Besarnya tunjangan uang kubur ini ketika Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947 seratus dua puluh lima rupiah.
Jumlah yang Rp 125,00 tentu saja untuk saat sekarang tidak ada gunanya, dan oleh karenanya perlu disesuaikan. Undang-undang dan peraturan-peraturan
yang akan menyesuaikan jumlah tunjangan kubur di atas sampai sekarang tidak muncul-muncul.
Karena tidak ada peraturan yang menyesuaikan besarnya uang kubur, maka praktek yang berlaku adalah kebijaksanaan dari majikan perusahaan. Artinya,
besar tunjangan uang kubur yang diberikan kepada ahli waris pekerja adalah tergantung dari kebijaksanaan majikannya. Akibatnya, besar uang tunjangan
kubur di masing-masing perusahaan adalah berbeda. Dan ini tentu saja menimbulkan rasa ketidakadilan. Oleh karena itu, jalan yang paling baik adalah
memasukkan semua pekerja menjadi peserta ASTEK.
F. Peran Pemerintah dalam Perlindungan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Pemerintah mempunyai peranan yang sangat besar untuk terselenggaranya jaminan sosial tenaga kerja dengan sebaik-baiknya. Pemerintah dalam Jamsostek
telah bekerja sama denga tujuan agar setiap tenaga kerja yang telah mendaftarkan kepersertaannya mendapatkan jaminan dan santunan serta biaya ganti rugi ketika
terjadi peristiwa dalam hubungan kerja. Depnaker Departemen Tenaga Kerja sebagai wakil pemerintah dalam
bidang ketenagakerjaan mencakup bidang yang sangat luas. Departemen adalah badan yang berwenang serta berkewajiban untuk mengawasi dan menyelesaikan
Universitas Sumatera Utara
segala masalah-masalah yang terjadi dalam bidang ketenagakerjaan dan sekaligus sebagai badan yang berwenang dalam pengerahan dan pembinaan tenaga kerja.
Depnaker sebagai wakil pemerintah mempunyai tugas antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Menyediakan dan penggunaan tenaga kerja
b. Pengembangan dan perluasan kerja
c. Pembinaan keahlian dan kejuruan tenaga kerja
d. Pembinaan hubugan ketenagakerjaan
e. Pengurusan syarat-syarat dan jaminan sosial
f. Pembinaan norma-norma perlindungan kerja
g. Pembinaan norma-norma keselamatan kerja
31
Pasal 19 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 150 Tahun 1999, berbunyi bahwa pengawasan terhadap ditaatinya keputusan menteri ini dilakukan
oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan. Pengawasan yang dilakukan oleh pengawas tersebut di atas yang dalam hal ini adalah Depnaker masih dapat
dikatakan terbilang belum efektif yang masih bersifat pasif atau masih bersifat menunggu. Hal ini mungkin karena ketidak harusan pengusaha dalam
mendaftarkan setiap tenaga kerjanya ke pihak penyelenggara PT Jamsostek. Pembinaan dan pengawasan tehadap penyelenggara program jaminan sosial
tenaga kerja oleh badan penyelenggara PT Jamsostek dilakuka oleh yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagakerjaan Menteri Tenaga Kerja. Dalam
31
Imam Soepomo, op. cit., hal. 42
Universitas Sumatera Utara
melakukan pembinaan dan pengawasan tersebut menteri yang bersangkutan dapat melakukan pemeriksaan langsung setiap waktu.
Pembinaan yang berkaitan dengan penetapan kebijaksanaan regulasi Peraturan Perundang-undangan dilakukan bersama oleh Menteri tenaga Kerja
dan menteri keuangan. Pembinaan dan pengawasan yang berkaita dengan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK dilakukan bersama oleh Menteri Tenaga
Kerja dan Menteri Kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 1999 tentang
Pengalihan Kedudukan, tugas dan kewenangan Menteri Keuangan selaku Rapat Umum Pemegang Saham RUPS atau Pemegang Saham pada perusahaan
Perseroan Perserio dan Perseroan Terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia kepada Menteri Negara Penanaman Modal da
Pembinaan BUMN, fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap badan penyelenggara Jamsostek PT Jamsostek dilakukan oleh Menteri Keuangan.
32
Menteri Tenaga Kerja dalam melaksanakan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Nomor :PER-05 MEN 1993 tanggal 27 Februari 1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepersertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan
Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
32
Zulaini Wahab, Jaminan Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 167
Universitas Sumatera Utara
Di samping itu, laporan keuangan PT Jamsostek yang diaudit oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan BPKP, bukan oleh kantor Akuntan
Publik sebagai Auditor Independen. Program jaminan sosial tenaga kerja merupakan suatu program pemerintah
yang bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dan keluarganya hanya dapat terlaksana dengan baik apabila pemerintah dalam hal ini
Depnaker melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap ditaatinya ketentuan- ketentuan perundang-undangan tersebut.
Adapun bentuk pengawasan yang dilakukan hendaklah dengan melakukan peninjauan langsung perusahaan-perusahaan untuk melihat keadaan tenaga kerja
dan menanyai langsung kepada tenaga-tenaga kerja tentang pelaksanaan Jamsostek di perusahaan tersebut. Sehingga dengan demikian tenaga kerja merasa
terlindungi dan dengan demikian tercapai pulalah sekaligus tujuan nasional yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Ada empat persoalan asuransi tenaga kerja yang ditawarkan oleh Jamsostek bagi manfaat pekerja dan masing-masing memiliki besaran persentase potongan
gaji yang berbeda-beda. Untuk program Jaminan Hari Tua JHT iuran sebesar 5,7 dari gaji karyawan bersangkutan dibebankan kepada perusahaan 3,7
dan pekerja sendiri 25. Program Jaminan Kesehatan JKS besar iuran variatif dengan rentang 3 hingga 6 dari gaji karyawan yang dibebankan seluruhnya
kepada perusahaan. Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK juga dibebankan seluruhnya kepada perusahaan untuk menggunakan dengan rentang antara
Universitas Sumatera Utara
0,24 hingga 1,74 dari gaji karyawan. Untuk program Jaminan Kematian JKM dibebankan seluruhnya kepada perusahaan dengan persentase 0,30.
33
PT Persero Jamsostek memiliki dasar hukum yang kuat untuk melakukan pemungutan iuran, yakni UU No. 3 1992 dan PP No. 151995. Hak pungut ini
bertemu dengan adanya kebutuuhan perusahaan dan pekerja akan adanya asuransi social tenaga kerja. Disinilah letak kekuatan PT Persero Jamsostek.
Pemerintah masih dibatasi kendala pendanaan untuk mewujudkan konsep ideal jaminan sosial universal yang dibiayai oleh APBN dalam rangka
pelaksanaan amanat UUD 1945 pasal 34 “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Secara ideal, sebagaimana yang telah diterapkan di
Negara-negara Eropa, sebagian dari pajak yang disetorkan ke APBN disisihkan untuk program jaminan sosial bagi masyarakat. Di Indonesia hal ini menemui
kendala karena masih belum optimalnya pemasukan pajak. Status hukum BUMN bagi perusahaan merupakan permasalahan bagi PT
Persero Jamsostek dalam memberikan pengembalian manfaat yang optimum bagi pekerja. Indonesia dan Cina adalah salah satu dari sedikit negara yang
memberikan bada hukum BUMN bagi institusi penyelenggara jaminan sosialnya, suatu hal yang ditinggalkan oleh negara-negara lainnya. Program jaminan sosial
merupakan program publik yang diwajibkan oleh UU dimana iuran dan investasi yang dikumpulkan bukanlah merupakan pendapatan, melainkan utang institusi
penyelenggara yang harus dikembalikan kepada peserta. Dikatakan sebelumnya
33
Maimun, op. cit., hal. 97
Universitas Sumatera Utara
merupakan program publik yang diwajibkan karena sistem jaminan sosial merupakan salah satu program welfare state yang hanya memberikan benefit
standar minimum, suatu hal yang berbeda dengan yang ditawarkan oleh asuransi komersial.
