BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional Indonesia adalah paradigma pembangunan yang terbangun atas pengalaman pancasila yaitu pembangunan manusia indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya. Untuk membangun sebuah bangsa
diperlukan dana untuk pendukungnya karena dalam menjalankan pembangunan diperlukan banyak biaya. Untuk memenuhi biaya pembangunan salah satu
sumbernya adalah dari pajak. Kewenangan pengelolaan pajak dilimpahkan secara dekonsentralisasi ke
direktorat jenderal pajak dan selanjutnya kantor pelayanan pajak pratama di seluruh Indonesia. Setiap kantor pelayanan pajak menjalankan tugas administrasi
yang berkaitan dengan perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Masing-masing kantor pajak di Indonesia telah diberikan target
penerimaan pajak di wilayahnya masing-masing. Dalam pemenuhan target tersebut maka diperlukan fungsi kepemimpinan yang baik agar tercapai tujuan
organisasi tersebut sesuai dengan yang telah ditetapkan. Menurut Miftah Thoha 2010:9 kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain,
atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan,
kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Kemampuan dan keterampilan dalam pengarahan adalah faktor penting efektivitas
suatu organisasi bila organisasi dapat mengindentifikasikan kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi pemimpin
yang efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dapat mengindintifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif organisasi, berbagai prilaku dan
teknik tersebut dapat dipelajari. Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan tugas
dan penyelengaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh kepemimpinan melalui kepemimpinan yang didukung oleh kapasitas organisasi yang memadai, maka
penyelengaraan tata pemerintahan yang baik maka akan terwujud sebaliknya kelemahan kepemimpinan merupakan salah satu sebab keruntuhan kinerja
biarokrasi di Indonesia. Kepemimpinan leadership dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh
unsur didalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal.dengan
meningkatnya kinerja pegawai berarti tercapainya hasil kerja seseorang dalam mewujudkan tujuan organisasi.
Proses mempengaruhi dari seorang pemimpin memiliki andil yang besar dalam memotivasi kinerja pegawai. Untuk itu mendapatkan kepemimpinan yang
baik maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kompeten dan berintegritas tinggi. Sumber daya manusia, memegang peranan yang tidak bisa
dianggap remeh, karena disinilah gerak roda perusahaan dimulai, terutama untuk menempatkan seorang pemimpin, karena seorang pemimpin yang akan
menentukan sebuah arah kebijakan suatu perusahaan. Pemimpin juga harus mampu mengendalikan dan mengkoordinasikan sumber daya manusia yang
dipimpinnya, karena sumber daya manusia adalah aset perusahaan yang tidak bisa dipandang remeh. Seorang pemimpin baru dapat dikatakan seorang pemimpin
yang efektif, apabila pemimpin tersebut sudah dapat menerapkan sistem kepemimpinan secara tepat. Kepemimpinan tersebut sangat diperlukan dalam
rangka mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sesuai dengan keinginan pemimpin tanpa merasa terpaksa. Penerapan kepemimpinan yang tepat
akan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Suatu organisasi pada dasarnya adalah suatu bentuk kerja sama antar dua
orang atau lebih. Baik yang disebut organisasi maupun kelompok, tujuannya adalah untuk mencapai sesuatu yang diinginkan . Jika sesuatu yang ingin dicapai
itu bener dapat diraih, maka tujuannya efektif. Efektivitas adalah suatu kontinum yang merentang dari efektif, kurang efektif, sedang-sedang, sangat kurang, sampai
tidak efektif Sigit, 2003:2. Terintergrasinya kebijakan pimpinan dan pekerjaan teknis operasional para
karyawan sangat menentukan bagi pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan sehingga tujuan memaksimalkan keuntungan dan efektivitas kerja dapat tercapai.
Efektivitas kerja dapat juga ditujukan oleh suatu keadaan dari para karyawan yaitu adanya kepuasan dari para karyawan sehingga pengukuran efektivitas kerja
karyawan dapat diukur dari kepuasan karyawan dalam bekerja. Kepuasan karyawan dapat diketahui dari harapan ekspektasi dan keadaan yang diterima
oleh karyawan perceived performance antara harapan dan keadaannya adalah sama, sedangkan apabila tidak puas berarti tidak samanya harapan dan keadaan
yang diterima.
Kantor pelayanan pajak pratama Medan kota adalah suatu instansi pemerintah. Oleh karna itu, pentingnya tugas, fungsi dan wewenang kantor
pelayanan pajak pratama untuk pembangunan negara maupun daerah dalam hal memperoleh pendapatan negara melalui pajak. Kantor pelayanan pajak pratama
Medan kota, yang berkerja untuk pendapatan negara sudah seharusnya memberi pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Untuk mendapatkan pelayanan yang
demikian, pegawai kantor pelayanan pajak pratama Medan kota harus efektif mungkin dalam menjalankan pekerjaannya. Namun sayang pada prakteknya,
sering kali ditemukan pegawai yang tidak berkerja efektif sebagaimana mestinya. Misalnya saja para pegawai sering kali datang terlambat masuk kerja dari jam
kerja yang telah ditentukan, bahkan meninggalkan kantor sebelum jam kerja berakhir. Selain itu fasilitas-fasilitas pendukung bagi para pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan masih minim, sehingga terkadang mereka memberikan pelayanan yang kurang memuaskan terhadap masyarakat. Disinilah dituntut
kepemimpinan seorang kepala kantor pelayanan pajak dalam mengelola para bawahannya agar lebih efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
demi menciptakan aparatur pemerintahan yang baik dan sehat. Untuk mencapai efektivitas kerja yang diinginkan kepala kantor pelayanan
pajak patama Medan kota harus menjalankan fungsi dan tugas dengan cara memotivasi para pegawainya dan juga selalu berkomunikasi, agar para
pegawainya menyadari bahwa mereka memang dibutuhkan dan tidak dibeda- bedakan, sehingga mereka mengerjakan pekerjaan mereka dengan sebaik-baiknya,
demi kemajuan bersama. Kepala kantor pelayanan pajak juga dibutuhkan untuk mengontrol kegiatan para pegawai apakah berjalan dengan tujuan yang ingin di
capai atau tidak. Kepala kantor pelayanan pajak dan pegawai haruslah saling bekerja sama dalam usaha pencapaian tersebut. Masing-masing dari mereka
haruslah menyadari tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini yang mendorong penulis untuk mengkaji dan meneliti masalah
fungsi kepemimpinan kantor pelayanan pajak yang dikaitkan dengan efektivitas kerja pegawai. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengupayakan suatu
kajian ilmiah dalam judul penelitian sebagai berikut “Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota”.
1.2. Perumusan Masalah