Makna Simbolis dan Fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo

(1)

MAKNA SIMBOLIS TARI SINDHUNG LENGGER DINAS

PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN

WONOSOBO

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana program studi pendidikan seni tari

oleh Dewi Selfiyani

2502407002 Pend. Seni Tari

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FBS UNNES pada tanggan 29 Juli 2011.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Dra. Malarsih, M.Sn Drs. Eko Raharjo, M.Hum

NIP.196106171988031002 NIP.196510181992031001

Penguji I

Dr. Wahyu Lestari, M.Pd NIP.196008171986012001

Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

Drs. R. Indriyanto, M.Hum Moh. Hasan Bisri, S.Sn, M.Sn

NIP.196509231990031001 NIP.196601091998021001


(3)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : DEWI SELFIYANI

NIM : 2502407002

Jurusan : Sendratasik

Program Studi : Pendidikan Seni Tari S1 Fakultas : Bahasa dan Seni UNNES

Judul Skripsi : “Makna Simbolis dan Fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo”

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil penelitian saya sendiri, dan sepengetahuan saya tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain, atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di universitas lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan. Bila pernyataan ini terbukti tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Semarang, 2011 Yang menyatakan,

DEWI SELFIYANI NIM. 2502407002


(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Kita seharusnya tidak menunggu inspirasi dalam melakukan sesuatu, tindakan selalu melahirkan inspirasi, sedangkan inspirasi jarang diikuti dengan tindakan. (Frank Tibolt)

2. “Hai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah dan carilah jalan kepadanya dan berjuanglah pada jalannya, mudah-mudahan kamu mendapat kemenangan (sukses)” (Q.S Al Maidah Ayat 35)

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:

1. Untuk Ibu dan Bapak sebagai rasa baktiku 2. Untuk Adikku yang kusayangi

3. Untuk Mas.Ito yang selalu mendukungku 4. Untuk Almamater sebagai rasa terima kasihku


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Makna Simbolis dan Fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo”.

Skripsi ini tentu tidak diselesaikan tanpa keterlibatan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang telah memberikan kemudahan perijinan dan dorongan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

3. Drs. Shahrul Syah Sinaga, M.Hum, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang telah memberikan kemudahan perijinan dan dorongan kepada penulis untuk menyusun skripsi.

4. Drs. R. Indriyanto, M.Hum, dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Moh. Hassan Bisri, S.Sn, M.Sn, dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.


(6)

6. Dr. Wahyu Lestari, M.Pd, dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Sulistriyaningsih, MBA, pencipta tari Sindhung Lengger.

8. Bapak Dwi Pranyoto, Fernias, Dian, Tatak, pengrawit dan penari Tari Sindhung Lengger sekaligus narasumber dalam objek penelitian.

9. Drs. M. Aziz Wijaya, M.Si, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

10.Segenap Dosen Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

11.Ibu dan Bapak serta seluruh keluarga yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam proses pembuatan skripsi.

12.Mas. Ito yang selalu memberi semangat dalam proses pembuatan skripsi hingga skripsi ini selesai.

13.Teman-teman Seni Tari Angkatan 2007 Ora Ono Matine yang telah membantu dan memberi semangat sehingga skripsi ini cepat selesai.

14.Teman-teman Be-Happy Kost semuanya yugi, tias, dephi, liska, tika, pophy, ari, lina, pipit dan dyah yang selalu memberi semangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca semuanya.

Semarang, 2011

Penulis


(7)

SARI

Dewi Selfiyani. 2011. Makna Simbolis dan Fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Pembimbing I Drs. R. Indriyanto, M.Hum, Pembimbing II Moh. Hassan Bisri, S.Sn,M.Sn. Sendratasik Universitas Negeri Semarang.

Kata kunci: tari, sindhung lengger, simbolis.

Makna simbolis merupakan sebuah kajian yang mengupas tentang makna-makna yang disimbolkan oleh tari Sindhung Lengger serta mengungkap fungsi tari Sindhung Lengger meliputi fungsi hiburan, fungsi tontonan dan fungsi pendidikan. Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis makna simbolis dan fungsi tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian adalah pencipta tari Sindhung Lengger, di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.Pengambilan data dengan cara metode observasi, metode wawancara dan dokumentasi yang datanya terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Tahap-tahap yang ditempuh dalam analisis data penelitian ini menggunakan konsep Adshead meliputi mengenali dan mendeskripsikan komponen-komponen pertunjukan, memahami hubungan antara komponen-komponen pertunjukan dalam perjalanan ruang dan waktu, melakukan intepretasi, dan melakukan evaluasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa makna simbolis gerak tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo adalah: menggambarkan kelincahan, keceriaan, kegembiraan, kehangatan dan keharuman dalam menyambut tamu. Makna simbolis dari tata rias dan busana tari Sindhung Lengger merupakan pembentukan karakter penari agar penari wanita terlihat cantik dan penari pria terlihat gagah. Makna simbolis properti yang berupa bunga tabur dalam cobek menggambarkan keharuman. Tari Sindhung Lengger berfungsi sebagai hiburan, sebagai tontonan, dan tari sebagai media pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa makna simbolis tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo adalah tema, gerak, iringan, serta tata rias dan busana. Fungsi tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo meliputi fungsi hiburan, fungsi pertunjukan atau tontonan dan fungsi pendidikan. Saran-saran yang perlu diberikan adalah (1) Bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan hendaknya selalu menjaga kelestarian tari Sindhung Lengger dengan cara menampilkan tari Sindhung Lengger pada setiap kesempatan. (2) Bagi masyarakat ikut berperan dalam menjaga kelestarian tari Sindhung Lengger seperti dengan cara bergabung menjadi penari tari Sindhung Lengger, sehingga tidak memudarkan makna simbolis yang terkandung dalam tari Sindhung Lengger.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

SARI ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR FOTO ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.5Sistematika Skripsi ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI 2.1Makna Simbolis Kesenian ... 7

2.2Fungsi Kesenian ... 10

2.3Kerangka Berpikir ... 16


(9)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1Metode dan Pendekatan Penelitian ... 18

3.2Lokasi dan Sasaran Penelitian ... 19

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 19

3.2.2 Sasaran Penelitian ... 19

3.3Sumber Data ... 20

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.4.1 Teknik Observasi ... 20

3.4.2 Teknik Wawancara ... 22

3.4.3 Teknik Dokumentasi ... 24

3.5Teknik Keabsahan Data ... 25

3.6Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 28

4.1.1 Lokasi Kabupaten Wonosobo ... 28

4.1.2 Penduduk ... 28

4.1.3 Potensi Wisata, Budaya dan Seni ... 30

4.2 Asal-Usul Tari Sindhung Lengger ... 33

4.3 Unsur-Unsur Pertunjukan Tari Sindhung Lengger ... 35

4.3.1 Pelaku ... 35

4.3.2 Gerak ... 36

4.3.3 Iringan Tari ... 45

4.3.3.1Instrumentasi ... 45


(10)

4.3.3.2Garap ... 46

4.3.3.3Reportoir Lagu ... 48

4.3.4 Tata Rias dan Busana ... 49

4.3.4.1Tata Rias Wajah ... 49

4.3.4.2Tata Busana ... 56

4.3.4.3Tempat Pementasan atau Panggung ... 63

4.3.4.4Lighting ... 63

4.3.4.5Properti ... 64

4.4 Makna Simbolis Tari Sindhung Lengger ... 64

4.4.1 Tema ... 65

4.4.2 Pemain ... 65

4.4.3 Gerak ... 66

4.4.4 Iringan atau Musik ... 75

4.4.5 Tata Rias dan Busana ... 76

4.5 Fungsi Tari Sindhung Lengger ... 83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 88

5.2Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 93


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ... 29

Tabel 2: Deskripsi gerakan tari Sindhung Lengger ... 36

Tabel 3: Peralatan Rias Tari Sindhung Lengger ... 50

Tabel 4: Alat dan Bahan Tata Rias Rambut ... 55

Tabel 5: Tata Rias Busana Penari Putri ... 57

Tabel 6: Tata Rias Busana Penari Putra ... 60

Tabel 7: Makna Simbolis Gerak Tari Sindhung Lengger ... 69


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Peta Kabupaten Wonosobo ... 94

Lampiran 2: Pedoman Wawancara ... 95

Lampiran 3: Daftar Biodata Narasumber ... 97

Lampiran 4: Laporan Hasil Wawancara ... 106


(13)

DAFTAR FOTO

Halaman

Foto 1: Bunga Tabur ... 64

Foto 2: Gerak Berpasangan ... 67

Foto 3: Alat-Alat Rias Tari Sindhung Lengger ... 77

Foto 4: Busana Penari Lengger ... 79

Foto 5: Busana Pengibing ... 81


(14)

1

1.1

Latar Belakang

Wonosobo yang dikenal sebagai kota budaya memang memiliki beragam kesenian dan kebudayaan. Kesenian merupakan perwujudan kebudayaan yang mempunyai peranan tertentu bagi masyarakat yang menjadi ajangnya. Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang hidupnya mengenal keindahan, karena itu manusia tidak dapat dipisahkan dari keindahan.

Seni merupakan ekspresi budaya manusia yang senantiasa hadir sebagai ekspresi pribadi atau ekspresi kelompok sosial masyarakat manusia berdasarkan budaya yang diacunya, sehingga dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh perorangan atau kelompok sosial masyarakat manusia sebagai sarana interaksi sosial. Interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial manusia, baik individu-individu dan kelompok-kelompok atau individu-individu dengan kelompok dengan ditujukan adanya suatu ciri telah terjadi suatu aksi dan reaksi diantara individu atau kelompok yang berhubungan.

Kesenian tersebar di pelosok pedesaan yang semuanya memiliki corak, ciri dan fungsi yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat pendukungnya. Seperti halnya dengan salah satu jenis kesenian yang terdapat di Kabupaten Wonosobo yaitu Tari Sindhung Lengger.


(15)

Tari Sindhung Lengger merupakan peristiwa sosial yang mempunyai fungsi sebagai sarana hiburan dan pertunjukan serta sebagai sarana komunikasi antara seniman dan masyarakat, dimana kesenian tersebut tumbuh dan berkembang. Demikian pula yang terjadi pada bentuk kesenian rakyat khususnya Tari Sindhung Lengger, kemunculannya tidak terlepas dari adat istiadat daerah lebih hidup di alam pedesaan dan akrab dengan masyarakat. Ciri-ciri seni pertunjukan rakyat antara lain tumbuh di lingkungan pedesaan, dimainkan oleh orang daerah setempat dan yang bermain karena senang.

