salah satu Unit Usaha dari PT Perkebunan Nusantara IV Persero berada di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara yang berkantor pusat di Jl. Letjend. Suprapto Medan. Bergerak dibidang Usaha Universitas Sumatera Utara Perkebunan dan Pengolahan Kelapa sawit yang menghasilkan Minyak CPO dan Inti PK. 19 Lokasi Kebun Bah Jambi berada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Jarak dengan Kota Medan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara berkisar 147 km dan dari Pematang Siantar 19 km. Kebun Bah Jambi memiliki luas HGU 8.060,5 Ha yang terdiri dari 9 Afdeling Tanaman Kelapa Sawit, Emplasmen, Pembibitan, Pabrik dan Kolam Limbah. Topografi tanah keadaannya sedikit bergelombang dan berbukit. Jenis tanah Podolik Coklat Kuning PCK dan Podsolik Coklat PC. 20 Pada umumnya keadaan areal di lokasi PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi rata dan sebagian tempat berbukit dengan ketinggian tempat 368 meter di atas permukaan laut dpl. Dari lokasi tersebut, ada beberapa keuntungan yang dimiliki oleh lokasi PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi antara lain :  Dekat dengan areal perkebunan yang menjadi lahan penghasil bahan baku  Dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan pendistribusian produk  Tenaga kerja mudah didapat dan dicari PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Jambi memiliki Pabrik Kelapa Sawit PKS dimana dahulu, sebelum pengambilalihan oleh Pemerintah 19 Selayang Pandang Kebun Bah Jambi, op. cit., hal. 4 20 Ibid., hal. 5 Universitas Sumatera Utara Republik Indonesia, Pabrik Bah Jambi adalah milik Perusahaan Belanda NV. Handle Veroging Amsterdam HVA yang mengelola Produk Sisal Agave Sisalana. Kemudian direnovasi menjadi Pabrik Kelapa Sawit dan mulai beroperasi pada tahun 1967 dengan kapasitas awal 30 ton Tandan Buah Segar TBS per jam, yang kemudian pada tahun 1972 ditingkatkan menjadi 50 ton Tandan Buah Segar TBS per jam. Pada tahun 1998 dilaksanakan pembenahan tata letak, tata ruang serta penyempurnaan mesin-mesin PKS dari kapasitas 50 ton Tandan Buah Segar TBS menjadi 60 ton Tandan Buah Segar TBS. PKS Unit Kebun Bah Jambi dengan luas 8.832,15 meter 2 sebagai tempat untuk mengolah buah kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil CPO dan Inti Sawit PK yang merupakan bahan setengah jadi yang selanjutnya dikirim ke PT. SAN Belawan, PAMINA Adolina dan sejak tahun 2000 Inti Sawit PK diolah ke PPIS Pabatu menjadi OIL dan PK Meal. 21

G. Sistematika Penulisan BAB I

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja Di PTPN – IV (Studi Kasus Di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

1 57 104

Analisis Kinerja Mutu Teh Hitam di PTPN IV Kebun Bah Butong

16 129 72

Studi Pemeliharaan Mesin Genset PTPN III Kebun Rambutan

4 47 64

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 10

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 1

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 24

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 26

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja Di PTPN – IV (Studi Kasus Di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 24

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA DI PTPN – IV (STUDI KASUS DI PTPN – IV UNIT KEBUN BAH JAMBI, PEMATANG SIANTAR) SKRIPSI

0 0 10