Macam-Macam Jaminan Sosial Tenaga Kerja

E. Macam-Macam Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Berbicara tentang macam-macam jaminan sosial tenaga kerja, maka tidak terlepas dari pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja tersebut. Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Pasal 6 ayat 1 yang menjadi ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja meliputi: 1 Jaminan Kecelakaan Kerja JKK 2 Jaminan Kematian JK 3 Jaminan Hari Tua JHT 4 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK 29 Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947; adalah Undang-Undang tentang Kecelakaan. Oleh karena itu maka undang-undang ini memberikan jaminan kecelakaanmenderita sakit dalam hubungan kerja yang meliputi jaminan sosial untuk : a. Jaminan SosialTunjangan untuk Sakit perawatan dan pengobatan b. Jaminan SosialTunjangan Cacat yaitu tunjangan kepada buruh sendiri c. Jaminan SosialTunjangan Meninggal dunia, jandaduda, dan anak yatim piatu. 30 Jaminan-jaminan sosial di atas diberikan kepada yang berhak sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan untuk masing-masing kecelakaan. Namun karena undang-undang ini dikeluarkan Tahun 1947 maka tentu saja jumlah pemberian ganti kerugian jaminan nya sudah tidak sesuai lagi untuk zaman sekarang. 29 Maimun, op. cit., hal. 85 30 H. Zainal Asikin, S.H., S.U. dkk, op. cit., hal. 114 Universitas Sumatera Utara Dalam praktek, yang berlaku sekarang adalah Asuransi Sosial Tenaga Kerja Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977. Namun ini hanya terbatas pada pekerja yang menjadi peserta ASTEK saja. Bagi yang tidak, pada prinsipnya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947 masih tetap berlaku bagi mereka. a. Jaminan SosialTunjangan untuk Sakit Perlu diingat bahwa yang dimaksud dengan sakit dalam hal ini adalah sakit yang berhubungan dengan pekerjaanhubungan kerja. Jadi bukan semacam sakit malaria atau sakit kepala, panas dan lain-lainnya yang satu, dua atau tiga hari akan sembuh. Sakit yang akan mendapatkan tunjangan adalah sakit yang diderita lebih dari tiga hari dan nyata-nyata penyakit itu disebabkan oleh karena adanya hubungan kerja atau alat-alat kerja. Besarnya tunjangan sakit tidak ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947. Yang jelas, bahwa segala biaya pengobatan dan perawatan termasuk obat-obat yang berkaitan dengan penyakitnya harus diberikan penggantian kerugian. Oleh karena itu, segala kwitansi atau bukti-bukti pembayaran lainnya dari si penderita harus disimpan untuk nanti setelah dia sembuh egala biaya tersebut dapat dimintakan penggantian kerugian kepada pengusaha.. Di samping itu, bagi pekerja yang terkena kecelakaan, sehingga terpaksa dirawat di rumah sakit akan mendapatkan tunjangan berdasarkan pasal 11 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947. Besarnya tunjangan itu adalah sebesar upahnya setiap hari selama 120 hari. Apabila setelah lewat 120 hari pekerja ini belum juga sehat, dan tenaganya belum pulih untuk bekerja maka tunjangan itu Universitas Sumatera Utara menjadi 50 dari upah setiap hari selama pekerja yang bersangkutan belum mampu bekerja. Pembayaran tunjangan ini dilakukan setiap waktu para pekerja menerima upahnya, kecuali jika antara pengusaha dan pekerja yang bersangkutan telah dibuat perjanjian lain dari pada itu. Dalam hal menentukan mampu tidaknya seorang pekerja untuk bekerja kembali, setelah mengalami kecelakaan tentunya diperlukan jasa seorang dokter penasihat. Dokter ini adalah dokter khusus yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan sehubungan dengan diberlakukannya Undang-Undang Kecelakaan tersebut. b. Jaminan SosialTunjangan Cacat Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947 sebetulnya membagi pengertian cacat ini ke dalam 2 dua bagian, yaitu: 1. Cacat yang mengakibatkan pekerja untuk sementara tidak mampu bekerja, dan 2. Cacat yang mengakibatkan pekerja untuk selama-lamanya tidak mampu bekerja. Cacat yang tersebut pada poin 1 satu bahwa tidaklah termasuk yang namanya cacat, sebab yang namanya cacat menurut persepsi adalah keadaan yang mengakibatkan seorang pekerja itu selamanya tidak mampu lagi mengerjakan yang biasa ia lakukan. Sedangkan kalau tidak mampu bekerjanya itu hanya untuk sementara saja maka itu bukanlah cacat, tetapi itu digolongkan ke dalam keadaan sakit. Dari tunjangan untuk ini sudah diuraikan pada sub a di atas. Universitas Sumatera Utara Sedangkan tunjangan untuk pekerja yang mengalami kecelakaan yang mengakibatkan selamanya pekerja tersebut tidak akan mampu lagi untuk bekerja, sudah ditentukan di dalam lampiran Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947. Tunjangan tersebut harus sudah dibayar oleh pengusaha setelah dokter penasihat menyatakan, bahwa pekerja karena kecelakaan tersebut selamanya tidak akan mampu lagi bekerja. Untuk lebih jelasnya mengenai berapa besarnya tunjangan cacat untuk selamanya tidak mampu bekerja ini, akan kami kutipkan lampiran Undang- Undang Nomor 33 Tahun 1947 sebagai berikut : Selama-lamanya tidak mampu bekerja karena kehilangan : Persentase Tunjangan x besar upah : 1. Lengan kanan dari sendi bahu ke bawah 40 2. Lengan kiri dari sendi bahu ke bawah 35 3. Lengan kanan dari sendi ke bawah 35 4. Lengan kiri dari sendi ke bawah 30 5. Tangan kanan dari atas pergelangan ke bawah 30 6. Tangan kiri dari atas pergelangan ke bawah 28 7. Kedua belah kaki dari pangkal paha ke bawah 70 8. Sebelah kaki dari pangkal paha ke bawah 35 9. Kedua belah kaki dari mata kaki ke bawah 50 10. Sebelah kaki dari mata kaki ke bawah 25 11. Kedua belah mata menjadi buta 70 12. Sebelah mata menjadi buta 30 13. Pendengaran pada kedua belah telinga 40 Universitas Sumatera Utara 14. Pendengaran pada sebelah telinga 10 15. Ibu jari tangan kanan 15 16. Ibu jari tangan kiri 12 17. Telunjuk tangan kanan 9 18. Telunjuk tangan kiri 7 19. Satu jari lain dari tangan kanan 4 20. Satu jari lain dari tangan kiri 3 21. Salah satu ibu jari kaki 3 22. Salah satu ibu jari kaki yang lainnya 2 Perlu diperhatikan bahwa : a. Bagi orang kidal, kalau kehilangan salah satu lengan atau jari, maka keterangan kanan dan kiri yang tersebut dalam daftar tersebut di atas, diperuntukkan letaknya; b. Dalam hal kehilangan beberapa anggota badan yang tersebut di atas, maka besarnya tunjangan ditetapkan dengan menjumlahkan banyaknya persen dari tiap-tiap anggota; c. Anggota badan yang tidak dipakai sama sekali karena lumpuh dianggap sebagai hilang. Perlu diperhatikan, bahwa menurut ketentuan pasal 11 ayat 1 bagian apabila seorang pekerja yang mengalami cacat sehingga dia tidak mampu lagi bekerja untuk selama-lamanya dan ternyata cacatnya itu tidak terdapat dalam table di atas, maka besarnya tunjangan ditentukan oleh pegawai pengawas dengan persetujuan dokter penasihat. Jika terjadi perselisihan antara pegawai pengawas Universitas Sumatera Utara dengan dokter penasihat mengenai hal ini Menteri Tenaga Kerja yang harus menetapkan dengan mengingat pertimbangan Menteri Kesehatan. Di samping itu, jika cacatnya pekerja tersebut keadaannya sedemikian rupa sehingga di rumahnya dia sama sekali tidak bisa mengerjakan pekerjaan yang biasa dia lakukan sebelum dia menderita cacat itu, maka besarnya tunjangan adalah 50 dari upah sehari untuk setiap harinya. Dan jika dengan kecelakaancacat itu menyebabkan si pekerja secara terus- menerus memerlukan bantuan orag lain bagi dirinya maka besarnya tunjangan dinaikkan menjadi 70 dari upah. c. Jaminan SosialTunjangan Meninggal Dunia Jika pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan yang diderita di dalam hubungan kerja, maka semua ahli waris yang menjadi tanggungannya mendapatkan tunjanganjaminan sosial berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947. Pemberian tunjangan ini hanya dapat dilakukan secara berkalatiap bulan, kecuali dengan persetujuan pegawai pengawas tunjangan berkala ini dapat doganti menjadi tunjangan sekaligus apabila :  Jika dengan pemberian tunjangan sekaligus itu keluarga yang ditinggalkan pekerja ini tidak akan menjadi terlatar hidupnya;  Jika keluargaahli waris yang ditinggalkan pekerja akan meninggalkan Indonesia; Universitas Sumatera Utara  Jika perusahaan yang diwajibkan memberikan tunjangan merupakan suatu hukum yang akan dibubarkan;  Jika majikan perusahaan yang diwajibkan memberikan tunjangan meniggal dunia, dan warisannya aka dibagi oleh para ahli warisnya. Sedangkan besarnya tunjanganjaminan sosial bagi ahli waris pekerja