33
keagamaan, sedangkan kostum yang dikenakan merupakan kostum wayang orang. Alat-alat yang digunakan yaitu: rebana, bedug kecil jidor dan
kendang, sedangkan lagu yang dibawakan bernafaskan Islam. Dinamakan angguk karena gerakan yang mereka bawakan mengutamakan leher yang
selalu mengangguk-angguk. 5.
Rebana merupakan suatu perkumpulan kesenian yang berciri Islam dengan menyanyikan shalawat dan puji-pujian yang diambil dari Al-Barzanzi dengan
iringan musik rebana seperti organ, ketipung serta drum. Kesenian rebana banyak kita jumpai di desa Drewel Kecamatan Watumalang dan di desa
Kalibeber Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo, di kedua desa tersebut melestarikan kesenian rebana karena masyarakatnya berlatar belakang
pesantren. Dari beberapa kesenian yang ada di Kabupaten Wonosobo, ada salah satu
tarian yang sangat menarik perhatian penulis yaitu Tari Sindhung Lengger. Tari Sindhung Lengger hidup dan berkembang di DIPARBUD Kabupaten Wonosobo
yang bertempat di pusat kota Kabupaten Wonosobo. Tari sindhung lengger merupakan tari berpasangan yang mengadopsi dari kesenian tradisional lengger.
4.2 Asal-Usul Tari Sindhung Lengger
Tari Sindhung Lengger merupakan salah satu jenis tarian berpasangan yang diciptakan oleh seorang seniman yang bernama ibu Sulistriyaningsih pada
tahun 2002. Latar belakang lahirnya Tari Sindhung Lengger yaitu keinginan untuk tetap terus melestarikan dan terus mengembangkan tari di Kabupaten Wonosobo.
34
Sindhung Lengger berasal dari kata Sindhung dan Lengger. Sindhung atau ndhung yang berarti gadis atau seorang anak perempuan. Sindhung berasal
dari kata ndhunggendhung yaitu sebutan atau panggilan untuk seorang anak perempuan di desa di daerah Wonosobo DIPARBUD, 2003.
Lengger merupakan akronim dari bahasa Jawa yaitu Leng dan Ngger. Leng dalam bahasa Jawa yang berarti lubang yang sering diidentikkan dengan alat
kelamin seorang wanita, sedangkan Jengger merupakan tanda kelamin pada ayam jantan yang melambangkan sifat jantan bagi seorang laki-laki. Jadi yang dimaksud
dengan kata Lengger merupakan seorang yang dikira wanita akan tetapi ternyata adalah seorang laki-laki. Memang pada awalnya tari lengger ditarikan oleh penari
laki-laki yang berbusana wanita. Menurut ibu Sulistriyaningsih, “Sindhung Lengger berasal dari kata gendhung atau ndung yang
merupakan panggilan mbak atau anak perempuan yang ada di daerah Kabupaten Wonosobo, sedangkan lengger dari penyebaran
para wali yang meyebutkan “elingo ngger”. Kata tersebut mempunyai maksud agar kita selalu mengingat akan kuasa Tuhan.”
Tari Sindhung Lengger menceritakan tentang citra diri dari seorang gadis desa yang dengan kepolosannya mengajak laki-laki untuk ikut hanyut dan
menyatu dalam kebebasan, berandai-andai akan indahnya persahabatan, berbagi rasa serta mengingatkan manusia akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, menatap
dan memohon keagungan Tuhan dalam setiap kesedihan maupun senanggembira agar selalu diberi keselamatan serta perlindungan-Nya kepada seluruh umat
manusia di bumi. Tari Sindhung Lengger diciptakan pada tahun 2002 dan digarap oleh
berbagai unsur komunitas sosial dan elemen-elemen masyarakat Wonosobo
35
seperti seniman tradisional, guru, mahasiswa sampai pada tingkat birokrasi Pembina kebudayaan daerah. Ibu Sulistriyaningsih sebagai pencetus ide garapan
tari Sindhung Lengger dibantu dengan para seniman Kabupaten Wonosobo mengembangkan gerakan tari Topeng Lengger diganti dengan gerakan yang lebih
mudah untuk dipelajari oleh anak dipadu padankan sehingga menjadi sebuah tarian yang layak untuk dinikmati oleh penonton. Untuk menyatukan persepsi dari
tiap seniman, dengan menguraikan makna gerak dan irama kehidupan yang berakar dari tradisi dan kesenian asli rakyat pedesaan yang bisa dipentaskan dalam
setiap kesempatan.
4.3 Unsur-Unsur Pertunjukan Tari Sindhung Lengger