Kedudukan Zakat Dalam Hukum Islam

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar nampaknya terdapat kesamaan dalam mendefinisikan makna dari kata zakat, meskipun redaksinya berbeda tetapi intinya sama.

B. Kedudukan Zakat Dalam Hukum Islam

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga. Sebagai sebuah rukun Islam maka dalam pelaksanaannya merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Hal ini ditegaskan dalam al-Quran surat At Taubah : 103 ⌦ ☺ ﺔ ﻮ ا : Artinya: “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui”. Dalam rukun Islam, zakat mempunyai karakteristik ibadah yang berbeda dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena zakat memiliki dua aspek ibadah yaitu aspek vertikal habluminallah dan aspek horizontal habluminannas. Aspek vertikal yaitu aspek perintah Allah kepada manusia untuk melaksanakan kewajibannya. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan maka akan mendapat dosa. Bahkan menurut Qardawi, orang yang tidak membayar zakat akan digolongkan kepada golongan kafir. Sedangkan aspek horizontal adalah aspek hubungan dengan sesama manusia. Dalam QS At Taubah ayat : 60 dijelaskan tentang siapa saja yang berhak menerima zakat. “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para pengurus amil zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak. Orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana”. 16 Berdasarkan ayat tersebut, telah dijelaskan bahwa pertama kali orang yang berhak menerima zakat adalah golongan fakir. Hal ini jelas menunjukkan dimensi sosial yang ada dalam zakat. Mengingat pentingnya zakat dalam sistem perekonomian Islam disamping riba maka tidak heran kalau perintah zakat dalam al-Quran sebanyak 30 kali kata zakat dalam bentuk ma’rifat khusus dan sebanyak 27 kali disandingkan dengan shalat. Selain itu, contoh kejadian yang tercatat dalam sejarah Islam telah membuktikan bahwa orang yang tidak membayar zakat harus diperangi. Dalam beberapa riwayat sahabat disebutkan, seorang Abu Bakar As- Shidieq yang lembut dan penuh kasih sayang, ketika menjadi khalifah yang pertama kali beliau lakukan adalah memerangi orang yang ingkar terhadap zakat. 16 Fossei kita “Zakat dan Masyarakat Indonesia”, artikel diakses pada 13 Februari 2008 dari http:Www.mail-archive.comfosseiyahoogroups.commsg01325.html-16k-Tembolok. “Beliau berpendapat, kalau suatu kaum sudah berani melalaikan kewajiban membayar zakat yang merupakan salah satu fundamen Islam, mereka akan berani melalaikan kewajiban lainnya. Marcel A. Boisard mengungkapkan bahwa, zakat merupakan penegasan kembali kenyataan bahwa semua harta benda yang dimiliki manusia hanya memiliki hak guna saja, karena itu zakat tak lebih dari mengembalikan sebagian harta itu kepada pemiliknya yang asli Allah, demi menghindarkan diri dari penderitaan yang akan ditimbulkan kelak di akhirat. 17 Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 Hijrah, sementara shadaqoh fitrah pada tahun ke-2 Hijrah. Akan tetapi ahli hadits memandang zakat telah diwajibkan sebelum tahun ke-9 Hijrah ketikan Maulana Abdul Hasan berkata zakat diwajibkan setelah hijrah dan dalam kurun waktu lima tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan khusus atau ketentuan hukum. Peraturan mengenai pengeluaran zakat di atas muncul pada tahun ke-9 Hijrah ketika dasar Islam telah kokoh, wilayah Negara berekspansi dengan cepat dan orang berbondong-bondong masuk Islam. Peraturan yang disusun meliputi system pengumpulan zakat, barang-barang yang dikenai zakat, batas-batas zakat dan tingkat presentase zakat untuk barang yang berbeda-beda. 18 17 HM. Rasidi, Humanisme Dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1980, cet I h. 65. 18 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta : Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2007, h. 233. Sama halnya dengan shalat, zakat penyebutannya dalam banyak ayat al-Quran selalu dirangkaikan dengan shalat, pada dasarnya dan dalam kenyataannya juga merupakan ibadah yang disyariatkan Allah kepada para nabirasul Nya yang lain jauh sebelum nabi Muhammad saw dengan kalimat lain, sama dengan rukun-rukun Islam yang lain khususnya shalat, zakat telah memiliki lika-liku sejarah yang sangat panjang. Memang tidaklah mudah untuk menelusuri sejarah panjang pensyariatan zakat ini, tetapi yang sudah pasti, sejumlah ayat al-Quran dengan jelas mengisyaratkan kepada kita bahwa kewajiban zakat juga telah disyariatkan kepada nabi-nabirasul-rasul Allah terdahulu sebelum nabi Muhammad saw. Ayat-ayat al- Quran di bawah ini secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, mengisyaratkan sejarah panjang pensyariatan zakat. ☺ ☺ ⌧ ةﺮﻘ ا : Artinya: “Dan