yang meninggal dunia adalah sebagai berikut :  Sebesar 30 dari upah setiap hari untuk jandanya. Jika terdapat lebih dari seorang janda, maka tunjangan yang 30 harus dibagi rata di antara mereka. Kemudian jika pekerja yang meninggal adalah wanita, maka suami yang ditinggalkannya akan mendapat tunjangan 30 dengan syarat suaminya itu tidak mempunyai pekerjaan;  Sebesar 15 dari upah setiap hari bagi seorang anak yang sah atau disahkan, dan belum berumur 16 tahun atau belum kawin. Jika anak itu dengan meninggalkan pekerjaan menjadi yatim piatu maka banyaknya tunjangan ditambah menjadi 20;  Paling banyak 30 dari upah setiap hari untuk tiap hari bagi ayah dan ibu, atau jika pekerja itu tidak mempunyai ayah dan ibu, kepada kakek dan nenek yang nafkahnya sebagian besar dicarikan oleh pekerja yang meninggal dunia. Pemberian tunjangan untuk ayah dan ibu atau kakek nenek ini dapat dilakukan apabila pemeberian tunjangan untuk jandaduda dan anak-anak pekerja telah dilakukan secara penuh. Artinya, tunjangan dapat diberikan kepada mereka apabila jandaduda dan anak-anak pekerja Universitas Sumatera Utara tidak lagi mendapatkan tunjangan; misalnya karena jandaduda itu kawin lagi, dan anak-anaknya sudah berumur lebih dari 16 tahun.  Paling banyak 20 dari upah setiap hari bagi cucu pekerja yang tidak berorang tua lagi dan nafkanhnya dicarikan sendiri oleh pekerja. Tunjangan untuk cucu pekerja ini juga dapat diberikan apabila penerima tunjangan pada poin 1,2 dan 3 sudah menerima secara penuh.  Paling banyak 30 dari upah sehari untuk mertua laki-laki dan mertua wanita dari pekerja yang nafkahnya dicarikan oleh pekerja. Tunjangan ini baru dapat diberikan apabila penerima yang tersebut pada poin 1, 2, 3 dan 4 sudah menerima secara penuh. Di atas telah dikatakan, bahwa tunjangan-tunjangan bagi ahli waris pekerja dapat pula diberikan secara sekaligus bila pegawai pengawasan mengizinkan. Besarnya pemeberian tunjangan secara sekaligus ini ditetapkan :  Sama dengan 48 kali tunjangan setiap bulan, apabila tunjangan telah diberikan secara berkala kurang dari 1 satu tahun;  Sama dengan 40 kali tunjangan setiap bulan, apabila tunjangan telah diberikan secara berkala selama 1 satu tahun lebih, tetapi kurang dari 2 dua tahun;  Sama dengan 24 kali tunjangan setiap bula, apabila tunjangan telah diberikan secara berkala selama 3 tiga tahun lebih. Selain tunjangan-tunjangan bagi para ahli waris di atas, apabila pekerja meninggal dunia ahli warisnya juga akan mendapatkan tunjangan uang kubur. Universitas Sumatera Utara Besarnya tunjangan uang kubur ini ketika Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947 seratus dua puluh lima rupiah. Jumlah yang Rp 125,00 tentu saja untuk saat sekarang tidak ada gunanya, dan oleh karenanya perlu disesuaikan. Undang-undang dan peraturan-peraturan yang akan menyesuaikan jumlah tunjangan kubur di atas sampai sekarang tidak muncul-muncul. Karena tidak ada peraturan yang menyesuaikan besarnya uang kubur, maka praktek yang berlaku adalah kebijaksanaan dari majikan perusahaan. Artinya, besar tunjangan uang kubur yang diberikan kepada ahli waris pekerja adalah tergantung dari kebijaksanaan majikannya. Akibatnya, besar uang tunjangan kubur di masing-masing perusahaan adalah berbeda. Dan ini tentu saja menimbulkan rasa ketidakadilan. Oleh karena itu, jalan yang paling baik adalah memasukkan semua pekerja menjadi peserta ASTEK.

F. Peran Pemerintah dalam Perlindungan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja Di PTPN – IV (Studi Kasus Di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

1 57 104

Analisis Kinerja Mutu Teh Hitam di PTPN IV Kebun Bah Butong

16 129 72

Studi Pemeliharaan Mesin Genset PTPN III Kebun Rambutan

4 47 64

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 10

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 1

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 24

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 26

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja Di PTPN – IV (Studi Kasus Di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 24

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA DI PTPN – IV (STUDI KASUS DI PTPN – IV UNIT KEBUN BAH JAMBI, PEMATANG SIANTAR) SKRIPSI

0 0 10