c. koefisien NPL sebesar 0,021 menunjukan bahwa setiap kenaikan NPL 1
satuan, maka kecukupan modal akan meningkat sebesar 0,021 satuan atau 2,1 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap,
d. koefisien ROA sebesar 0,178 menunjukan bahwa setiap kenaikan ROA 1
satuan, maka kecukupan modal akan meningkat sebesar 0,178 satuan atau 17,8 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap,
e. koefisien BOPO sebesar 0,036 menunjukan bahwa setiap kenaikan BOPO
1 satuan, maka kecukupan modal akan meningkat sebesar 0,036 satuan atau 3,6 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
B. ANALISIS HASIL PENELITIAN
1. Loan to Deposit Ratio LDR Hasil regresi secara parsial menjelaskan bahwa variabel LDR yang
menggambarkan penyaluran kredit ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CAR yang menggambarkan kecukupan modal bank.
Bagi bank yang mampu menyalurkan kredit dengan baik dan sehat, tingkat likuiditas yang dimaksud tidak akan mempengaruhi CAR-nya. Hal ini dapat
dilihat dari nilai mean LDR seluruh sampel yang digunakan pada penelitian
ini, dimana nilai mean LDR sebesar 68. Nilai tersebut belum melebihi
batas aman jika dibandingkan dengan ketentuan batas aman LDR suatu bank secara umum, yakni 90-100. Namun, apabila perbankan dengan longgar
menyalurkan kreditnya secara tidak hati-hati dapat menyebabkan resiko pada CAR bank tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menjelaskan bahwa LDR memiliki hubungan yang positif dengan CAR, berbeda dengan Sinaga 2008, Ayu 2003. Hubungan yang
positif ini sesuai dengan pendapat Dendawijaya 2005:116, ”semakin tinggi rasio LDR memberi indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank
yang bersangkutan” dan pendapat Muljono 2002:249, ”tingkat likuiditas yang rendah akan mengancam kredibilitas bank yang bersangkutan dan
sebaliknya tingkat likuiditas yang tinggi justru akan mengancam profitabilitasnya”. Kemampuan likuiditas yang rendah akan meningkatkan
profitabilitas yang berarti akan menambah modalnya dan modal yang ada sebelumnya tidak berkurang untuk menyediakan alat likuid. Apabila
dihubungkan dengan CAR, maka LDR searah dengan CAR, dan hasil penelitian yang didapat sejalan dengan pendapat tersebut. Rasio LDR
menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Akibatnya, hal ini dapat meningkatkan pendapatan dan menambah modal.
2. Non Performing Loan NPL Variabel NPL tidak diteliti dalam penelitian terdahulu. Peneliti sengaja
menambahkannya untuk membedakan dengan penelitian sebelumnya. Peneliti terdahulu, Sukamto2009 menyatakan “resiko yang terdapat pada
CAR tidak begitu terpengaruh secara signifikan sebab tidak semua kredit memiliki resiko kredit yang besar, dimana kita perlu melihat NPL.” Ternyata
Universitas Sumatera Utara
hasil yang didapat adalah hasil regresi secara parsial menjelaskan bahwa variabel NPL yang menggambarkan kredit macet tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap CAR yang menggambarkan kecukupan modal bank. Hal ini dapat dilihat dari nilai
mean NPL seluruh sampel yang digunakan pada penelitian ini, dimana nilai
mean NPL sebesar 3,5. Nilai tersebut masih dibawah 5 yang jika dibandingkan dengan ketentuan batas
aman rasio NPL suatu bank secara umum, yakni dibawah 5. Penelitian ini menjelaskan bahwa NPL memiliki hubungan yang positif
dengan CAR. NPL tinggi akan menyebabkan kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. NPL sebagai kredit macet dapat
mengganggu likuiditas suatu bank, yang akibatnya dapat menurunkan likuiditas. Hal ini berhubungan dengan LDR, yang pada akhirnya
menyebabkan rendahnya likuiditas bank dan dapat mengancam kredibilitasnya. Bagi bank yang mampu menyalurkan kreditnya dengan baik
dan sehat dapat memperkecil kemungkinan timbulnya kredit macet, sehingga dapat mengurangi resiko yang akan turut mempengaruhi modal
perbankan. Semakin rendah rasio ini maka akan semakin semakin baik kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin
kecil, maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan memungkinkan pencapaian laba semakin tinggi.
Universitas Sumatera Utara
3. Return On Asset ROA Hasil regresi secara parsial menjelaskan bahwa variabel ROA memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap CAR. ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menunjukkan keseluruhan dari aktiva yang ada dan yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sukamto 2009. CAR perbankan berhubungan
dengan modal perbankan. Laba yang dihasilkan dalam operasional bank dapat menambah permodalan dari bank tersebut. Apabila bank merugi dalam
operasionalnya, permodalan bank tersebut dapat terkikis. Salah satu penghasilan terbesar sektor perbankan adalah pendapatan bunga.
