BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Cacat dan Tuna Grahita
Cacat adalah suatu keadaan tidak lengkap, tidak normal. Tidak semua anak dapat menatap masa depan yang cerah. Ada beberapa anak yang kurang beruntung, dimana
pertumbuhan dan perkembangannya terhalang oleh karena cacat yang dimilikinya. Namun demikian tidak berarti bahwa kecacatan merupakan penghalang untuk
melaksanakan fungsi sosialnya di tengah-tengah masyarakat Ridwan, 1988 : 105. Banyak istilah anak cacat yang disebutkan dengan istilah-istilah lain seperti :
1. Anak luar biasa 2. Anak tuna
3. Anak berkekurangan 4. Anak khusus
5. Anak berkelainan Sapariadi, 1982 : 12. Dalam Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial yang dimaksud dengan tuna grahita
adalah keadaan perkembangan mental yang tidak sempurna yang menunjukkan kelainan- kelainan dalam kemampuan berfikir, daya cipta dan gejala-gejala jiwa menyimpang dari
keadaan normal Suparlan, 1983 : 18. Sumarnonugoho menyatakan bahwa tuna grahita adalah keadaan atau kondisi
dimana intelektual seseorang berfungsi di bawah rata-rata dalam suatu tahap perkembangan dan berkaitan dengan kelemahan pada penyesuaian perilaku serta
penyesuaian sosialnya Sumarnonugroho 1987 : 114.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Prof.Dr. Wardiman Djojonegoro yang dimaksud dengan tuna grahita adalah keterbelakangan mental yang terdiri dari kelainan mental dan kelainan prilaku.
Kelainan mental meliputi kelainan ringan dan kelainan sedang. Kelainan prilaku merupakan gangguan, hambatan atau kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat
menyesuainkan diri dengan lingkungan seperti keluarga, sekolah dan masyarakat Djojonegoro, 1995 : 163.
Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksud dengan anak tuna grahita adalah suatu keadaan dimana anak tidak mendapat perkembangan mental yang wajar,
biasa dan normal sehingga sebagai akibatnya terdapat ketidakmampuan dalam bidang intelek, kemauan, rasa, penyesuaian sosial dan sebagainya.
Tuna grahita dapat dikenal berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Keterbatasan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata.
2. Ketidak mampuan dalam perilaku adaptif. 3. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil atau besar.
4. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usianya. 5. Perkembangan bicara atau bahasa terlambat.
6.Tidak ada atau kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan pandangan kosong. 7. Koordinasi gerakan kurang gerakan sering tidak terkendali.
8. Sering keluar ludah dari mulutnya atau ngiler studentblog : 2009. Anak tuna grahita atau cacat mental bukan merupakan kelompok atau golongan
tersendiri yang mempunyai asal-usul lain dalam suatu bangsa. Seperti anak-anak yang tumbuh secara normal, anak tuna grahita juga merupakan bagian dari suatu bangsa
sekaligus sebagai generasi penerus perjuangan cita-cita bangsa. Karena itu mereka juga
Universitas Sumatera Utara
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anak-anak normal lainnya. Untuk itu diperlukan pelayanan khusus terhadap anak-anak tuna grahita melalui berbagai usaha.
Pada hakekatnya kecacatan merupakan penderitaan jasmani dan rohani yang dapat mempengaruhi perkembangannya. Untuk itu perlu ditetapkan usaha-usaha
penanggulangannya yang meliputi usaha-usaha preventif maupun kuratif ataupun melalui usaha-usaha rehabilitasi. Dari sekian banyak usaha penanggulangan yang dapat
dilakukan, yang paling penting adalah batin. Konsep ini perlu diperbuat agar mereka dapat mengembangkan pribadinya sebagai anak-anak normal pada umumnya sehingga
mereka tidak terpisah dari lingkungan masyarakat. Usaha-usaha yang diperlukan untuk perkembangan penyandang tuna grahita yaitu
: 1. Pelaksanaan Program Pendidikan.
Usaha mewujudkan pendidikan anak tuna grahita merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Lahirnya suatu lembaga pendidikan bagi anak tuna grahita tentu
saja dimaksudkan untuk membantu orang tua, pemerintah dan masyarakat dalam membina dan melayani tuna grahita sehingga mereka dapat mengembangkan potensi,
bakat dan pengetahuannya. Pendidikan terhadap anak cacat mental atau tuna grahita memerlukan adanya program yang penanganannya dilakukan secara khusus, sejak dari
proses awal sampai dengan tahap terminasi. Usaha peningkatan kesejahteraan anak cacat ini tidak akan berhasil, bila tidak ada
partisipasi aktif dari orang tua si anak itu sendiri. Orang tua cenderung hiperproteksi pada anak cacat. Hal ini disebabkan anak cacat dianggap anak lemah, tidak berdaya yang
setiap saat memerlukan bantuan orang lain. Kasih sayang orang tua yang berlebihan ini
Universitas Sumatera Utara
yang cenderung memanjakan, membuat anak menjadi tidak mandiri. Padahal dalam syarat proses pendidikan anak menurut Lipsitt diperlukan suatu faktor penguat
reinforcement, yaitu pendidikan di luar orang tua berserta perangkat formalnya. Hal ini dimungkinkan untuk merekayasa proses pendidikan anak dalam memperoleh tujuannya
Aeni, 1997 : 136 – 138 . Dari uraian tersebut di atas, dapat dilihat bahwa bentuk pendidikan dan
pengajaran bagi anak tuna grahita adalah dengan pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus. Pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus ini sengaja direncanakan untuk
anak-anak cacat khususnya untuk anak tuna grahita. Mereka dengan sengaja dipisahkan dari anak-anak normal, kemudian disatukan di antara mereka sesuai dengan taraf dan
jenis kecacatannya. 2. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana dalam suatu yayasan atau lembaga pendidikan pada hakekatnya sangat penting untuk mendukung berbagai kegiatan pelayanan terhadap anak
didik. Terlebih lagi bila sarana dan prasarana yang tesedia justru dirasakan belum memadai untuk mendukung berbagai kegiatan yayasan atau lembaga pendidikan itu
sendiri guna mencapai tujuan. 3. Dana
Dalam mengelola yayasan diperlukan dana yang cukup memadai. 4. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur masukan input yang bersama unsur lain, seperti bahan, modal, mesin, dan teknologi yang diubah melalui proses
Universitas Sumatera Utara
manajemen menjadi keluaran output berupa barang atau jasa dalam mencapai tujuan suatu organisasi Tulus, 1995 : 2.
5. Belajar keterampilan Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan motorik yakni
yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot. Tujuannya adalah memperoleh dan mnguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan
intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar olah raga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian
materi pelajaran agama Syah, 1995 : 122.
2.2. Klasifikasi Tuna Grahita