menilai suatu kinerja bank terutama dari seluruh jumlah kredit yang
diberikan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank.
Menurut Simorangkir 2004:147, Loan to Deposit Ratio LDR adalah perbandingan antara kredit yang diberikan dan dana pihak ketiga, termasuk
pinjaman yang diterima, tidak termasuk pinjaman subordinasi. Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang
dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Batas aman LDR suatu bank secara umum
sekitar 90 - 100, sedangkan menurut ketentuan bank sentral batas aman LDR suatu bank 110. Alasan memilih variabel ini adalah dengan
pertimbangan bahwa semakin besar jumlah kredit yang diberikan oleh bank
maka akan semakin rendah tingkat likuiditas bank yang bersangkutan, namun dilain pihak semakin besar jumlah kredit yang diberikan diharapkan
bank akan mendapatkan return yang tinggi pula. Hal tersebut akan
mempengaruhi penilaian investor dalam mengambil keputusan investasinya.
3. Non Performing Loan NPL
Berbicara mengenai kredit bermasalah problem loan, banyak yang menyamakannnya dengan kredit macet Non Performing Loan. Hal tersebut
memang ada benarnya karena kredit macet adalah bagian dari kredit bermasalah, namun tidak boleh menyatakan bahwa semua kredit bermasalah
adalah kredit macet. Jelasnya, kredit bermasalah dapat diartikan sebagai kredit yang pembayaran kembali utang pokok dan kewajiban bunganya tidak
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan persyaratan atau ketentuan yang ditetapkan oleh bank, serta mempunyai resiko penerimaan pendapatan dan bahkan punya potensi untuk
rugi. Non Performing Loan merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas
aset bank. Rasio non – performing loan menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh
bank, sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin
besar; maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar dan memungkinkan pencapaian laba semakin rendah Nasser,2003.
Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain.
Meningkatnya jumlah penyaluran kredit akan menyebabkan meningkatnya NPL yang juga disertai meningkatnya beban, hal ini tentu
saja akan mempengaruhi pertumbuhan modal. Selain besarnya beban operasional dan meningkatnya NPL yang mempengaruhi perkembangan
modal. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 610PBI2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
semakin tinggi nilai NPL diatas 5 maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank.
Universitas Sumatera Utara
4. Return On Asset ROA
ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur
seberapa besar laba besih yang dapat diperoleh dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Dendawijaya 2000:120 menjelaskan bahwa, “rasio
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan, semakin besar ROA
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aktiva”. Dalam
Arsitektur Perbankan Indonesia 2004, kriteria yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk sebuah bank bisa menjadi bank jangkar anchor bank
memiliki rasio Return On Asset ROA minimal 1,5. ROA dipengaruhi oleh profit margin dan perputaran total aktiva. Untuk
menaikkan ROA, suatu perusahaan bisa memilih dengan menaikkan profit margin dan mempertahankan perputaran total aktiva. Profit margin yang
tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO