memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya. Karena Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi
komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal
meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita
yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Selain itu anemia gizi besi juga dapat menyebabkan gangguan pada masa nifas subinvolusi rahim, daya
tahan terhadap infeksi dan stres kurang, produksi ASI rendah, dan gangguan pada janin abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain
Hayati, 2010.
9. Penanggulangan Anemia Defisiensi Besi
Pencegahan dan penanggulangan anemia defisiensi besi dapat dilakukan antara lain dengan cara berikut.
9.1 Meningkatkan Konsumsi Zat Besi dari Makanan
Mengkonsumsi pangan hewani, seperti daging, ikan, hati, atau telur dalam jumlah yang cukup sebenarnya dapat mencegah anemia defisiensi besi. Namun
bagi masyarakat kita, harga pangan hewani tergolong cukup tinggi sehingga sulit dijangkau. Untuk itu, diperlukan alternatif lain untuk mencegah anemia defisiensi
besi.
Universitas Sumatera Utara
Makanan yang beraneka ragam memiliki zat gizi yang saling melengkapi. Sayuran hijau dan buah-buahan ditambah dengan kacang-kacangan dan padi-
padian cukup banyak mengandung zat besi dan vitamin-vitamin lain untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Mengkonsumsi makanan yang cukup beragam
jumlah maupun kualitasnya dapat membantu mencegah anemia defisiensi besi. Vitamin C diperlukan untuk meningkatkan penyerapan zat besi di dalam
tubuh. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100, dan 250 mg dapat memperbesar penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4, dan 5 kali. Buah-buahan segar
dan sayuran merupakan sumber utama vitamin C. Namun, perlu diingat bahwa proses pemasakan akan merusak 50-80 vitamin C di dalam bahan makanan.
Konsumsi bahan pangan yang mengandung zat-zat penghambat absorbsi besi harus dikurangi. Zat-zat inhibitor, seperti fitat, fosfat, tannin, dan beberapa
jenis serat makanan harus dihindari karena zat ini bersama zat besi membentuk senyawa yang tak larut dalam air sehingga tidak dapat diabsorbsi.
9.2 Suplementasi Zat Besi
Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Sampai sekarang cara ini
masih merupakan satu-satunya cara yang cocok dilakukan pada ibu hamil dan kelompok yang berisiko tinggi lainnya, seperti anak balita, anak sekolah, dan
pekerja.
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia, pil besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi ini adalah ferrous sulfat, senyawa ini tergolong murah dan dapat diabsorbsi
sampai 20. Kendala utama dalam suplementasi zat besi ini adalah akibat samping yang dihasilkan dan kesulitan mematuhi meminum pil karena kurangnya
kesadaran akan pentingnya masalah anemia defisiensi besi. Akibat samping pemberian pil besi adalah pada saluran pencernaan, seperti mual, muntah,
konstipasi, dan diare.
9.3 Fortifikasi Zat besi