Tari Sindhung Lengger yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Wonosobo merupakan hasil budaya yang memiliki ciri khas masyarakat Kabupaten Wonosobo. Tari Sindhung Lengger merupakan perkembangan dari Tari Topeng Lengger yang menceritakan citra dan jati diri dari wanita pedesaan dengan kepolosannya mengajak laki-laki untuk hanyut dalam kebersamaan untuk menyatu, berandai-andai akan indahnya persahabatan, berbagi rasa serta bermakna untuk mengingatkan manusia kepada pencipta alam, hampa sesaat untuk kemudian menatap dan memohon ke-Agungan Tuhan Yang Maha Esa dalam kesedihan maupun kegembiraan agar tetap memberi keselamatan serta perlindunganNya kepada seluruh umat manusia di bumi.

Tari Sindhung Lengger bertahan hidup di Kabupaten Wonosobo dan mampu tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh masyarakat di Kabupaten Wonosobo, Tari Sindhung Lengger sering dipertunjukan untuk berbagai acara seperti pada acara peresmian gedung baru, penyambutan tamu di Pendopo Kabupaten Wonosobo dan pernah pula dipentaskan di TMII pada tanggal 20


(16)

November 2004. Tari Sindhung Lengger sering difungsikan sebagai tarian penyambutan.

Bentuk gerakan Tari Sindhung Lengger masih tradisional dan terlihat didominasi oleh gerakan kaki, tangan dan gerakan kepala, semuanya dilakukan dengan penuh semangat, patah-patah dan enerjik. Tari Sindhung Lengger termasuk dalam tarian berpasangan, namun bisa juga ditarikan secara kelompok maupun masal. Pada Tari Sindhung Lengger setiap gerakan-gerakan yang ditarikan memiliki makna simbolis. Tari Sindhung Lengger juga mempunyai bermacam-macam fungsi diantaranya adalah fungsi sebagai sarana hiburan dan pertunjukan.

Keunikan Tari Sindhung Lengger terlihat dari gerakan dan makna simbolis yang ada di dalam gerakan tari Sindhung Lengger. Makna simbolis terkait dengan tema, gerak dan bentuk penyajiannya serta berfungsi sebagai sarana hiburan dan pertunjukan. Oleh sebab itu peneliti tertarik meneliti lebih jauh melalui penelitian di lapangan. Selain itu peneliti juga menunjukkan bahwa Tari Sindhung Lengger Dinas Priwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo tersebut tetap eksis, dapat dikenal masyarakat luas dan generasi selanjutnya, sehingga kesenian ini tidak punah begitu saja.

1.2

Rumusan Masalah

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini secara garis besar sebagai berikut:


(17)

1.2.1 Bagaimana makna simbolis Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo?

1.2.2Bagaimana fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo?

1.3

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah diungkap dalam permasalahan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1.3.1Menemukan makna simbolis Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

1.3.2 Mengungkapkan fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian tentang Tari Sindhung Lengger yaitu:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi pembaca, serta bagi para peneliti selanjutnya yang membutuhkan informasi tentang makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger.


(18)

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger dari berbagai sudut pandang.

1.4.2.2Bagi masyarakat Kabupaten Wonosobo

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai data untuk memberikan informasi kepada masyarakat umum, khususnya generasi muda agar mengenal dan melestarikan kesenian Tari Sindhung Lengger baik dalam makna simbolis maupun fungsinya. 1.4.2.3 Bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk informasi tentang kesenian yang ada di Kabupaten Wonosobo.

1.4.2.4Bagi pelaku tari Sindhung Lengger

Penelitian ini diharapkan dapat menambah rasa kecintaan pelaku tari Sindhung Lengger baik itu penari, pengrawit dan sinden terhadap tari Sindhung Lengger baik sekarang maupun dimasa yang akan datang.

1.5

Sistematika Skripsi

Skripsi ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian penutup. Bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, halaman


(19)

pengesahan, halaman pernyataan, sari, moto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran.

Bagian isi skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu:

1.5.1 Bab I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika skripsi.

1.5.2 Bab II Landasan Teori, menguraikan tentang Tari Sindhung Lengger, Makna Simbolis kesenian dan Fungsi kesenian.

1.5.3 Bab III Metode Penelitian, yang berisi tentang pendekatan penelitian, lokasi dan sasaran penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

1.5.4 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, menguraikan gambaran umum objek penelitian serta membahas tentang Tari Sindhung Lengger di Kabupaten Wonosobo, meliputi makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger bagi masyarakat.

1.5.5 Bab V Penutup, yang memaparkan tentang kesimpulan dan saran. Bagian akhir skripsi ini adalah bagian penutup yang terdiri atas daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung penelitian ini.


(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Makna Simbolis Kesenian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:864), makna merupakan maksud pembicara atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Simbol berarti lambang yaitu tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud.

Makna mengandung arti atau maksud, suatu pengertian yang diberikan kepada sesuatu untuk kebahasan. Simbolis berarti perlambang, sedangkan kata “makna” mengandung pengertian tentang arti atau maksud tertentu (Poerwadarminta, 1976:624). Simbol merupakan bentuk lahiriah yang mengandung maksud, sedangkan makna adalah arti yang terkandung di dalam lambang tertentu. Simbol dan makna merupakan dua unsur yang berbeda tetapi saling berkaitan bahkan saling melengkapi. Kesatuan makna dan simbol akan menghasilkan suatu bentuk yang mengandung maksud (Suharto, 1990:9).

Richard Waterman dalam artikelnya tentang peran tari dalam masyarakat insani, menekankan bahwa semua pola-pola tari memiliki makna, apakah tersusun menurut sistem tertentu, dinamakan dan ditetapkan makna denotatifnya. Pola-pola itu mengkomunikasikannya dalam struktur yang lebih lentur dan dengan cara lebih langsung, dalam mengirimkan pesan yang mengharukan dengan perkakas gerak tubuh yang membangkitkan respon empatetik bagi penontonnya. Ini adalah


(21)

pemantapan komunikasi empatik sub-liminal yang dilakukan tari dengan lebih baik dibandingkan dengan setiap kegiatan insani (dalam Widaryanto, 2007:212).

Makna tari merupakan subjek yang diperlakukan hanya secara mengesankan pada masa lalu. Kita mungkin membatasi ekspresi dalam berbagai ragam cara. Paling mudah, ekspresi itu menunjuk pada makna dimana isi diekspresikan. Kita mungkin menganggapnya sebagai medium transmisi (Widaryanto, 2007:214).

Anderson dalam Widaryanto (2007:214) menyatakan bahwa tari bukanlah semata-mata seni visual namun merupakan kinestetika juga, yang menarik pada pemahaman gerak yang melekat. Beragam saluran yang digunakan dalam tari, yang menunjuk pada tari sebagai fenomena multidimensional yang diarahkan pada modalitas inderawi.

Menurut Herusatoto (2003:11) kata simbol berasal dari bahasa Yunani symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seorang atau orang lain. Menurut Badudu (1996:132) simbolis adalah pemakaian atau pengemukaan simbol-simbol dalam gerakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:1066), simbolisme adalah perihal pemakaian simbol (lambang) untuk mengekspresikan ide-ide.

Pada seni tari tindakan simbolis memenuhi hampir seluruh gerak langkah serta pola-pola tarian. Setiap rangkaian gerak tarian merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan setiap seseorang dalam seni tari dinamakan ekspresi (Herusatoto, 2003:104).


(22)

Simbol dapat pula dibuat dengan gerak suara, bunyi atau lagu tertentu, diantara jenis-jenis kesenian simbol yang paling banyak digunakan dalam seni tari, dimana setiap gerak mengandung arti tertentu. Gerak-gerak isyarat yang dimainkan dengan kepala, lengan, tangan, kaki dan jari dalam wujud gerak yang menarik dan sesuai dengan iringan dapat memukau perhatian penonton, bila dilakukan sungguh-sungguh dan keterampilan yang tinggi (Djelantik, 1994:143-144).

Simbol sarat dengan makna dan persepsi. Sebuah simbol dapat memberikan berbagai dimensi makna yang berbeda. Sebuah makna yang sama dapat diungkapkan melalui berbagai simbol yang berlainan, dengan adanya berbagai simbol, hidup manusia tidak saja dipenuhi oleh berbagai mitos tetapi juga dipenuhi oleh berbagai simbol (Zefferi, 1998:31-32).

Pada kehidupan sehari-hari manusia memerlukan santapan-santapan estetis yang berwujud seni. Namun perhatian antara orang yang satu dengan orang yang lain berbeda. Ada yang lebih senang kepada seni lukis, seni musik, seni drama dan seni tari. Kesenian sebagai salah satu aktivitas budaya masyarakat dalam hidupnya tidak pernah berdiri sendiri, segala makna dan fungsinya berkaitan erat dengan masyarakat tempat kesenian itu tumbuh, hidup dan berkembang (Wadiyo, 2008:25).

Pada seni tari, keindahan simbolis memenuhi hampir seluruh gerak langkah serta pola-pola setiap tarian. Setiap rangkaian gerak dalam tari merupakan penghalusan atau gerak-gerak simbolis dari suatu pekerjaan dan sikap seseorang dalam menghadapi berbagai permasalahan. Tindakan simbolis dalam tari tersebut


(23)

salah satunya disebut dengan istilah teknik, dalam seni tari yaitu ekspresi (Herusatoto, 1983:116). Makna simbolis dalam seni tari tidak hanya pada ekspresi gerak atau bentuknya saja, namun pada keseluruhan bentuk utuh dari sebuah perwujudan tari yang mencakup gerak, iringan, tata rias busana, serta segala aspek pendukungnya.

Teori yang telah dijelaskan di atas akan digunakan untuk mengkaji tentang makna simbolis yang terdapat dalam Tari Sindhung Lengger, yang mencakup gerak, iringan, tata rias dan busana, serta segala aspek yang mendukung dari pertunjukan Tari Sindhung Lengger itu sendiri.

2.2

Fungsi Kesenian

Koentjaraningrat (1984:54) mengatakan bahwa fungsi adalah suatu perbuatan yang bermanfaat dan berguna bagi suatu kehidupan masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian fungsi adalah suatu hal, peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas.

