mengacu pada pergerakan yang statis pada dukungan terhadap anggota tubuh semakin meluas dan distribusi berat yang tidak normal, 3 Menggosok bagian
yang nyeri, mengacu pada menyentuh atau memegang bagian tubuh yang terpengaruh nyeri, 4 Meringis, mengacu pada ekspresi wajah yang dapat
dilihat yang meliputi mengerutkan kening, mata menyempit, merapatkan bibir, sudut mulut tertarik ke belakang, dan 5 Mendesah, mengacu pada ekhalasi
yang berlebihan Keefe Block, 2002 dalam Harahap, 2007.
3. Self Efficacy
3.1 Pengertian Self efficacy Menurut Bandura 1994, self efficacy adalah rasa kepercayaan seseorang
bahwa ia dapat menunjukkan perilaku yang dituntut dalam suatu situasi yang spesifik. Self efficacy merupakan suatu bentuk kepercayaan yang dimiliki
seseorang terhadap kapabilitas masing-masing untuk meningkatkan prestasi kehidupannya. Self efficacy dapat berupa bagaimana perasaan seseorang, cara
berfikir, motivasi diri, dan keinginan memiliki sesuatu. Individu dengan self efficacy tinggi akan berusaha lebih keras dan
mempunyai daya yang kuat dalam mengerjakan sesuatu dibandingkan dengan individu yang memiliki self efficacy yang rendah. Self efficacy lebih
mengarahkan pada penilaian individu akan kemampuannya. Pentingnya self efficacy akan berpengaruh pada usaha yang diperlukan dan akhirnya terlihat
dari outcome kerja. Individu dengan self efficacy yang tinggi akan lebih ulet dan tahan menghadapi situasi sekitarnya Brannon Jeist, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bandura, individu dengan self efficacy yang tinggi cenderung tidak memiliki rasa cemas dalam mengerjakan tugas. Hal ini disebabkan karena
mereka mempunyai kontrol yang baik terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya. Adanya kontrol yang baik dalam diri mereka menyebabkan
mereka jarang membuat kesalahan dalam mengerjakan sesuatu Brannon Jeist, 2007.
Menurut Bandura 1994, keberadaan self efficacy pada diri seseorang akan berdampak pada empat proses, yaitu:
3.1.1 Proses Kognitif Pengaruh self efficacy pada proses kognitif dapat timbul dalam
berbagai format. Banyak perilaku manusia yang diatur dalam pemikiran sebelumnya dalam mewujudkan tujuan. Pengaturan tujuan individu
dipengaruhi oleh penaksiran individu terhadap kapabilitas yang dimilikinya.
3.1.2 Proses Motivasi Kepercayaan diri terhadap self efficacy memainkan peranan dalam
pengaturan diri terhadap motivasi. Seseorang memotivasi dirinya sendiri dan mengarahkan tindakannya melalui berbagai latihan. Mereka percaya
terhadap apa yang mereka lakukan dan selalu mengantisipasi adanya hasil tindakan prospektif.
3.1.3 Proses Afektif Seseorang percaya terhadap pengaruh kapabilitasnya dalam
mengatasi stress dan depresi dalam menghadapi ancaman atau situasi yang
Universitas Sumatera Utara
sulit. Dengan adanya self efficacy, seseorang akan lebih mampu mengatasi segala persoalan yang mengancam keberadaannya.
3.1.4 Proses Selektif Melalui kepercayaan diri terhadap kapabilitas yang dimilikinya,
maka seseorang cenderung bertindak selektif atau melakukan pemilihan terhadap pancapaian tujuan hidupnya. Manusia akan memilih pemecahan
masalah dan pencapaian tujuan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
3.2 Indikator self efficacy Indikator self efficacy menurut Bandura 1994, adalah:
3.2.1 Orientasi pada tujuan Perilaku seseorang dengan self efficacy tinggi adalah positif,
mengarahkan pada keberhasilan dan berorientasi pada tujuan. Penetapan tujuan pribadi dipengaruhi oleh penilaian diri seseorang pada
kemampuannya. Semakin kuat self efficacy yang dirasakan, semakin tinggi tujuan yang ingin dicapai dan semakin mantap komitmen pada tujuan.