Pemamfaatan aktiva secara produktif khususnya dalam penyaluran dana pihak ketiga dalam bentuk kredit secara benar akan memperoleh hasil
berupa pendapatan bunga juga. Penelitian ini menjelaskan bahwa ROA memiliki hubungan yang positif
dengan CAR. Menurut Ali 2004:66, ”profitabilitas merupakan indikator dari kemampuan bank untuk mempertahankan kecukupan modalnya. Jika
profitabilitas rendah maka bank tidak akan mampu menambah permodalannya”. Hal ini berarti ROA sejalan dengan CAR, dimana laba
yang diperoleh bank akan meningkatkan modalnya, dan meningkatkan CAR. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sukamto 2009,
Sinaga 2008.
Universitas Sumatera Utara
4. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO Variabel BOPO tidak diteliti dalam penelitian terdahulu. Peneliti sengaja
menambahkannya untuk membedakan dengan penelitian sebelumnya. Ternyata hasil yang didapat adalah hasil regresi secara parsial menjelaskan
bahwa variabel BOPO yang menggambarkan efisiensi biaya dan pendapatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CAR yang
menggambarkan kecukupan modal bank. Hal ini dapat dilihat dari nilai mean BOPO seluruh sampel yang digunakan pada penelitian ini, dimana
nilai mean BOPO sebesar 89,7. Nilai tersebut belum melebihi batas aman
jika dibandingkan dengan ketentuan batas aman BOPO suatu bank secara umum, yakni 93,52. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin
kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil. Penelitian ini menjelaskan bahwa BOPO memiliki hubungan yang
positif dengan CAR. Makin tinggi rasio BOPO, mengindikasikan perbankan belum efisien. Sebaliknya, rasio BOPO yang rendah mengindikasikan
tingkat efisiensi yang tinggi. Efisiensi BOPO erat kaitannya dengan besarnya laba yang diperoleh oleh suatu bank. Besarnya biaya operasional
yang harus ditanggung oleh bank, dapat mengurangi laba dan kemudian
Universitas Sumatera Utara
mengurangi modalnya, sehingga perlu adanya manajemen efisiensi biaya agar dapat meminimalkan biaya yang harus dikeluarkan bank.
Secara simultan, LDR, NPL, ROA dan BOPO sebagai variabel independen berpengaruh terhadap CAR. LDR yang merupakan bagian dari
rasio likuiditas menjadi faktor yang turut mempengaruhi besarnya kecukupan modal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Abdullah 2005:67
bahwa ”besar kecilnya kecukupan modal suatu bank, salah satunya dipengaruhi oleh tingkat likuiditas yang dimilikinya”. Semakin tinggi kredit
yang disalurkan oleh suatu bank, ada kemungkinan timbulnya kredit macet, dan apabila tidak segera ditangani pada akhirnya menyebabkan kredit
bermasalah. Hal ini menyebabkan pihak bank perlu meningkatkan kecukupan modalnya jika tidak ingin bangkrut. Modal bukan saja sebagai
salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen
dalam pencapaian laba dan kemungkinan timbulnya risiko. Modal yang terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi jumlah perolehan laba
bank, sedangkan modal yang terlalu kecil disamping akan membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khusus para
deposan, debitur, dan para pemegang saham bank. Begitu juga dengan ROA dan BOPO yang berpengaruh terhadap CAR.
Jika pendapatan yang diperoleh bank tinggi, akan berpengaruh pada laba- nya. Tingkat efisiensi yang rendah dapat mempengaruhi turunnya laba,
sehingga perlu adanya kebijakan perusahaan dan manajemen untuk dapat
Universitas Sumatera Utara
mengurangi beban operasional. Dengan sendirinya, tingkat efisiensi dapat ditingkatkan sehingga diperoleh rasio BOPO yang semakin rendah dan dapat
meningkatkan laba. Semakin besar porsi laba yang diperoleh, akan turut mempengaruhi besarnya modal yang dimiliki bank. Modal yang besar dapat
digunakan untuk menyanggah resiko – resiko usaha serta meningkatkan kepercayaan nasabah karena modal akan mampu menutupi kerugian yang
mungkin terjadi. Semakin banyak nasabah yang menempatkan dananya di bank maka semakin banyak dana yang dapat disalurkan sebagai kredit,
sekaligus menambah modal bank itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara parsial, hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel ROA dengan variabel CAR. Namun variabel LDR,
NPL, BOPO tidak berpengaruh terhadap CAR. Secara parsial, LDR tidak berpengaruh dan memiliki hubungan yang positif terhadap CAR. Hasil
penelitian ini bertolak belakang dengan teori bahwa tingkat likuiditas berpengaruh terhadap CAR, dimana pengukuran likuiditas yang paling sering
digunakan pihak perbankan adalah LDR. Penyimpangan ini mungkin diakibatkan karena perbankan di Indonesia masih terlalu berhati-hati dalam
penyaluran kredit. Artinya, perbankan yang salah satu aktivitas bisnisnya sebagai lembaga intermediasi belum melaksanakan penyaluran kredit seperti
yang diinginkan BI. Perekonomian ekonomi yang tidak menentu juga dapat menjadi salah satu faktor yang berpengaruh bagi pihak perbankan dalam
menyalurkan kredit. Secara parsial, NPL tidak berpengaruh dan memiliki hubungan yang positif terhadap CAR. Non Performing Loan merupakan salah
satu indikator kesehatan kualitas aset bank. Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit.
Hasil penelitian NPL yang tidak berpengaruh terhadap CAR ini mungkin dapat disebabkan akibat kondisi yang memang terjadi di perbankan sendiri.
Universitas Sumatera Utara