Dua kategori yang diajukan oleh Hanna lebih disepakati denga perilaku tari sebenarnya. Ia melihat dua dimensi pada fungsi sosio-psikologis tari, sisi kognitif dan afektif (Hanna dalam Widaryanto, 1975:10). Menunjuk pada kenyataan bahwa tari mengkomunikasikan beberapa jenis informasi dan seperti kode-kode budaya yang lain serta interksi-interaksi terpola, tari adalah sebuah cara pengaturan dan penggolongan pengalaman. Kebalikannya fungsi afektif, merupakan untuk memberikan sebuah pengalaman kualitatif, kehadiran, kesertamertaan dan penyelubungan dari hal-hal yang menyentuh hati.


(24)

Kata fungsi menunjukkan pengaruh terhadap sesuatu yang lain, tidak berdiri sendiri, tetapi justru dalam hubungan tertentu. Apa yang dimaksud fungsional bukan merupakan sesuatu yang lepas dari konteksnya, melainkan harus dipandang secara keseluruhan. Fungsi kesenian yaitu bahwa kegiatan kesenian tersebut mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat (Soekanto, 1989:6).

Kesenian dalam kaitannya dengan fungsi, bagaimana suatu kesenian yang diciptakan oleh masyarakat dapat mempunyai makna dan arti penting bagi masyarakatnya, dengan demikian kesenian yang hidup dalam kelompok masyarakat tertentu memiliki fungsi tertentu pula (Sedyawati, 1983:138).

Keberadaan suatu bentuk kesenian selalu berkaitan dengan fungsinya. Kesenian bukan hanya merupakan suatu sarana hiburan saja, tetapi berperan serta dalam segi agama, persembahan atau sebagai wujud ungkapan dari rasa syukur maupun bentuk ekspresi dari masyarakat pendukungnya. Menurut Peursen (dalam Djazuli, 1994:36) dijelaskan bahwa fungsi selalu menunjukkan terhadap sesuatu yang lain, apa namanya fungsional adalah sesuatu yang tidak dapat berdiri sendiri namun apabila dihubungkan dengan yang lain dalam hal ini seni tari, maka akan memperoleh arti dan maknanya.

Sebagai salah satu unsur kebudayaan, kesenian memiliki fungsi sebagai acuan pedoman bertindak bagi pendukungnya, dalam upaya memenuhi kebutuhan estetikanya. Sebagai sistem budaya, kesenian menjadi pengatur, penata, pengendali atau pedoman bagi para pendukungnya dalam kegiatan kesenian baik dalam tataran berkreasi maupun dalam apresiasi. Hal ini terbukti terutama dalam bentuk kesenian tradisional (Triyanto, 1994:179).


(25)

Menurut Jazuli (1994:43) fungsi tari dalam kehidupan manusia diantaranya: 1) Untuk kepentingan upacara, 2) Untuk hiburan, 3) Sebagai media pertunjukkan, 4) Sebagai media pendidikan.

2.2.1 Tari untuk kepentingan upacara

Kepercayaan yang selalu dipelihara dan dilindungi secara turun-temurun demi suatu keselamatan dalam hidupnya dengan cara mengadakan upacara-upacara sebagai upaya menjalin hubungan spiritual kepada dewa atau leluhurnya. Pada pelaksanaan upacara tersebut kesenian mempunyai peranan penting, hal itu terdapat dalam setiap upacara selalu dilengkapi dengan tari-tarian, bunyi-bunyian demi menambah kesakralan dan menghadirkan daya magis. Adapun ciri khas tari upacara menurut Jazuli (2008:57) adalah sebagai berikut:

a) Gerakkannya imitative yaitu meniru gerak alam sekitarnya, seperti bintang dan tumbuh-tumbuhan. b) Ungkapan geraknya banyak didominir oleh kehendak jiwa. c) Ada suasana mistik atau religius, dan sering mengandung kekuatan magis serta keramat. d) Perwujudan tarinya erat hubungannya dengan peristiwa-peristiwa hidup yang menjadi tujuannya. e) Perbendaharaan gerak tari terbatas, sederhana dan sering diulang-ulang. f) Pelaksanaannya dilakukan secara kolektif/bersama. g) Musik iringannya sangat sederhana dan berkesan monoton (konstan). h) Penyelenggaraannya dilaksanakan di tempat-tempat terbuka. i) Tidak terikat oleh waktu (sering berubah-ubah menurut kondisi alam), baik dalam penyelenggaraan maupun lamanya pertunjukan.


(26)

2.2.2 Tari sebagai hiburan

Tari sebagai hiburan merupakan tarian yang bermaksud untuk memeriahkan atau mengaitkan keakraban pertemuan atau memberikan kesempatan serta menyalurkan bagi mereka yang mempunyai kegemaran akan menari. Bagi pelakunya (penari) mungkin hanya sekedar untuk menyalurkan hobi (kesenangan), mengembangkan ketrampilan atau tujuan-tujuan yang kurang menekan nilai seni (komersial).

Menurut Ratih (dalam Jazuli, 2001:67) tari sebagai sarana hiburan dimaksudkan untuk memeriahkan atau merayakan suatu pertemuan. Tari yang disajikan dititik beratkan bukan pada keindahan geraknya melainkan pada segi hiburan. Tari hiburan pada umumnya merupakan tari pergaulan.

Ciri-ciri tari hiburan pada umumnya menurut Supardjan (1983:33) adalah: Perasaan yang bergembira ria adalah faktor utama. Unsur-unsur gerak tari sederhana dan memungkinkan seseorang untuk mengembangkannya. Relatif mudah dipelajari. Sikap dan gerak tari memungkinkan orang mudah menyusunnya sesuai dengan spontanitas yang tiba-tiba timbul. Ritme pada umumnya sangat mudah, jelas dan merangsang. Pelakunya pasangan pria dengan wanita atau kelompok. Karena sifatnya bukan seni untuk pertunjukan maka bentuk komposisinya selalu menutup. Gampang melibatkan peserta. Iringan musik vokal atau instrumental sangat praktis, kadangkala hanya berupa tepuk tangan atau nyanyian belaka. Pakaian tari bebas bahkan sering dipergunakan pakaian sehari-hari. Tata panggung dengan segala proporsinya jarang mendapatkan perhatian khusus dan bisa diselenggarakan dimana saja asal ada ruangan. Pada umumnya


(27)

tarian ini sangat mudah mengikuti perkembangan jaman, hanya ada daerah-daerah yang mengalami hambatan-hambatan seperti di beberapa daerah di Indonesia. 2.2.3 Tari sebagai seni pertunjukan atau tontonan

Menurut Jazuli (1994:60) tari sebagai seni pertunjukan penyajiannya selalu mempertimbangkan nilai-nilai artistik, sehingga penikmat dapat memperoleh pengamatan estetis dari hasil pengamatan.

Tari sebagai seni pertunjukan juga bisa disebut sebagai tari tontonan, maka faktor penonton di sini tidak dilupakan. Menurut Jazuli (2008:39) menyatakan bahwa tari sebagai seni pertunjukan memerlukan pengamatan yang lebih serius daripada sekedar untuk hiburan. Untuk itu tari yang tergolong sebagai seni pertunjukan/tontonan dinamakan performance atau concert, karena pertunjukan tarinya lebih menggunakan bobot nilai seni daripada tujuan lainnya.

Tari-tarian pertunjukan pada umumnya mempunyai ciri-ciri tertentu antara lain sebagai berikut: Pola garapannya merupakan penyajian yang khusus untuk pertunjukan (performing art), dengan usaha mengembangkan seluruh kaidah-kaidahnya. Adanya faktor imajinatif/kreativitas. Adanya ide yang mengandung dan mengarahkan kepada bentuk pementasan yang profesional (spesialisasi keahlian dalam bidang tertentu). Kadangkala pementasan hanya menghendaki penonton tertentu dengan harapan adanya evaluasi yang apresiatif yang dijalankan dengan undang-undang. Lokasi pementasan di tempatkan yang khusus atau teater, baik tempat itu berupa gedung pertunjukan tradisional, modern, panggung terbuka ataupun tertutup.


(28)

2.2.4 Tari sebagai media pendidikan

Menurut Jazuli (1994:61) tari sebagai media pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kepekaan estetis melalui kegiatan berapresiasi dan pengalaman berkarya kreatif.

Menurut Soedarsono (1990,167-169), fungsi kesenian tradisional ada dua, yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder.

2.2.5 Fungsi primer

Fungsi primer dari seni pertunjukkan adalah apabila seni tersebut jelas penikmatnya. Seni pertunjukan bertujuan untuk dinikmati bukan untuk kepentingan lain. Soedarsono membagi fungsi primer menjadi tiga yaitu sarana ritual yang penikmatnya adalah kekuatan-kekuatan yang tidak kasat mata, sebagai hiburan pribadi yang penikmatnya adalah pribadi-pribadi yang melibatkan diri dalam pertunjukan, sebagai presentase estetis yang pertunjukanya harus dipresentasikan ataupun disajikan penonton.

2.2.6 Fungsi sekunder

Fungsi sekunder dari seni pertunjukan adalah seni pertunjukan tersebut bertujuan bukan untuk dinikmati tetapi untuk kepentingan lain. Soedarsono membagi fungsi sekunder menjadi sembilan yaitu : sebagai pengikat solidaritas sekelompok masyarakat, sebagai pembangkit rasa solidaritas bangsa, sebagai media komunikasi massa, sebagai media propaganda keagamaan, sebagai media politik, sebagai media program-program pemerintahan, sebagai media meditasi, sebagai sarana terapi, dan sebagai sarana perangsang produktifitas.


(29)

Berdasarkan teori-teori yang sudah diuraikan di atas mengenai fungsi tari akan digunakan untuk mengetahui fungsi Tari Sindhung Lengger yang ada di Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo, antara lain fungsi sebagai sarana hiburan dan fungsi pertunjukan.

2.3

Kerangka Berpikir

Sindhung Lengger merupakan suatu tarian yang menceritakan tentang citra diri seorang wanita pedesaan dengan kepolosannya mengajak laki-laki untuk hanyut dalam kebersamaan untuk menyatu, berandai-andai akan indahnya persahabatan berbagi rasa serta bermakna untuk mengingatkan manusia kepada pencipta alam, hampa sesaat kemudian menatap dan memohon ke-Agungan Tuhan Yang Maha Esa dalam kesedihan maupun senang agar tetap memberi keselamatan serta perlindunganNya kepada seluruh umat manusia di bumi.