Dalam penyelenggaraan jamsostek, PT Persero Jamsostek juga menghadapi masalah akibat ketergantungan yang besar pada pihak regulator,
terutama dalam hal law enforcement dan perbaikan benefit. Dalam penyelenggaraan jaminan sosial di banyak Negara, badan penyelenggara
melakukan law enforcement sendiri sehingga dapat melakukan akses langsung ke perusahaan-perusahaan. Jadi Departemen teknik terkait yakni Depnaker
semestinya dikembalikan fungsinya sebagai “wasit” dan regulator yang baik dalam penyelenggara jamsosotek. Sebagai contoh, kenyataan yang terjadi di
lapangan menunjukkan adanya ketidaktaatan dari para perusahaan untuk mengikuti perintah UU No. 3 Tahun 1992, seperti pelaporan jumlah pegawai dan
gaji yang menyimpang dari jumlah semestinya, yang sulit untuk ditindak secara tegas oleh badan penyelenggara karena wewenang untuk menindak dimiliki
Depnaker. Kadang aparat Depnaker yang mestinya menjadi “wasit” yang baik justru makin memperkeruh situasi ini.
Dari segi peluang PT Persero Jamsostek, jumlah peserta dari tahun ke tahun terus meningkat seiring meningkatnya jumlah pekerja di sektor formal, yang
memang selama ini menjadi target pasar penyelenggara PT Jamsostek.
Universitas Sumatera Utara
Pertambahan peserta terasa berjalan tersendat-sendat dan target pasar potensial dari sektor formal saja masih, 12 juta tahun 2000. Peluang pasar yang
ada sangat besar apalagi bila juga masuk ke lingkup sektor informal dengan jumlah pekerja sektor informal ini yang sangat besar, sebanyak 62,35 juta orang.
Adanya prinsip “law of big number” mengharuskan tercapainya angka peserta dalam jumlah besar, sehingga selayaknya badan ini dibantu agar dapat
berkonsentrasi melakukan perannya sebagai agen pembangunan. Ancaman yang dihadapi oleh PT Persero Jamsostek timbul dari sikap
pemerintah yang dirasakan kurang tegas atau mengabaikan kekacauan yang terjadi. Antara sesama BUMN penyelanggara asuransi sosial dibiarkan terjadi
kompetisi yang sebenarnya tidak dapat dibenarkan. Penyimpangan dari konsep ideal ini diperparah dengan dimungkinkannya penyelenggara dari konsep satu
BUMN oleh UU No. 3 Tahun 1992. Tidak adanya sikap yang tegas dari pemerintah yang mengesankan ambivalensi sikap pemerintah, dan dorongan
untuk mencetak laba sebanyak mungkin baik BUMN menyebabkan lahirnya praktek penawaran paket asuransi kesehatan oleh PT Askes kepada perusahaan-
perusahaan yang memberatkan penyelanggaraan Jamsostek. Hal ini timbul karena adaya tumpang tindih antara UU No. 3 Tahun 1992 yang mewajibkan perusahaan
menjadi anggota jamsostek, dan PP No. 14 Tahun 1993 pasal 2 ayat 4 yang membeloehkan perusahaan untuk tidak mengikuti program jaminan kesehatan
dasar apabila sudah menyelenggarakan sendiri program jaminan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Seharusnya ditarik garis yang tegas antara paket
jaminan kesehatan minimum yang diselenggarakan oleh badan penyelenggara
Universitas Sumatera Utara
jamsostek yaitu PT Persero Jamsostek dan paket asuransi kesehatan plus yang boleh ditawarkan oleh swata atau PT Askes yang dalam hal ini berlaku sebagai
perusahaan swasta, sehingga kedua jenis paket ini tidak perlu dan tidak bisa dicampuradukkan.
34
Bila dibandingkan dengan ketiga BUMN lain di bidang asuransi, yaitu PT Persero ASKES, ASABRI, TASPEN, jelas catatan prestasi keuangan di atas
lebih baik. Oleh sebab itu peran pemerintah sebenarnya pada jaminan sosial tenaga kerja pada kecelakaan kerja adalah mendaftarkan tenaga kerja kepada PT
Jamsostek dan Departemen Tenaga Kerja untuk mendapatkan ganti rugi atas kecelakaan yang diderita oleh tenaga kerja.
34
Ibid, hal. 04
Universitas Sumatera Utara
BAB III
PERANAN SERIKAT BURUHSERIKAT PEKERJA DALAM PERUSAHAAN
A. Pengertian Serikat Buruh Serikat Pekerja