Pengertian Zat Besi Zat Besi Dalam Tubuh

diduga hormon ini berperan terhadap eritropoesis. Faktor lain yang turut memacu eritropoesis adalah eritropoeti yang meningkat pada masa remaja, pada wanita dewasa kadarnya 50 lebih rendah. Pada remaja puteri terutama yang telah mengalami menstruasi membutuhkan zat besi relatif lebih tinggi, selain itu mereka juga sedang dalam masa tumbuh kembang yang cepat serta adanya pengaruh hormonal Hayati, 2010.

7. Zat Besi Fe

7.1 Pengertian Zat Besi

Zat besi merupakan zat gizi yang penting bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopoesis pembentukan darah, yaitu dalam sintesa hemoglobin Achmad Djaeni, 2000. Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3 – 5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh: sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Walaupun terdapat luas di dalam makanan banyak penduduk dunia mengalami kekurangan besi, termasuk di Indonesia Almatsier, 2005. Universitas Sumatera Utara

7.2 Zat Besi Dalam Tubuh

Di dalam tubuh sebagian besar zat besi terdapat terkonjugasi dengan protein, dan terdapat dalam bentuk ferro atau ferri. Bentuk aktif zat besi biasanya terdapat sebagai ferro, sedangkan bentuk inaktif adalah sebagai ferri misalnya bentuk storage. Bentuk-bentuk konjugasi besi itu adalah: a. Hemoglobin; mengandung bentuk ferro. Fungsi hemoglobin adalah mentranspor dari jaringan ke paru-paru untuk diekskresikan kedalam udara pernafasan dan membawa dari paru-paru ke sel-sel jaringan. Hemoglobin terdapat di dalam erytrocit. b. Myoglobin; terdapat di dalam sel-sel otot, mengandung besi bentuk ferro. Fungsi myoglobin ialah dalam proses kontraksi otot. c. Transferin, mengandung besi bentuk ferro. Transferin merupakan konjugat besi yang berfungsi mentranspor besi tersebut di dalam plasma darah, dari tempat penimbunan besi ke jaringan-jaringan sel yang memerlukan sum-sum tulang di mana terdapat jaringan hemopoietik. Transferin terdapat juga di dalam berbagai jaringan tubuh, dan mempunyai karakteristik yang berlainan. Transferin yang terdapat di dalam air susu disebut lactotransferin, di dalam telur disebut ovotransferin, sedangkan di dalam plasma disebut serotransferin. Universitas Sumatera Utara d. Ferritin; adalah bentuk storage besi dan mengandung bentuk ferri. Kalau besi ferritin diberikan kepada transferin untuk ditranspor, zat besinya diubah menjadi ferro dan sebaliknya besi dari transferin yang berasal dari penyerapan di dalam usus, diberikan kepada ferritin sambil diubah dalam bentuk ferri, untuk kemudian ditimbun. e. Hemosiderin; adalah konjugat protein dengan ferri dan merupakan bentuk storage zat besi juga. Hemosiderin bersifat lebih inert dibandingkan dengan ferritin. Untuk dimobilisasikan, besi dari hemosiderin diberikan lebih dahulu kepada ferritin dan kemudian kepada transferrin. Zat besi Fe lebih mudah diserap dari usus halus dalam bentuk ferro. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autoregulasi yang diatur oleh kadar ferritin yang terdapat di dalam sel-sel mukosa usus. Pada kondisi Fe yang baik, hanya sekitar 10 dari Fe yang terdapat di dalam makanan diserap kedalam mukosa usus, tetapi dalam kondisi defisiensi lebih banyak Fe dapat diserap untuk menutupi kekurangan tersebut. Ekskresi Fe dilakukan melalui kulit di dalam bagian-bagian tubuh yang aus dan dilepaskan oleh permukaan tubuh; jumlahnya sangat kecil sekali, hanya sekitar 1 mg dalam sehari semalam. Pada wanita subur, lebih banyak Fe terbuang dari tubuh dengan adanya menstruasi sehingga kebutuhan akan Fe pada wanita dewasa lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita hamil dan wanita yang sedang menyusui juga memerlukan lebih banyak Fe dibandingkan dengan wanita biasa, Universitas Sumatera Utara karena bayi yang sedang dikandung juga memerlukan zat besi sedangkan ASI mengandung Fe dalam bentuk lactotransferin yang diberikan kepada anak yang sedang disusukan Sediaoetama, 2008.

7.3 Faktor-Faktor yang Membantu dan Menghambat Penyerapan Zat