Makna merupakan maksud pembicara atau penulis. Simbol berarti lambang yaitu tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu. Penelitian yang mendukung dalam penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian dari Lina Maryati (2007) dengan judul Bentuk Pertunjukan dan Fungsi Tari Sindhung Lengger Kabupaten Wonosobo, dalam penelitian didapatkan hasil bahwa bentuk pertunjukan tari Sindhung Lengger adalah gerak, iringan, tata rias dan busana, tempat pementasan dan lighting. Penelitian lain yang juga mendukung dalam penelitian ini adalah penelitian dari Waket Prasudi Puger (2010) dengan judul Pertunjukan Kesenian Barongan Dalam Upacara Ritual Bulan Sura Di Desa Giyanti, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo


(30)

(Kajian Struktur dan Fungsi), pada penelitian ini mendapatkan hasil bahwa struktur pertunjukan kesenian Barongan adalah ragam gerak, iringan, tata rias dan busana, serta waktu dan tempat pementasan. Pada penelitian kali ini peneliti akan mengkaji tentang makna simbolis dari tari Sindhung Lengger dilihat dari tema, gerak, iringan serta tata rias dan busana. Fungsi penyajian bermacam-macam diantaranya adalah fungsi sebagai hiburan, fungsi sebagai upacara, fungsi sebagai sarana pertunjukan dan fungsi sebagai pendidikan. Kerangka berpikir tersebut apabila diwujudkan dalam skema sebagai berikut:

Tari Sindhung Lengger

Fungsi Makna Simbolis

Meliputi: fungsi hiburan, fungsi tontonan atau pertunjukan dan fungsi pendidikan

Meliputi: tema, gerak, iringan, serta tata rias dan busana

Makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu pendekatan yang mengungkapkan atau menguraikan data-data yang diperoleh di lapangan dengan kalimat-kalimat bukan diungkapkan dengan angka-angka. Endraswara (2003:14-15) mengungkapkan bahwa pendekatan penelitian kualitatif biasanya mengejar data verbal yang lebih mewakili fenomena. Penelitian kualitatif mengutamakan data yang diperoleh dari lapangan, biasanya tidak terstruktur dan relatif banyak sehingga memungkinkan peneliti untuk menata, mengkritisi dan mengklasifikasikan agar lebih menarik.

Metode penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi metodologi penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang terucapkan secara lisan dan tertulis serta perilaku orang-orang yang dapat diamati (Cholid, 2000:1).

Jazuli (2001:19) bahwa maksud dari penelitian kualitatif adalah berupa kata-kata dan gambar yang berasal dari naskah, hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi maupun resmi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, karena permasalahan yang dibahas dalam hal ini bertujuan untuk menggambarkan atau menguraikan tentang makna simbolis


(32)

dan fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan struktural, karena peneliti akan melihat dan mengetahui pertunjukan kesenian dari segi struktur pertunjukannya. Menurut Royce (dalam Suharto, 1987:1) struktur adalah seperangkat tata hubungan antar bagian dalam bentuk satu kesatuan. Berkaitan dengan penelitian yang akan dikaji tentang struktur makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger, maka untuk mengetahui tentang makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger akan dikaji melalui aspek-aspek pertunjukkan yang meliputi aspek gerak, aspek iringan serta aspek tata rias dan busana.

3.2

Lokasi dan Sasaran Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. Penelitian mengambil lokasi di Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo dengan pertimbangan bahwa Dinas Pariwisata adalah satu-satunya lembaga pemerintah yang masih melestarikan Tari Sindhung Lengger sampai saat ini dan sebagai tempat lahirnya Tari Sindhung Lengger.

3.2.2 Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah:

3.2.2.1Makna simbolis Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

3.2.2.2Fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.


(33)

3.3

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo, pencipta Tari Sindhung Lengger (narasumber), para penari Sindhung Lengger, serta tempat atau lokasi yang dijadikan sebagai objek penelitian. Lokasi ini yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo dengan objek atau sasaran penelitiannya adalah makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo.

3.4

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan keterangan, atau informasi yang benar dan dipercaya. Pengumpulan teknik dan alat pengumpul yang tepat memungkinkan data objektif (Arikunto, 1998:142). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan tiga metode yaitu:

3.4.1 Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan dalam penelitian ini dengan maksud untuk mendapatkan informasi dan data secara langsung dari lokasi penelitian, yaitu untuk melihat secara langsung bagaimana makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger bagi masyarakat Kabupaten Wonosobo.

Menurut Arikunto (1998:146) memberikan pengertian observasi adalah pengamatan yang meliputi perbuatan pemantauan terhadap suatu objek yang menggunakan seluruh indera atau pengamatan langsung. Observasi dalam penelitian ini menggunakan cara langsung terhadap observasi yang relevan dengan kondisi lingkungan di lokasi penelitian yang diamati.


(34)

Kegiatan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama berupa observasi awal (survey) yang berisi dengan kegiatan pengecekan lokasi dan sasaran penelitian dan tahap kedua sebagai penelitian inti dengan kegiatan pengumpulan data dan bahan yang dibutuhkan dalam pembahasan masalah. Objek yang diamati atau diobservasi meliputi:

3.4.1.1Kondisi fisik lokasi penelitian, yang meliputi letak dan kondisi geografis desa beserta pembagian wilayah dan jumlah penduduknya. Kegiatan observasi dimulai dengan melakukan survey awal atau pengecekan lokasi pada tanggal 3 Januari 2011 dengan menggunakan teknik pengamatan tertutup yaitu tanpa diketahui oleh para subjek. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada bulan Februari, dengan menggunakan teknik terbuka yaitu diketahui oleh subjek-subjek. Subjek-subjek disini adalah ketua Dinas Pariwisata dan pencipta Tari Sindhung Lengger.

3.4.1.2Kondisi sosial budaya masyarakat Kabupaten yang meliputi pendidikan, mata pencaharian masyarakat, kehidupan seni dalam masyarakat, dan kehidupan keagamaan. Proses observasi dimulai dengan melakukan survei awal yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap masyarakat Kabupaten Wonosobo dan dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan subjek yang berkaitan dengan objek atau sasaran penelitian.

3.4.1.3Masyarakat dan pelaku seni, yang meliputi tokoh masyarakat, pencipta Tari Sindhung Lengger, dan para penari Sindhung Lengger. Observasi dimulai dengan mencari informasi tentang Tari Sindhung Lengger dan


(35)

keberadaannya dalam berbagai acara. Selanjutnya peneliti melakukan pengecekkan ke lokasi penelitian dengan cara menemui dan mewawancarai subjek penelitian sesuai dengan materi yang dikaji dalam penelitian.

3.4.2 Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2002:135).

Wawancara harus dilakukan dengan efektif, artinya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data sebanyak-banyaknya. Bahasa harus jelas, terarah, suasana harus tetap rileks agar data yang diperoleh dan yang objektif dan dapat dipercaya (Arikunto, 1998:129).

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin yaitu pewawancara membawa pedoman yang merupakan garis besar tentang hal yang akan diteliti. Pertanyaan itu secara khusus ditujukan kepada informan penelitian, yakni para seniman, pencipta tari dan kepala Dinas Pariwisata.

Wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkapkan bagaimana makna simbolis Tari Sindhung Lengger, dan bagaimana fungsi Tari Sindhung Lengger bagi masyarakat Kabupaten Wonosobo.

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam teknik wawancara adalah:


(36)

1. Menentukan lokasi.

2. Menentukan informan yang akan dijadikan sebagai sumber informasi. 3. Menentukan waktu wawancara.

4. Membuat daftar pertanyaan wawancara, yang memuat hal-hal yang perlu ditanyakan kepada sumber/informan.

Dalam memilih informan yang dianggap menguasai dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang jelas, informan yang dipilih adalah pencipta tari Sindhung Lengger, karena secara umum pencipta tari Sindhung Lengger menguasai tentang makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger.

Wawancara dilakukan dengan responden yang meliputi:

1. Petugas Badan Pusat Statistik, materi wawancara seputar kondisi fisik yang meliputi letak dan kondisi geografis, jumlah penduduk, pendidikan penduduk, mata pencaharian penduduk, dan kehidupan keagamaam masyarakat. Proses wawancara dimulai dengan mempersiapkan materi wawancara, kemudian menemui semua informan.

2. Pencipta tari yaitu Ibu Sulistriyaningsih, materi wawancara seputar kehidupan sosial budaya dan kehidupan kesenian masyarakat yang meliputi asal-usul dan latar belakang Tari Sindhung Lengger.

3. Para seniman tari, materi wawancara seputar faktor-faktor yang mendorong dalam kehidupan berkesenian serta berapa lama terjun dalam dunia seni. 4. Kepala Dinas Pariwisata, materi wawancara seputar perkembangan tari


(37)

3.4.3 Teknik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengambil peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Rahman, 1993:31).

Dokumen merupakan data yang diperoleh dari penelitian yang berupa dokumen (foto) dan informasi dari masyarakat yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu mengambil gambar (foto) saat pertunjukan dan merekam hasil wawancara menggunakan media visual.

Pada penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah foto, karena foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan pada penelitian-penelitian kualitatif, serta merupakan sumber data yang stabil dan akurat. Proses dokumentasi dilakukan dalam waktu pengumpulan data, yang diantaranya dilakukan dengan cara menanyakan kepada seniman tari tentang kapan diadakan pertunjukan Tari Sindhung Lengger, kemudian mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan, baru pada saat pementasan peneliti ikut datang dalam pementasan tersebut untuk mengambil gambar yang diperlukan.

Data-data yang dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data dokumentasi pada penelitian ini yaitu dokumen data geografis dan demografis tempat yang menjadi lokasi penelitian.


(38)

3.5

Teknik Keabsahan Data

Sebelum menganalisis data lebih lanjut perlu diperiksa keabsahan data yang dikumpulkan. Teknik keabsahan data adalah teknik yang digunakan penulis dalam penelitian untuk memperoleh data yang benar-benar absah. Seperti yang diungkapkan Moleong dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif (2002:178), yang mengungkapkan bahwa pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan melalui beberapa cara satu diantaranya adalah dengan teknik Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data ulang untuk mendapatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data. Teknik triangulasi meliputi tiga unsur yaitu sumber, metode dan teori.

3.5.1 Sumber

Mengecek kembali data yang diperoleh dengan informasi dokumen serta sumber informasi untuk mendapatkan derajat kepercayaan adanya informasi dan kesamaan pandang serta pemikiran

3.5.2 Metode

Metode digunakan untuk mendapatkan keabsahan dalam penulis hasil penelitian, dalam pemerolehan data peneliti mendapatkan dari beberapa informasi, maka dari itu perlu adanya pengabsahan data yang didapat agar dapat dipertanggung jawaban kebenarannya.