3.2.2 Orientasi Kendali Kontrol
Letak kendali individu mencerminkan tingkat dimana mereka percaya bahwa perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi pada
mereka. Beberapa orang percaya bahwa mereka menguasai takdir mereka sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi atas apa yang terjadi pada
mereka. Mereka membangun rasa keyakinan bahwa dirinya bisa berprestasi dalam suatu situasi.
Universitas Sumatera Utara
3.2.3 Banyaknya Usaha yang Dikembangkan dalam Situasi
Keyakinan seseorang terhadap kemampuannya menentukan tingkat motivasi sesorang dengan keyakinan yang kuat terhadap kemampuannya,
menunjukkan usaha yang lebih besar untuk menhadapi tantangan. Keberhasilan biasanya memerlukan usaha yang terus menerus.
3.2.4 Lama Seseorang akan Bertahan dalam Menghadapi Hambatan Semakin kuat keyakinan seseorang terhadap kemampuannya,
semakin besar dan tekun usaha mereka. Ketekunan yang kuat biasanya menghasilkan outcome yang diharapkan.
3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy
Menurut Steers dan Porter 1992, keyakinan sesorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
3.3.1 Mastery Experience Pengalaman Keberhasilan
Keberhasilan seseorang menguatkan keyakinan akan kemampuannya. Sedangkan kegagalan menyebabkan seseorang cenderung
untuk lebih berhati-hati. Bagaimanapun jika pengalaman seseorang merupakan keberhasilan yang dicapai dengan mudah, maka mereka
cenderung mengharapkan hasil dengan cepat dan lebih mudah putus asa bila menemui kegagalan. Untuk mendapatkan self efficacy, seseorang
harus mempunyai pengalaman mengatasi hambatan dengan usaha yang tekun. Beberapa pengalaman dan hambatan yang dialami seseorang
bermanfaat mengajarkan bahwa kadang kesuksesan itu diikuti dengan adanya keinginan untuk berusaha. Setelah seseorang memiliki keyakinan
Universitas Sumatera Utara
akan kemampuannya yang diikuti dengan pengulangan kesuksesannya, maka ia dapat mengatur kembali strategi dan kegagalan masa lalu
sehingga tidak mengalami kegagalan lagi. 3.3.2
Modeling meniru Sosok model yang ideal dapat membangun keyakinan diri akan
kemampuan dengan meyakini pengamatan strategi yang efektif untuk mengatur situasi yang berbeda. Modeling juga menyebabkan kepercayaan
akan self efficacy yang diikuti dengan proses pembandingan sosial. Sebagian orang menilai kemampuan mereka dengan cara membandingkan
dengan orang lain. 3.3.3
Social Persuasions Social Persuasions berhubungan dengan dorongan. Informasi tentang
kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa ia
cukup mampu melakukan suatu tugas. 3.4
Sumber Self efficacy Bandura 1994 menyebutkan tiga sumber dari self efficacy, yaitu:
3.4.1 Pencapaian Prestasi Menurut Bandura 1994, sumber yang paling penting dan efektif
dari self efficacy adalah perjalanan keberhasilan dan kegagalan di masa lalu dalam mencapai hasil yang diinginkan. Bila seseorang dapat
menguasai pengalaman-pengalaman pribadinya maka ia cenderung menciptakan penghargaan yang tinggi. Sebaliknya kegagalan dalam
Universitas Sumatera Utara
menguasai pengalaman-pengalaman sebelumnya cenderung menghasilkan harapan-harapan yang rendah.
3.4.2 Pengalaman yang Dialami Orang Lain
Pengalaman yamg dialami orang lain dapat menjadi sumber harapan self efficacy yaitu dengan melihat orang lain sukses mencapai
suatu prestasi dapat membangkitkan persepsi yang kuat akan self efficacy dalam diri orang tersebut.
