Untuk Memperluas Kiprah Politik Ingin Melakukan Perubahan Di Dua Bidang Agar Bisa Mengontrol Setiap Kebijakan Dan Mempengaruhi Untuk Memperbaiki Kondisi Masyarakat

58 Soe Hok Gie menghargai seluruh intelektual yang masuk ke pemerintahan dengan alasan-alasan tertentu. Tapi hal itu karena mereka berada dalam kondisi sulit untuk bisa mendapat hasil yang maksimal. 5 Masuk ke dalam struktur kekuasaan bisa jadi hanya sebagai warisan politik sejak zaman penjajahan Belanda. Trend politik sampai dengan sekarang. Banyaknya kasus yang muncul, akan tetapi tidak terselesaikan sama sekali. Dari segala persoalan yang ada diharapkan bahwa kemunculan para intelektual dapat memberikan penyelesaian yang baik seperti yang diharapakan oleh masyarakat. Hal itu karena fungsi intelektual untuk memberikan kebenaran. Tidak hanya mewarnai politik dengan masuk ke dalam struktur kekuasaan partai politik dan tidak memberikan kontribusi apa-apa, karena mempunyai kepentingan. Sehingga tujuan awalnya tidal terealisasi. Berikut ini adalah beberapa alasan pengamat politik masuk ke dalam partai politik:

1. Untuk Memperluas Kiprah Politik

6 Bagi para pengamat politik, menjadi pengamat hanya dapat melihat dari luar saja. Karena itu tentu akan lebih menarik kalau pengamat politik bisa masuk ke dalam politik, dibanding menjadi penonton. Dengan berada di dalam, pengamat politik bisa memperluas kiprah politik dan masuk ke dalam Dewan Perwakilan Rakyat DPR dan jajaran eksekutif. Pengalaman ini dapat memberi mereka kesempatan melakukan sejumlah eksperimen dengan kemampuan menekan.

2. Ingin Melakukan Perubahan Di Dua Bidang

7 5 Ibid., h. 445. 6 Wawancara pribadi dengan Ulil Abshar Abdalla, Jakarta, 12 Juli 2011. 59 Bagi para pengamat dengan menjadi tenaga pengajar, hanya bisa melakukan perubahan di bidang akademik. Karenanya setelah masuk ke dalam partai politik, intelektual bisa langsung berhubungan dengan perubahan kebijakan politik dan merubah partai politik dari dalam. Kalau dulunya, intelektual berjuang dengan lisan, partai politik memberi peluang perjuangan dilakukan dengan tangan.

3. Agar Bisa Mengontrol Setiap Kebijakan Dan Mempengaruhi

Kebijakan Yang Keluar 8 Ketika menjadi pengamat politik, seorang intelektual tidak bisa memberikan aspirasi lebih. Dan pengamat hanya tahu berita yang beredar dari luar saja. Pengamat politik walaupun mempunyai pandangan yang benar, kritis, mempunyai pengaruh dalam berpendapat, tetapi pengamat tidak bisa mengambil sebuah keputusan. Keputusan tetap berada di tangan politisi. Dalam mengontrol kebijakan, seorang politisi bisa menolak untuk mengikuti program pemerintah. Misalnya, program study banding keluar negeri, seorang politisi berhak melarang anggotanya untuk berangkat.

4. Untuk Memperbaiki Kondisi Masyarakat

9 Sebagai pengamat politik biasa pastinya mempunyai batasan-batasan dalam melakukan sesuatu dan mempunyai batasan untuk mengontrol. Hal yang tidak bisa dilakukan oleh pengamat politik, bisa dilakukan oleh politisi. Misalnya, musibah yang datang kepada satu daerah, untuk bisa memperbaiki secara cepat dibutuhkan individu atau kelompok yang berkuasa. Karena sebagai intelektual, hanya bisa memberi bantuan tanpa bisa mengontrolnya. 7 Wawancara pribadi dengan Bima Arya Sugiarto, Jakarta, 4 Juli 2011. 8 Ibid. 9 Wawancara pribadi dengan Indra J.Piliang, Jakarta, 5 Juli 2011. 60 Para pengamat politik yang masuk ke dalam partai politik biasanya sudah dalam keadaan materi berlimpah. Akan tetapi seorang pengamat politik itu harusnya terbebas dari segala kepentingan. Bisa dikatakan, pengamat harus bebas dari segala rasa untuk menguasai. Sedangkan partai itu sendiri mempunyai tujuan untuk berkuasa. Dan tujuan politik yang awalnya untuk memberikan kebaikan kepada rakyat. 10 Dengan alasan yang beragam masuk ke dalam gelanggang politik, para intelektual berharap tidak ada yang berubah dari cita-cita mereka. Tapi harus dicatat banyaknya individu atau kelompok intelektual maupun lapisan masyarakat yang menyayangkan mereka masuk ke dalam politik praktis. Karena menurut masyarakat, orang yang berpendidikan seperti mereka harusnya tidak haus akan kekuasaan. Dengan hadirnya intelektual di dalam gelanggang politik, diharapkan bisa membawa pengaruh positif terhadap kinerja dan citra dunia politik. Harapan itu bukan tanpa alasan, sebab sejak era reformasi, sistem perekrutan dan seleksi legislatif di tingkat partai dan pada level pemerintah tidak berhasil melahirkan legislatif yang berkualitas. 11 Tiga alasan yang menjadi motivasi para intelektual masuk ke dalam gelanggang politik. Pertama, mereka merasa terpanggil dengan tanggung jawab intelektualnya untuk memperbaiki kehidupan politik saat ini yang makinj auh dari yang dicita-citakan. Kedua, melakukan kajian ilmiah atas kondisi politik saat ini 10 Mohammad Hatta, “Tanggungjawab Kaum Intelegentsia,” dalam Aswab Mahasin dan Ismed Natsir, Cendekiawan dan Politik Jakarta: LP3ES, 1984, h. 12 11 Suara Merdeka Online, “Peran Intelektual di Partai Politik,” artikel diakses pada 19 Oktober 2011 dari http:www.suaramerdeka.comharian040217kha1.htm 61 dan konsekuensinya terhadap kehidupan demokrasi Indonesia pada masa depan. Ketiga , motif ekonomi, zaman sekarang menjadi politikus memiliki magnitude yang sangat kuat dari sisi ekonomi. 12

C. Pilihan Partai dalam Politik dan Tujuannya