3.5.3 Teori

Penggunaan teori dalam bentuk Triangulasi berdasarkan anggapan fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaan dengan satu teori. Hal ini tidak mungkin dilakukan peneliti yang hanya menggunakan satu teori. Pada penelitian


(39)

ini digunakan beberapa sumber buku sebagai acuan teoritis (referensi), sehingga benar-benar dapat dibandingkan antara teori yang satu dengan teori yang lain sekaligus dapat menambah wawasan pengetahuan sebagai faktor pendukung dalam menyelesaikan skripsi. Membandingkan dari beberapa teori serta didukung data yang ada, sehingga peneliti dapat melaporkan hasil peneliti dapat melaporkan hasil penelitian yang disertai penjelasan-penjelasan sebagaimana ditentukan. Dengan demikian akan menambah derajat kepercayaan data yang ada.

Diantara ketiga sumber di atas, penulis terapkan hanya pada sumber untuk memeriksa keabsahan data. Hal ini dilakukan dengan mencocokkan data dari beberapa sumber, antara lain penulis mencoba menggali tentang fungsi Tari Sindhung Lengger dari beberapa sumber seperti sumber primer dari pemain maupun mencari teori dari beberapa sumber yang lain . Peneliti melihat gerakan tari Sindhung Lengger secara utuh, lalu menanyakan nama-nama tiap gerakan pada tari Sindhung Lengger, peneliti dibantu dengan pencipta tari Sindhung Lengger menguraikan satu-persatu gerakan dari tari Sindhung Lengger, setelah itu baru ditemukan makna simbolis yang terdapat dalam tari Sindhung Lengger, akan tetapi tidak semua gerakan dalam tari Sindhung Lengger memiliki makna simbolis.

3.6

Teknik Analisis Data

Analisi data menggunakan konsep Adshead. Menurut Adshead dkk (dalam Murgiyanto, 2002:9-10), dalam bukunya Dance Analysis: Teory and Practice, membagi proses analisi tari menjadi empat tahap sebagai berikut:


(40)

3.6.1 Mengenali dan mendeskripsikan komponen-komponen pertunjukan seperti gerak, penari, aspek visual dan elemen-elemen auditif.

3.6.2 Memahami hubungan antara komponen-komponen pertunjukan dalam perjalanan ruang dan waktu: bentuk dan struktur koreografi.

3.6.3 Melakukan intepretasi berdasarkan konsep dan latar belakang sosial, budaya, konteks pertunjukan, gaya dan genre, tema atau isi tarian dan konsep intepretasi spesifik.

3.6.4 Melakukan evaluasi berdasarkan:

3.6.1.1Nilai-nilai yang berlaku di dalam kebudayaan dan masyarakat pendukung tarian.

3.6.1.2Nilai-nilai yang terkait dengan gaya dan genre, isi dan pesan tari. 3.6.1.3Konsep-konsep spesifik yang mencakup efektivitas koreografi dan


(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Gambaran Umum Penelitian

4.1.1 Lokasi Kabupaten Wonosobo

Kabupaten Wonosobo terletak pada posisi 7º lintang selatan (LS) serta antara 109-110º Bujur Timur (BT). Luas wilayah kabupaten Wonosobo adalah 984,68 km².

Lokasi Kabupaten Wonosobo (seluruh wilayah) terletak pada ketinggian 270-2.250 meter di atas permukaan laut. Sebagai ibu kota Kabupaten, Wonosobo terletak pada 772 meter di atas permukaan laut dan sebagian kontur tanahnya berbukit, luas Kabupaten Wonosobo adalah 984,64 kilometer persegi atau 98.467.965 meter.

Posisi Kabupaten Wonosobo berada di bagian tengah propinsi Jawa Tengah dan berbatasan dengan beberapa Kabupaten tetangga di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Batang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Magelang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Kebumen, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kebumen.

4.1.2 Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010 adalah sejumlah 719.946 jiwa.


(42)

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah penduduk

Perempuan 361.564 jiwa

Laki-laki 359.382 jiwa

(Data Monografi Kabupaten Wonosobo 2010)

Rata-rata kepadatan penduduk adalah 731 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk tahun 2010 adalah 1,49 persen. Sebagian besar penduduk Kabupaten Wonosobo bermata pencaharian sebagai petani. Akan tetapi ada juga penduduk yang bermata pencaharian sebagai peternak, pegawai negeri sipil, pengusaha, pelayan, buruh, pedagang, tukang dan lain sebagainya. Rata-rata para penari Sindhung Lengger merupakan pelajar SMP dan SMA.

Penduduk Kabupaten Wonosobo adalah penduduk yang memiliki keanekaragaman budaya, demikian juga dengan agama/kepercayaan yang dianutnya. Agama/kepercayaan yang dianut oleh penduduk Kabupaten Wonosobo adalah Islam, Katholik, Kristen, Hindhu dan Budha. Namun sebagian besar penduduk Kabupaten Wonosobo menganut agama Islam. Penduduk Kabupaten Wonosobo yaitu penduduk yang berbineka tunggal ika, walaupun agama yang dipeluk berbeda-beda tetapi mereka dapat hidup secara berdampingan dalam satu kedamaian, saling menghormati dan bekerja sama antara agama yang satu dengan agama yang lain.

Penduduk Kabupaten Wonosobo termasuk dalam penduduk yang sudah bebas buta aksara. Pencanangan wajib belajar Sembilan tahun oleh pemerintah


(43)

sebagai pendidikan dasar, program yang dijalankan oleh pemerintah yaitu program-program belajar seperti kejar paket A, kejar paket B, dan kejar paket C yang diadakan untuk masyarakat yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Kejar paket di Kabupaten Wonosobo sangat membantu masyarakat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Masyarakat Kabupaten Wonosobo termasuk masyarakat yang mencintai kesenian. Pementasan-pementasan seni menjadi indikasi dari kelompok-kelompok seni yang ada, baik itu wayang kulit, kesenian karawitan, kesenian embleg/kuda kepang, kesenian lengger, barongan, tari sindhung lengger, tari lengger sulasih, campursari, dan masih banyak lagi kesenian yang lainnya. Acara pementasan seni biasanya dilaksanakan oleh perseorangan dalam rangka acara syukuran, maupun oleh sekelompok orang dan pemerintah Kabupaten dalam acara-acara tertentu.

Tari Sindhung Lengger terkenal di Kabupaten Wonosobo. Menurut narasumber Tari Sindhung Lengger ini diciptakan pertama kali pada tahun 2002 dengan perlengkapan yang sangat sederhana dan sampai sekarang sudah direkonstruksi sampai tiga kali.

4.1.3 Potensi Wisata, Budaya dan Seni

Kesenian merupakan salah satu unsur yang senantiasa ada pada setiap kebudayaan, kesenian erat kaitannya dengan kebutuhan manusia yang mendasar untuk memenuhi kebutuhannya akan keindahan. Kesenian juga telah menyertai kehidupan manusia, kesenian menyertai dimanapun dan kapanpun manusia itu berada.


(44)

Berkesenian merupakan salah satu bagian kehidupan masyarakat Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, terdapat 582 kelompok kesenian yang tersebar di seluruh pelosok Kabupaten Wonosobo.

Sampai saat ini masyarakat di Kabupaten Wonosobo masih terus melestarikan berbagai jenis kesenian yang ada sangat beragam, mulai dari kuda kepang/embleg, lengger, angguk, daweng, kethoprak, campursari, rebana, gambus, sindhung lengger, lengger sulasih, bambu runcing, barongan dan barongsai.

Biasanya kesenian tradisional dipentaskan pada acara-acara tertentu seperti hari-hari besar nasional seperti Peringatan Kemerdekaan RI yang diadakan di alun-alun kota Wonosobo, festival di TMII pada tanggal 20 November 2004, peringatan hari jadi Wonosobo yang diadakan di alun-alun kota Wonosobo maupun di gedung Adipura, dan hari-hari penting lainnya. Tidak jarang kesenian tradisional juga ditampilkan di hotel-hotel berbintang untuk memenuhi pesanan wisatawan asing seperti embleg/kuda kepang, lengger, campursari, kethoprak, tari sindhung lengger.

Desa Giyanti merupakan salah satu desa yang mampu melestarikan seluruh potensi kesenian yang ada di Kabupaten Wonosobo sehingga desa Giyanti disebut sebagai desa budaya, di desa Giyanti ini kita akan menemukan berbagai macam kesenian tradisional Kabupaten Wonosobo dari kesenian kuda kepang yang oleh masyarakat Wonosobo disebut dengan embleg sampai kesenian kethoprak.


(45)

Potensi wisata yang terdapat di Kabupaten Wonosobo mencakup taman rekreasi kalianget yang berada di Kalianget, waduk wadaslintang yang berada di desa Wadaslintang, telaga menjer yang berada di desa Menjer Kecamatan Garung, telaga warna dan gua semar yang berada di komplek candi Dieng. Kesenian tradisional yang berada di Kabupaten Wonosobo adalah:

1. Lengger, lengger merupakan tari berpasangan yang menceritakan kisah percintaan antara Raden Panji Asmara Bangun dengan Dewi Sekartaji. Pada pementasannya biasanya tari lengger diawali dengan tari-tarian seperti gambyong lengger, sulasih, kinayakan, bribil, samiran dan seterusnya.

2. Campursari merupakan suatu perkumpulan musik yang memadukan instrument elekronik dengan instrument gamelan. Lagu-lagu yang dibawakan biasanya lagu dengan syair Jawa, keroncong, pop maupun lagu-lagu yang masih popular saat ini.

3. Kethoprak merupakan sejenis sandiwara tradisional Jawa yang biasanya memainkan cerita-cerita lama dengan iringan musik gamelan disertai dengan tari-tarian dan tembang. Namun saat ini kethoprak di wilayah Wonosobo sudah tidak eksis lagi atau sudah jarang sekali dipentaskan. Kethoprak lebih banyak dijumpai di desa Kalimendong Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo. Masyarakat di desa Kalimendong ini melestarikan kethoprak sampai saat ini.

4. Tari angguk adalah sebuah tarian yang menggambarkan cerita menal (pahlawan Arab) ataupun cerita Omar-Amir, Imam Suwongso, Wong Agung Jayengrono dan sebagainya. Bentuk tarian dipengaruhi unsur-unsur


(46)

keagamaan, sedangkan kostum yang dikenakan merupakan kostum wayang orang. Alat-alat yang digunakan yaitu: rebana, bedug kecil (jidor) dan kendang, sedangkan lagu yang dibawakan bernafaskan Islam. Dinamakan angguk karena gerakan yang mereka bawakan mengutamakan leher yang selalu mengangguk-angguk.