3.4.3 Kebangkitan Emosi
Metode yang mengurangi timbulnya emosi akan meningkatkan harapan-harapan self efficacy. Seseorang yang merasakan adanya emosi
yang timbul dalam menghadapi situasi-situasi yang penuh dengan stress dan ancaman, akan jauh lebih memiliki harapan bila mereka tidak tegang
dan tidak timbul emosi. 3.5
Dimensi dan Aspek dari Self efficacy Dimensi self efficacy menurut Bandura 1994, yaitu:
3.5.1 Magnitude menunjuk pada tingkat kesulitan tugas yang diyakini oleh individu dapat diselesaikan.
3.5.2 Strengh menunjuk pada kuat atau lemahnya keyakinan individu
terhadap tingkat kesulitan tugas yang bisa dikerjakan. Self efficacy yang rendah mudah ditiadakan oleh pengalaman yang sulit,
sedangkan orang yang mempunyai keyakinan yang kuat akn mempertahankan usahanya walaupun mengalami kesulitan.
Universitas Sumatera Utara
3.5.3 Generality menunjuk apakah keyakinan self efficacy hanya
berlangsung dalam domain tertentu atau berlaku dalam berbagai macam aktivitas dan perilaku.
3.5.4 Outcome expectacy adalah harapan terhadap kemungkinan hasil dari
perilaku dimana jika individu menunjukkan perilaku tersebut, maka mengandung harapan akan memperoleh hasil dari perilakunya.
3.5.5 Expectation efficacy adalah keyakinan seseorang bahwa dirinya
dapat menghasilkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai hasil. Hal ini berarti bahwa seseorang dapat saja percaya bahwa suatu
tindakan dapat menghasilkan kinerja namun merasa dirinya mampu melakukan tindakan tersebut. Seseorang yang percaya bahwa
dirinya mampu melakukan tindakan mencapai prestasi tersebut akan lebih bekerja keras dan tekun dalam melaksanakan tugasnya.
3.6 Pengukuran Self efficacy Self efficacy dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Pain Self
Efficacy Questionnaire PSEQ. Kuesioner ini menggunakan skala differensial semantik dengan skor antara 0 sampai dengan 6. Pasien diminta untuk
menunjukkan pada skala seberapa yakin pasien mampu melakukan hal yang disebutkan dalam setiap pernyataan pada kuesioner. Kuesioner ini tidak melihat
apakah pasien dapat melakukan hal-hal tersebut tetapi melihat seberapa yakin mereka dapat melakukannya walaupun ia mengalami nyeri.
Universitas Sumatera Utara
4. Hubungan Self efficacy dengan Nyeri dan Perilaku Nyeri Nyeri kronis merupakan nyeri yang menetap, sehingga sangat mempengaruhi
emosional klien dan cara berfikir klien. Seringkali klien memikirkan nyeri yang dialami secara berlebihan, sehingga dapat memperburuk perasaan subjektif
terhadap nyeri Brannon Feist, 1992. Self efficacy merupakan salah satu kemampuan kognitif. Menurut Bandura
1994, self efficacy adalah rasa kepercayaan seseorang bahwa ia dapat menunjukkan perilaku yang dituntut dalam suatu situasi yang spesifik.
Penelitian tentang nyeri kronik self efficacy mengindikasikan hubungan yang berbanding terbalik antara peningkatan self efficacy dengan nyeri pada berbagai
jenis kelompok klinis Turk, Meichenbaum Genest, 1983; Lawson Reesor, Keefe, Turner, 1990 dalam Chong, 1999. Brown dan Nicassio 1987, dalam
Chong, 1999 mengatakan bahwa pasien yang menggunakan koping perilaku yang aktif misalnya, melakukan aktivitas yang menyenangkan akan meningkatkan
self efficacy dan menurunkan tingkat nyeri, depresi, dan kerusakan fungsi tubuh dibandingkan dengan koping yang pasif atau negatif.
Self efficacy yang tinggi biasanya ditandai oleh rendahnya tingkat stress dan kecemasan terhadap nyeri yang dialami yang dapat menurunkan perilaku nyeri.
Sebaliknya self efficacy yang rendah ditandai oleh tingkat stress dan kecemasan yang tinggi pula sehingga perilaku nyerinya meningkat Brannon Feist, 1992.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual