Partisipasi Politik Cendikiawan dan politik: faktor pendorong pengamat politik masuk ke dalam partai politik

27 rakyat. 49 Tujuan khususnya, memperjuangkan cita-citanya bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 50

C. Partisipasi Politik

Disebabkan adanya keterlibatan intelektual dalam masalah-masalah politik dalam sub-bab berikut perlu dijelaskan hubungan antara intelektual dengan partisipasi politik. Dalam demokrasi peran serta masyarakat sangatlah berpengaruh. Karena pada negara demokrasi, rakyat menjadi penentu kebijakan. Dalam ilmu politik, partisipasi diartikan sebagai upaya warga negara baik secara indvidual maupun kelompok, untuk ikut serta dalam mempengaruhi penentu kebijakan publik dalam suatu negara. 51 Partisipasi menurut Ramlan Surbekti, 52 adalah keikutsertaan warga negara biasa yang tidak mempunyai kewenangan dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Partisipasi politik mengacu ke- dalam dua hal berdasarkan pengertian-pengertian di atas: a. Proses pemilihan penguasa, dalam hal ini Pemilihan Umum yang diadakan dalam lima tahun sekali dalam pemilihan Presiden maupun pemimpin-pemimpin daerah. b. Pengawasan kepada penguasa yang terpilih. Hal ini berhubungan dengan mempengaruhi kebijakan publik. 53 49 Undang-Undang Republik Indonesia no 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik, Plus Tanya Jawab Mengenai UU Partai Politik Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003, h. 50. 50 Ibid. 51 Afan Gaffar, “Merangsang Partisipasi Politik Rakyat,” dalam Syarofin Arba, ed., Demitologi Politik Indonesia: Mengusung Elitisme Dalam Orde Baru Jakarta: Pustaka Cidesindo, 1998, h.240. 52 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik Jakarta: Grasindo, 2009, h.141. 53 Ammatullah Shafiyah dan Haryati Soeripno, Kiprah Politik Muslimah Konsep dan Implementasinya Jakarta: Gema Insani Press, 2003, h.42. 28 Dalam hal ini, partisipasi masyarakat bisa berbentuk dengan melakukan protes-protes bila arah kebijakan berat sebelah atau merugikan rakyat. Umumnya partisipasi politik masyarakat bersifat mandiri autonomous dimana individu melakukan kegiatan berdasarkan inisiatif dan keinginan sendiri. Hal ini terjadi atas dasar tanggung jawab dalam politik, atau didorong oleh keinginan untuk mewujudkan kepentingan atau kelompoknya. Tapi ada pula partisipasi yang tidak dilakukan karena kehendak orang tersebut, akan tetapi diminta, bahkan dipaksa untuk melakukan keinginannya. Ada lima hal yang bisa menggerakkan partisipasi dalam proses politik, sebagaimana disampaikan Myron Weiner, yaitu: 54 a. Modernisasi dalam segala bidang kehidupan yang menyebabkan makin banyak masyarakat menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik. b. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial, masalah siapa yang berhak berpartisipasi dan pembutan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan dalam pola partisipasi politik. c. Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern, ide demokratisasi partisipasi telah menyebar ke bangsa-bangsa baru sebelum mereka mengembangkan modernisasi dan industrialisasi yang cukup matang. d. Konflik antar kelompok pemimpin politik, jika timbul konflik antar elit maka yang dicari adalah dukungan rakyat, terjadi perjuangan antar 54 Drs.A.Rachman.MM, “Sistem Politik Indonesia.” 29 kelas menengah melawan kaum aristokrat telah menarik kaum buruh dan membantu memperluas hak pilih rakyat. e. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam masalah sosial, ekonomi dan budaya, meluasnya ruang lingkup aktifitas pemerintah seiring merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisir akan kesempatan untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan politik. Dengan adanya partisipasi politik maka akan membuka ruang publik yang terbuka untuk rakyat. sehingga membuat rakyat tidak menjadi apatis tidak peduli terhadap pemerintahan 55 Huntington dan Nelson membagi landasan patisipasi menjadi: 56 a. Kelas, individu dengan status sosial dan pekerjaan yang sama. b. Kelompok atau komunal, individu dengan asal usul ras, agama, bahasa, atau etnis yang sama. c. Lingkungan, individu yang jarak tempat tinggalnya berdekatan. d. Partai, individu yang mengidentifikasi diri dengan organisasi formal yang sama yang berusaha untuk meraih atau mempertahankan kontrol atas bidang-bidang eksekutif dan legislatif pemerintahan. e. Golongan atau faksi, individu yang dipersatukan oleh interaksi yang terus menerus antara satu sama lain, yang akhirnya membentuk hubungan patron-client, yang berlaku atas orang-orang dengan tingkat status sosial, pendidikan, dan ekonomi yang sederajat. 55 Kamus Bahasa Indonesia, “Apatis.” 56 Sosiologi FISIP UNPatti angkata n 2007, “Partisipasi Politik,” mengulas buku Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang Jakarta: Rineka Cipta, 1990 h. 9-10. artikel diakses pada 18 Oktober 2011 dari http:sunaryotianotak.blog.com20110211partisipasi-politik 30 Huntington dan Nelson membagi bentuk-bentuk partisipasi politik ke dalam beberapa macam: 57 a. Kegiatan pemilihan, kegiatan pemberian suara dalam Pemilihan Umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha memepengaruhi hasil Pemilu. b. Lobby, upaya perorangan atau kelompok menghubungan pemimpin politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu. c. Kegiatan organisasi, partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. d. Contacting, yakni upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan. e. Tindakan kekerasan violence, yiatu tindakan individu atau kelompok guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia atau harta benda, termasuk disini adalah huru hara, teror, kudeta, pembutuhan politik assassination, revolusi dan pemberontakan. Partisipasi ini mempunyai dua bentuk, yaitu konvensional dan nonkonvensional. Partisipasi konvensional adalah menghadiri pertemuan publik, bekerja demi sebuah partai politik, dan menandatangani petisi, komunikasi 57 Ibid. 31 individual dengan pejabat politik. 58 sedangkan partisipasi non-konvensional adalah pengajuan petisi, demonstrasi, konfrontasi, mogok dan tidakan kekerasan politik. 59 Kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan pemerintahan ataupun kebijakan itu gagal. Tetap itu merupakan partisipasi politik dari masyarakat. Partisipasi warga negara kadang bukan merupakan kegiatan yang otonom dan murni istilahnya autonomous participation tetapi merupakan kegiatan yang dimobilasasi mobilized participation oleh orang atau kelompok tertentu. 60

D. Pendekatan Masalah