5. Rebana merupakan suatu perkumpulan kesenian yang berciri Islam dengan menyanyikan shalawat dan puji-pujian yang diambil dari Al-Barzanzi dengan iringan musik rebana seperti organ, ketipung serta drum. Kesenian rebana banyak kita jumpai di desa Drewel Kecamatan Watumalang dan di desa Kalibeber Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo, di kedua desa tersebut melestarikan kesenian rebana karena masyarakatnya berlatar belakang pesantren.

Dari beberapa kesenian yang ada di Kabupaten Wonosobo, ada salah satu tarian yang sangat menarik perhatian penulis yaitu Tari Sindhung Lengger. Tari Sindhung Lengger hidup dan berkembang di DIPARBUD Kabupaten Wonosobo yang bertempat di pusat kota Kabupaten Wonosobo. Tari sindhung lengger merupakan tari berpasangan yang mengadopsi dari kesenian tradisional lengger.

4.2

Asal-Usul Tari Sindhung Lengger

Tari Sindhung Lengger merupakan salah satu jenis tarian berpasangan yang diciptakan oleh seorang seniman yang bernama ibu Sulistriyaningsih pada tahun 2002. Latar belakang lahirnya Tari Sindhung Lengger yaitu keinginan untuk tetap terus melestarikan dan terus mengembangkan tari di Kabupaten Wonosobo.


(47)

Sindhung Lengger berasal dari kata Sindhung dan Lengger. Sindhung atau ndhung yang berarti gadis atau seorang anak perempuan. Sindhung berasal dari kata ndhung/gendhung yaitu sebutan atau panggilan untuk seorang anak perempuan di desa di daerah Wonosobo (DIPARBUD, 2003).

Lengger merupakan akronim dari bahasa Jawa yaitu Leng dan Ngger. Leng dalam bahasa Jawa yang berarti lubang yang sering diidentikkan dengan alat kelamin seorang wanita, sedangkan Jengger merupakan tanda kelamin pada ayam jantan yang melambangkan sifat jantan bagi seorang laki-laki. Jadi yang dimaksud dengan kata Lengger merupakan seorang yang dikira wanita akan tetapi ternyata adalah seorang laki-laki. Memang pada awalnya tari lengger ditarikan oleh penari laki-laki yang berbusana wanita. Menurut ibu Sulistriyaningsih,

“Sindhung Lengger berasal dari kata gendhung atau ndung yang merupakan panggilan mbak atau anak perempuan yang ada di daerah Kabupaten Wonosobo, sedangkan lengger dari penyebaran para wali yang meyebutkan “elingo ngger”. Kata tersebut mempunyai maksud agar kita selalu mengingat akan kuasa Tuhan.”

Tari Sindhung Lengger menceritakan tentang citra diri dari seorang gadis desa yang dengan kepolosannya mengajak laki-laki untuk ikut hanyut dan menyatu dalam kebebasan, berandai-andai akan indahnya persahabatan, berbagi rasa serta mengingatkan manusia akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, menatap dan memohon keagungan Tuhan dalam setiap kesedihan maupun senang/gembira agar selalu diberi keselamatan serta perlindungan-Nya kepada seluruh umat manusia di bumi.

Tari Sindhung Lengger diciptakan pada tahun 2002 dan digarap oleh berbagai unsur komunitas sosial dan elemen-elemen masyarakat Wonosobo


(48)

seperti seniman tradisional, guru, mahasiswa sampai pada tingkat birokrasi Pembina kebudayaan daerah. Ibu Sulistriyaningsih sebagai pencetus ide garapan tari Sindhung Lengger dibantu dengan para seniman Kabupaten Wonosobo mengembangkan gerakan tari Topeng Lengger diganti dengan gerakan yang lebih mudah untuk dipelajari oleh anak dipadu padankan sehingga menjadi sebuah tarian yang layak untuk dinikmati oleh penonton. Untuk menyatukan persepsi dari tiap seniman, dengan menguraikan makna gerak dan irama kehidupan yang berakar dari tradisi dan kesenian asli rakyat pedesaan yang bisa dipentaskan dalam setiap kesempatan.

4.3

Unsur-Unsur Pertunjukan Tari Sindhung Lengger

4.3.1 Pelaku

Pelaku pada Tari Sindhung Lengger terdiri atas penari lengger yang terdiri atas penari lengger dan pengibing, pengrawit, sindhen (penyanyi).

a. Penari

Penari Sindhung Lengger terdiri atas penari putra yang disebut sebagai pengibing dan penari putri yang disebut sebagai lengger. Keduanya tidak dapat terpisahkan karena saling terkait satu sama lain. Tari Sindhung Lengger ditarikan secara berpasangan oleh penari putri dan putra. Jumlah penari pada Tari Sindhung Lengger tidak dibatasi sesuai dengan kebutuhan penyajiannya. Penari Sindhung Lengger di Kabupaten Wonosobo ada sekitar 10 orang. Diantaranya bernama Dian sebagai lengger seorang siswa SMP kelas VIII dan Tatak sebagai pengibing seorang siswa SMA kelas X. Dian dan Tatak ikut menjadi penari Sindhung


(49)

Lengger karena kecintaannya terhadap kesenian yang ada di daerah Wonosobo khususnya tari sindhung lengger dan ingin mengembangkannya sehingga tari sindhung lengger ini tidak punah begitu saja.

b. Pengrawit

Pengrawit pada Tari Sindhung Lengger ada sekitar 6 orang. Bapak Hartoyo sebagai pengendang, Bapak Iswanto yang menabuh bonang barung, Bapak Minwari yang menabuh boning penerus, Bapak Dwi yang menabuh bendhe, Bapak Edi yang bertugas menabuh gong, serta Bapak Haris sebagai penabuh peking.

c. Sindhen (Penyanyi)

Sindhen pada pertunjukkan Tari Sindhung Lengger biasanya berjumlah 2 orang yaitu Ibu Lis dan Ibu Tarmi sebagai pesindhen. Sindhen bertugas untuk menyanyikan syair-syair lagu yang dibutuhkan pada saat pertunjukkan Tari Sindhung Lengger berlangsung.

4.3.2 Gerak

Danceskrip Tari Sindhung Lengger

Tabel 2. Danceskrip Gerakan Tari Sindhung Lengger

NO. RAGAM

GERAK DESKRIPSI KETERANGAN

1. Lumaksono

Lembehan sampur.

Kaki melangkah sesuai irama diawali dengan kaki kanan. Tangan kiri menthang dengan sampur dililitkan, tangan kanan lembehan.


(50)

2. 3. 4. 5. 6. Singgetan-sindir Tranjalan putar Singgetan-sindir

Sembahan ogek lambung.

Singgetan.

Sampur kanan dilempar ke atas, kaki kiri silang di depan kaki kanan, sampur uncal di tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno kiri seblak kanan.

Maju kaki kiri lalu tangan kanan ukel di depan wajah secara bergantian kanan dulu lalu kiri. Bila yang maju kaki kiri maka yang ukel tangan kanan.

Sampur kanan dilempar ke atas, kaki kiri silang di depan kaki kanan, sampur uncal di tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno kiri seblak kanan.

Kedua tangan menangkup di depan dada, lalu duduk setelah itu berdiri dengan kedua tangan masih menangkup di depan dada.

Tangan ukel mlumah njijil seblak sampur, kaki kanan maju

Geraknya patah-patah

Geraknya patah-patah

Geraknya patah-patah

Geraknya patah-patah

Geraknya mengalun


(51)

7. 8. 9. 10. 11. Atur-atur maju. Singgetan-sindir. Entrakan. Singgetan-srisig indroyo. Permohonan/ Sembahan

Kedua tangan menangkup (sembahan) di depan dada, kaki kanan maju di depan kaki kiri sambil ogek lambung.

Sampur kanan diuncal ke atas, kaki kiri silang di depan kaki kanan, sampur uncal di tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno seblak kanan.

Kaki kanan maju sedangkan kaki kiri tetap berada di belakang ketika tangan kanan ukel. Tangan kiri di pinggang, tangan kanan ukel di depan pusar lalu seblak sampur.

Sampur kanan dilempar ke atas lalau tangan kanan digeser ke kiri tangan kiri menthang, kaki kiri silang di depan kaki kanan lalu berputar jalan jinjit kecil-kecil.

Kedua tangan menangkup (sembahan) duduk, berdiri lalu maju kaki kiri mancat kaki kanan, lalu tangan trap bokor

Geraknya mengalun

Geraknya patah-patah

Geraknya patah-patah

Geraknya mengalun

Geraknya mengalun


(52)

12. 13. 14. 15. Kebaran Trap sumping. Trap jamang. Singgetan-sindir. Trap boro.

kanan, jejer-kaki kanan/kiri ngleyek, tangan kanan menthang gejuk kaki kanan, trap bokor kiri srisig hadap kiri menthang tangan kanan, kaki kiri gejug kenser putar seblak sampur.

Kedua tangan ukel atas bawah di depan telinga kanan, posisi kaki kanan berada di depan dan kaki kiri di belakang kaki kanan, begitu sebaliknya.

Kedua tangan ukel di depan jamang, lalu tangan kanan ngrayung di depan dada, begitu sebaliknya. Kaki kanan maju di depan kaki kiri.

Sampur kanan uncal ke atas dibarengi kaki kiri silang di depan kaki kanan, lalu sampur uncal ke tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno seblak kanan.

Tangan kanan ukel ke samping kiri, tangan kiri di pinggang, kaki kanan maju mengikuti tangan ke arah kiri lalu kedua

Geraknya mengalun

Geraknya patah-patah

Geraknya patah-patah

Geraknya lembut mengalun


(53)

16.

17.

18.

19.

Ngilo asto-sengok di sambung nacah-ngecek.

Srisig.

Berpasangan.

Srisig-berpasangan.

Tawing kanan-kiri seblak sampur.

tangan di pinggang dan hadap kanan.

Kedua telapak tangan silang di depan wajah lalu tangan kiri menthang ke depan dan tangan kanan ditekuk di atas kepala, setelah itu tangan kanan ukel di atas kepala sambil berputar dan pinggul digoyang.

Berjalan kecil-kecil sambil berputar, dengan kedua tangan memegang sampur di samping kanan.

Penari putra masuk panggung dengan gerak kaki berjalan lumaksono lembean untuk mencari pasangan, penari putra-putri srisig bersama berjalan kecil-kecil sambil berputar.