ingatlah, ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil yaitu : “jangalah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin; serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia orang lain. Tegakkanlah shalat, dan tunaikanlah zakat. Kemudian, kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil saja daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”. al-Baqarah : 2 83. ⌧ ﺔ ﻮ ا : Artinya: “Hai orang-orang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang- orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani, itu benar-benar memakan harta orang lain dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, serta tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat azab yang pedih dari Allah”. at-Taubah : 9 34. 19 Pelaksanaan zakat didasarkan pada firman Allah swt yang terdapat dalam QS At-Taubah ayat 60 yang menjelaskan pentingnya zakat untuk diambil, maka pelaksanaannya bukanlah sekedar amal karitatif kedermawanan, tetapi merupakan kewajiban yang bersifat otoritatif ijbari, zakat tidaklah seperti shalat, puasa dan 19 Muhammad Amin Suma, 5 Pilar Islam Membentuk Pribadi Tangguh, Jakarta : Kholam Publishing 2007, cet ke 1, hal 106-107. ibadah haji yang pelaksanaannya diserahkan kepada individu masing-masing, tapi juga disertai keterlibatan aktif para petugas yang amanah, jujur, terbuka dan professional yang disebut amil. Asas pelaksanaan zakat tidak mengabaikan sifat dan kedudukan zakat itu sendiri sebagai ibadah madha yang harus dilaksanakan atas dasar keikhlasan dan ketakwaan seseorang terhadap Allah swt. Seruan untuk berzakat sebetulnya sudah ada jauh sebelum Nabi Muhammad saw, dengan diturunkannya ayat yang secara eksplisit dan jelas mengisyaratkan kepastian adanya syariat zakat tertuang dalam firman Allah swt. ☺ ⌧ ⌧ ةﺮﻘ ا : Artinya: “Dan tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah kamu bersama orang-orang yang rukuk”. al-Baqarah : 2 43. Namun banyak terjadi pengingkaran pensyariatan zakat terhadap umat-umat sebelum Nabi Muhammad hingga pada zaman Nabi Muhammad dan sesudahnya. Kemudian mendorong khalifah Abu Bakar pengganti Nabi Muhammad mengambil keputusan untuk memerangi para pembangkang zakat. Kebijakan Nabi Muhammad dan khalifah Abu Bakar tentang pengelolaan dana zakat kemudian dikembangkan oleh para khalifah yang menggantikannya yakni Umar Bin Khatab, Ustman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Bahkan di zaman Umar Bin Khatab dan khususnya Ustman, administrasi pengelolaan zakat mencapai puncak kemajuan dan kejayaan seiring dengan kemajuan tata administrasi Islam diberbagai bidang. 20 Di zaman pemerintahan Khulafaur Rasyidin yaitu dimasa Abu Bakar memegang laju pemerintahan Negara Islam, beliau bertindak tegas terhadap golongan orang-orang yang enggan membayar zakat. Beliau telah memerintahkan bala tentaranya untuk memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat diseluruh semenanjung tanah arab dan merampas harta benda mereka. Langkah Abu Bakar telah berjaya menarik lebih orang yang berkemampuan untuk membayar zakat yang merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Seterusnya langkah tersebut membawa kejayaan untuk mengukuhkan kedudukan ekonomi orang-orang Islam diman sumber zakat adalah salah satu faktor yang penting di dalam fungsinya untuk membangun masyarakat Islam. Berbagai hadis shahih dari Rasulullah saw menunjukkan bahwa zakat diambil dari orang-orang kaya di suatu negeri dan diberikan kepada orang-orang fakir dari penduduk negeri itu. Jika tidak ditemukan orang yang berhak mendapatkan zakat di tempat itu, maka melihat kepada negeri yang lebih dekat. Abu Ubaid berkata bahwa dalam masalah itu adalah hadis Rasulullah saw dalam wasiatnya kepada Muadz ketika beliau mengutusnya ke Yaman untuk mengajak mereka masuk ke dalam Islam dan mengerjakan shalat. Rasul berkata, “jika mereka mengingkarkan keIslamannya, maka katakan kepada mereka bahwa Allah 20 Hafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta : Gema Insani Press, 2002, h. 69. mewajibkan kepada kalian untuk menzakatkan harta-harta kalian yang diambil dari orang-orang kaya diantara kalian dan dibagikan kepada orang-orang fakir”. Ini tidaklah bertentangan, para petugas pengumpul zakat membawa kepada Rasulullah saw sebagian zakat yang mereka ambil karena bagian penerima zakat adalah delapan kelompok. Pengembalian zakat kepada orang-orang fakir hanya merupakan bagian zakat mereka saja bukan selainnya, karena terkadang penduduk suatu negeri adalah orang-orang kaya, yang tidak ditemukan di dalamnya orang-orang fakir yang berhak mendapatkan zakat. 21

C. Beberapa Ketentuan Umum Tentang Zakat Dalam Hukum Islam 1. Syarat Wajib Zakat