Gerakan berlawanan antara penari putra dan putri. Penari putri tawing kanan (telapak tangan kiri berada di depan dada kanan) lalu seblak sampur kiri, penari putra tawing kiri (telapak tangan kiri berada di depan dada kiri) lalu seblak

Geraknya geraknya patah-patah

Geraknya lembut

Geraknya mengalun

Geraknya patah-patah


(54)

20.

21.

22.

23.

Srisig.

Tumpang tali ogek lambung.

Srisig.

Tranjal pundak (putri)

Tranjal bopongan (putra).

sampur kanan.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Kedua penari menyebar, penari putri tumpang tali(kedua telapak tangan dikibas-kibaskan ke samping kanan dan kiri) lalu ogek lambung diikuti kepala lenggut posisi kaki kanan berada di depan kaki kiri, penari putra tangan kanan menthang dan tangan kiri ditekuk lalu ogek lambung, posisi kaki tanjak kiri.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Kaki kanan berada di depan kaki kiri melangkah berputar sambil kedua tangan berada di pundak kemudian kaki kiri maju diikuti kedua tangan di pinggang. Penari putra bergerak di belakang penari putri, dengan kedua kaki ditekuk merendah dan kedua tangan berada di

Geraknya lembut

Geraknya patah-patah

Geraknya lembut

Geraknya patah-patah


(55)

24. 25. 26. 27. 28. Srisig.

Tawing penthang egol, kaki loncat.

Srisig.

Tranjal ukel cethik kanan-kiri.

Srisig.

depan ditekuk seperti mau bopong.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Penari putri tangan kiri di depan dada kanan dan tangan kanan ngelit sampur lalu seblak sampur kanan diikuti kaki kiri loncat di belakang kaki kanan. Penari putra loncat ke kiri lalu tangan bapang dan kaki loncat lagi ke kanan dan kedua tangan di pinggang.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Kaki kanan maju di depan kaki kiri sambil tangan ukel dicethik secara bergantian. Penari putra bergerak di belakang penari putrid mengikuti gerak yang sama.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Geraknya lembut

Geraknya patah-patah

Geraknya lembut

Geraknya mengalun


(56)

29. 30. 31. 32. 33. Ngecek (egol) tangan trap jamang. Srisig.

Tawing entrag kanan-kiri.

Srisig.

Egol panthat.

Kedua tangan ukel di depan jamang (di depan dahi), kaki melangkah kecil-kecil namun memberi efek geolan pada pantat.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Penari putri tawing kanan (tangan kiri di depan dada kanan) dan tangan kanan di pinggang sambil kepala bergerak ke kanan-kiri. Penari putra kaki tanjak dengan kaki kanan berada di depan kaki kiri, tangan tawing kiri(tangan kanan berada di dada kiri) dan tangan kiri di pinggang.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Pantat diegol sambil kedua tangan miwir sampur setelah itu kedua tangan di atas pundak. Kaki melangkah ke kanan-kiri, kedua tangan menthang sambil miwir sampur lalu kebyok

Geraknya patah-patah Geraknya lembut Geraknya mengalun Geraknya lembut Geraknya mengalun


(57)

Gerak tari dalam Tari Sindhung Lengger memanfaatkan hampir seluruh anggota badan untuk bergerak menampakkan keindahan gerak Tari Sindhung Lengger mulai dari kepala, leher, badan, lambung, pantat, tangan dan kaki. Sebelum pementasan berlangsung biasanya para penari Sindhung Lengger melakukan proses latihan terlebih dahulu, dan menyesuaikan waktu pada saat pertunjukkannya.

Gerakan pada Tari Sindhung Lengger cenderung lembut, mengalun akan tetapi tetap enerjik dan ada kalanya tegas dan patah-patah. Tari Sindhung Lengger lebih menonjolkan pada gerakan kaki, tangan serta permainan properti yaitu sampur, sedangkan gerak kepala serta pantat merupakan efek dari gerakan yang dibawakan oleh penari.

34.

35.

Srisig.

Sembahan.

kanan-kiri.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Penari putri sembahan kedua tangan ditangkupkan di depan dada sambil jongkok, penari putra berdiri di belakang penari putri sambil tangan kanan menthang ke atas dan tangan kiri di pinggang.

Kemudian jalan maju, hormat kepada penonton.

Geraknya lembut

Geraknya mengalun


(58)

Penari Sindhung Lengger menggunakan ragam gerak yang sudah pasti atau sudah dibakukan seperti gerak sembahan, kebyok sampur, lembehan, seblak sampur, trap jamang, srisig, serta tumpang tali, gerakan antara penari putra dan penari putri biasanya penari putri keluar dahulu sambil menari memberikan ucapan selamat datang kepada para pengunjung baru kemudian penari putra keluar dan berpasang-pasangan.

Gerak berpindah tempat merupakan sebuah gerak penghubung yang terdapat dalam sebuah tarian. Pada Tari Sindhung Lengger gerakan penghubung atau berpindah tempat terdapat pada gerakan srisig dan singgetan-sindir.

4.3.3 Iringan Tari 4.3.3.1Instrumentasi

Instrumen yang digunakan untuk mengiringi Tari Sindhung Lengger yaitu gendhing pembuka dan gendhing iringan tari. Perangkat gamelan yang digunakan pada penyajian Tari Sindhung Lengger yaitu: dua buah kendhang ciblon, satu rankak atau satu rancak bonang barung, satu rankak bonang penerus, lima buah kempul, dua buah gong suwukan, satu gong ageng, bendhe, serta dua orang penyanyi dan atau sindhen.

Lagu-lagu yang dinyanyikan pada Tari Sindhung Lengger kebanyakan berisi tentang promosi pariwisata Kabupaten Wonosobo hal ini merupakan bentuk misi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, sehingga lagu-lagunya berisi tentang promosi pariwisata dan menceritakan tentang kekayaan alam yang dimiliki oleh Kabupaten Wonosobo serta kekhasan dari alam lingkungan Kabupaten Wonosobo. Adapun bentuk gending dan syair lagu yang sering digunakan antara lain sebagai berikut:


(59)

4.3.3.2 Garap I. INTRO KD . (7)

· 7 6 5 3 5 6 7 · · · · 7 3 · 7 5 6 7 · · · · · 7 6 6 5 5 5 3 · · · · 2 3 5 6 7 7 5 6 7 2 2 2 · 2 2 2 · 2 3 5 6 7 5 6 7 6 5 3 (2)

II. KETAWANG DEDONGA Lrs Pl Br

· 6 · 7 · 3 · 2 · 3 · 5 · 6 · (7) · 3 · 2 · 7 · 6 · 7 · 5 · 3 · (2) · 5 · 6 · 7 · 6 · 7 · 5 · 6 · (7) · 3 · 5 · 6 · 3 · 6 · 5 · 3 · (2)

III. 3 3 · · KETAWANG DEDONGA

Monggo adedonga marang gusti ingkang kuasa Wonosobo lestari widodo mugi kalis sambekolo Brug gletak trasi kawak sedonak ora enak

Setan ora doyan dedemit ora ndulit (Mari berdoa kepada Tuhan Yang Kuasa Supaya Wonosobo sejahtera


(60)

IV. LADRANG CANGKLAK Lrs Pl Br 5 6 5 3 5 6 5 2

5 6 5 3 2 7 5 6 2 3 2 7 5 2 3 5 6 5 7 6 7 5 3 (2)

V. GANGSARAN (2)

VI. LANCARAN ANGGER DENOK Lrs Pl Br · 6 · 5 · 3 · 2 · 3 · 5 · 6 · (5) · 6 · 5 · 3 · 3 · 3 · 5 · 6 · (5) · 7 · 6 · 7 · 6 · 7 · 6 · 5 · (3) · 3 · 2 · 3 · 2 · 3 · 5 · 6 · (5)

VII. LANCARAN INTRO Lrs Pl

5 5 · · 6 3 6 5 6 6 5 4 2 1 6 (5) 5 5 · · 6 3 6 5 6 6 5 4 2 1 6 (5) · 2 3 5 · 2 3 5 · 3 6 5 3 2 1 (2) 1 1 · · 1 2 3 1 · 5 6 7 5 3 2 (1)

7 5 7 6 7 5 7 6 7 5 7 6 7 5 2 (3) 7 5 7 6 7 5 7 6 7 5 7 6 7 5 2 (3) 6 6 · · 3 5 6 7 6 5 3 2 3 1 2 (3)


(61)

4.3.3.3Reportoir Lagu

I. Sugeng rawuh sadaya para pamirso Amriksani beksan kebudayaan jawi Kita marsudi murih lestari

Endah edipeni Wonosobo ASRI (Selamat datang para pemirsa Melihat kebudayaan Jawa Kita pertahankan supaya abadi Indahnnya Wonosobo ASRI)

II. Kutha Wonosobo papane wisata

Endahing Dieng kaloka manca Negara Wayang ubrul embleg tari lengger Ja lali mi ongklok jamur lan teh Tambi (Kota Wonosobo tempat wisata

Indahnya Dieng terkenal sampai manca negara Wayang umbrul, embleg, tari lengger

Jangan lupa mi ongklok, jamur dan teh Tambi)

Taman rekreasi Kalianget Tlaga Menjer Wadhuk Wadaslintang tlaga werno gua semar Tuk bima lukar suran suradilaga


(62)

(Taman rekreasi Kalianget, tlaga menjer Waduk Wadaslintang telaga warna gua semar Tuk bima lukar suran suradilaga

Bentuk nyata Wonosobo kota wisata)

4.3.4 Tata Rias dan Busana 4.3.4.1Tata Rias Wajah

Tata rias yang digunakan pada pementasan Tari Sindhung Lengger menggunakan rias korektif. Pada pementasan Tari Sindhung Lengger unsur rias sangat mendukung penampilan penari karena fungsi rias untuk menonjolkan karakteristik dari tarian yang dibawakan dalam hal ini adalah Tari Sindhung Lengger. Alat rias yang digunakan untuk menunjang penampilan dalam Tari Sindhung Lengger adalah: pembersih, penyegar, pelembab, bedak dasar, bedak tabur, eye shadow, blush-on, lipstik, pensil alis. Rias yang digunakan dalam penari Sindhung Lengger bertujuan untuk menambah penampilan penari dalam pentas agar kelihatan lebih cantik, sehingga rias yang digunakan penari dapat digolongkan sebagai rias pertunjukan. Fungsi rias yaitu untuk menambah daya tarik penonton dan untuk menegaskan karakter penari.

Peralatan rias atau make-up yang digunakan pada Tari Sindhung Lengger adalah:


(63)

Tabel 3. Peralatan Rias Tari Sindhung Lengger

NO ALAT BAHAN CARA PEMAKAIAN

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Spons basah Saput bedak Pensil alis Saput eye-shadow Kuas blush-on

Lem bulu mata

Kuas lipstik Kuas eye-liner Alas bedak Bedak Pensil alis Eye-shadow Blush-on

Bulu mata palsu

Lipstik

Eye-liner

Alas bedak diratakan di wajah dengan menggunakan spons basah.

Bedak diratakan di wajah menggunakan saput bedak.

Pensil alis digariskan sesuai dengan alis asli.

Eye-shadow disapukan ke kelopak mata menggunakan saput eye-shadow.

Blush-on disapukan ke tulang pipi menggunakan kuas blush-on.

Bulu mata palsu ditempelkan segaris dengan bulu mata asli setelah diberi lem bulu mata.

Lipstik disapukan ke bibir menggunakan kuas lipstik.

Eye liner digariskan di atas bulu mata palsu menggunakan kuas eye liner.


(64)

9.

10.

Kapas kecantikan

Kapas kecantikan

Pembersih

Penyegar

Pembersih digunakan dengan cara diusapkan ke wajah sebelum dan setelah memakai riasan untuk membersihkan wajah dengan menggunakan kapas kecantikan.

Penyegar digunakan setelah memakai pembersih dengan cara dituang dalam kapas lalu diusapkan ke wajah agar wajah bersih sempurna.

(Sumber: Sulistriyaningsih, 5 Februari 2011)

Warna coklat sebagai bayangan pada kanan dan kiri batangan hidung dimaksudkan untuk memperoleh kesan agar hidungnya menjadi mancung, terlebih lagi bila ujung batang hidung diberi warna kuning muda.

Teknik tata rias wajah Tari Sindhung Lengger, untuk penari lengger menggunakan tata rias korektif sedangkan untuk penari putra atau pengibingnya menggunakan rias gagah. Tata rias menyesuaikan dengan tokoh yang diperankannya. Fungsi tata rias adalah untuk mempercantik penampilan penari yang dapat menimbulkan rasa percaya diri, untuk merubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang sedang dibawakan untuk memperkuat ekspresi dan menambah daya tarik penampilan. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, yaitu dengan melakukan wawancara dengan Ibu Sulistriyaningsih, bahwa pada prinsipnya fungsi tata rias pada Tari Sindhung Lengger adalah:


(1)

disini menari tidak harus dengan sesama penari namun bisa juga dengan penonton yang hadir. Lalu untuk lagu, kita memang yang nggarap dari dinas pariwisata maka banyak lagu-lagu yang berisi pesan tentang pariwisata, kemudian untuk iringan kita kolaborasi dengan iringan lengger yang asli, kita mengambil kekhasan kalau Wonosobo kan ciri khas nya menggunakan bendhe. Tata rias busana menggunakan rias yang natural, dan busananya untuk baju pada bagian pundak dibuat agak lancip hal ini untuk menutupi kekurangan penari, kalau anak Wonosobo biasanya kan pendek dan gemuk maka untuk menutupi kekurangannya itu dan lung-lungannya itu berbeda dengan yang dari Surakarta, kemudian untuk kainnya kita memakai kain motif parang-parang dan sekarang sudah saya patenkan untuk memakai kain motif parang gunung yaitu kain batik khas Wonosobo.”

Tanya : Bagaimana fungsi tari Sindhung Lengger?

Jawab : “ya itu tadi untuk hiburan, pendidikan, tontonan. Namun utamanya adalah untuk tarian penyambutan.”

Tanya : Tari Sindhung Lengger ditampilkan dalam acara apa saja?

Jawab : “biasanya itu untuk acara-acara di pendopo Kabupaten ya misalnya ada tamu dari luar untuk sambutannya memakai tari Sindhung Lengger, untuk acara peringatan HUT RI dan HUT Wonosobo juga, untuk memeriahkan di acara mantenan juga sering menampilkan tari Sindhung Lengger.”


(2)

Tanya : Berapa jumlah penari dalam tari Sindhung Lengger?

Jawab : “untuk jumlah penari saya tidak membatasi ya tergantung kebutuhan saja bisa 8 bisa 12 atau lebih, namun pada umumnya bila untuk acara-acara penyambutan tamu kita memakai penari 8 yaitu 4 orang penari putri dan 4 orang penari putra.”

2. Wawancara dengan pencipta iringan tari Sindhung Lengger yang diwakili oleh Bp. Dwi Pranyoto.

Tanya : Apa pada penyajian tari Sindhung Lengger ada lagu khusus yang harus dinyanyikan?

Jawab : “iya lagu-lagunya khusus, karena yang menciptakan iringan tari Sindhung Lengger ini adalah dari dinas pariwisata maka lagu-lagunya juga mengandung pesan tentang pariwisata atau promosi pariwisata.”

Tanya : Berapa jumlah alat musik yang digunakan?

Jawab : “jumlah alat musik yang kita pakai itu ada kurang lebih 6 buah ya.” Tanya : Apa nama-nama alat musik yang digunakan?

Jawab : “alat musik yang digunakan biasa seperti kesenian lengger pada umumnya menggunakan gamelan namun tidak lengkap hanya memakai demung, saron, kendhang, bonang, peking, gong. Itu saja pada awalnya kita tidak menggunakan bonang, dan peking juga tidak pokok.”


(3)

Tanya : Bagaimana iringan tari Sindhung Lengger?

Jawab : “iringan dari tari Sindhung Lengger juga mengadopsi dari iringan kesenian tradisional lengger yang asli namun digarap lagi dan lagu-lagunya juga diganti, musiknya biasanya kan kalau tari tradisi itu monoton ya jadi kita buwat sedemikian rupa biar tidak monoton, dengan lagunya yang menarik.”

3. Wawancara dengan penari tari Sindhung Lengger a. Wawancara dengan Dian

Tanya : Sudah berapa lama anda menjadi penari tari Sindhung Lengger? Jawab : “saya sudah lama menjadi penari tari Sindhung Lengger ya

kira-kira 1 tahunan ini lah.”

Tanya : Anda butuh berapa lama untuk bisa menguasai tari Sindhung Lengger?

Jawab : “nggak lama ko mbak, ya sekitar 3-4 kali pertemuan lah saya sudah bisa hafal semua geraknya.”

Tanya : Apakah anda mengalami kesulitan dalam menarikan tari Sindhung Lengger?

Jawab : “Alhamdulillah tidak mbak karena gerakan dari tari Sindhung Lengger tergolong mudah jadi tidak kesulitan.”

Tanya : Gerakan apa yang paling anda sukai pada tari Sindhung Lengger? Jawab : “itu mbak yang gerakan ngilo asto sengok, saya suka gerakan itu


(4)

Tanya : Apakah anda merasa senang pada saat menari tari Sindhung Lengger?

Jawab : “iya saya senang karena gerakannya yang lincah, ceria dan semangat jadi saya terbawa dalam gerakannya itu saya bisa senyum dengan lepas pada saat menari tari Sindhung Lengger ini.”

b. Wawancara dengan Tatak

Tanya : Sudah berapa lama anda menjadi penari tari Sindhung Lengger? Jawab : “saya belum terlalu lama jadi penari tari Sindhung Lengger mbak

baru beberapa bulan ini.”

Tanya : Anda butuh berapa lama untuk bisa menguasai gerakan tari Sindhung Lengger?

Jawab : “tidak begitu lama si mbak ya 2 kali pertemuan saya bisa gerakannya tapi untuk hafalnya ya sekitar 4 kali pertemuan lah mbak.”

Tanya : Apakah anda mengalami kesulitan dalam menarikan tari Sindhung Lengger?

Jawab : “nggak si mbak soale gerakan tari Sindhung Lengger itu nggak terlalu susah jadi ya nggak ada masalah.”

Tanya : Gerakan apa yang paling anda sukai pada tari Sindhung Lengger? Jawab : “saya itu paling suka dengan gerakan tumpang tali ogek lambung


(5)

Tanya : Apakah anda merasa senang pada saat menari tari Sindhung Lengger?

Jawab : “iya mbak saya senang soale gerakane semangat sekali pokoke ceria lah senang.”

c. Wawancara dengan Fernias

Tanya : Sudah berapa lama anda menjadi penari tari Sindhung Lengger? Jawab : “sudah lumayan lama ya sekitar 2 tahunan lah mbak.”

Tanya : Anda butuh berapa lama untuk bisa menguasai gerakan tari Sindhung Lengger?

Jawab : “kalau saya si nggak begitu lama ya mbak sekitar 4 kali pertemuan lah saya sudah bisa semua gerakane dan sudah mulai hafal urut-urutan gerake.”

Tanya : Apakah anda mengalami kesulitan dalam menari tari Sindhung Lengger?

Jawab : “nggak ada si mbak, Cuma kalau saya kadang lupa gerakane kalau nggak itu kadang nggak pas sama musike”

Tanya : Gerakan apa yang paling anda sukai dalam tari Sindhung Lengger?

Jawab : “saya paling suka dengan gerakan ngilo asto-sengok, soalnya gerakannya bagus dan tidak susah juga.”

Tanya : Apakah anda merasa senang saat menari tari Sindhung Lengger? Jawab : “iya saya senang karena gerakane yang lincah dan penuh

semangat membuat saya menjadi senang saat nari, saya juga tidak merasakan capek malah saya bisa senyum dengan lepas.”


(6)

4. Wawancara dengan penonton

a. Wawancara dengan Bapak Siswandi

Tanya : Apakah anda mengetahui tari Sindhung Lengger?

Jawab : “iya saya tahu itu tarian yang tadi ditampilkan untuk membuka acara di kantor kepala desa hari ini.”

Tanya : Apakah anda pernah melihat tari Sindhung Lengger? Jawab : “iya pernah beberapa kali.”

Tanya : Apakah anda menyukai tari Sindhung Lengger?

Jawab : “saya suka tarian itu karena bagus gerakane musiknya juga semarak sekali.”

b. Wawancara dengan Ibu Sumiyati

Tanya : Apakah anda mengetahui tari Sindhung Lengger? Jawab : “iya saya tahu mbak.”

Tanya : Apakah anda pernah melihat tari Sindhung Lengger?

Jawab : “saya pernah melihat mbak, tadi juga saya lihat waktu di kantor kepala desa waktu acara pembukaan.”

Tanya : Apakah anda menyukai tari Sindhung Lengger?

Jawab : “iya saya suka, soalnya gerakane bagus yang nari juga cantik dan ganteng.”