Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
2
lemahnya sektor UKM yang semestinya menjadi fundamen ekonomi yang kuat. Oleh karena itu, terjadi perbedaan perlakuan distribusi modal yang tidak adil.
2
Dalam rangka mewujudkan aspek pemerataan pembangunan, sektor usaha kecil menduduki peran penting dan strategis dalam pembangunan nasional, baik
dilihat dari segi kuantitas maupun dari segi kemampuannya dalam meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dalam mewujudkan pemerataan dan
hasil-hasil pembangunan termasuk pengentasan kemiskinan. Hal lain yang tidak dapat dipungkiri adalah telah terbukti bahwa usaha
kecil relatif lebih tahan dalam menghadapi krisis ekonomi, dan dilihat dari portofolio kredit yang diberikan tidak menimbulkan pengaruh cukup besar
terhadap kesehatan
bank dibanding
portofolio kredit
pada sektor
corperatewholesale. Sehubungan dengan itu maka kebijakan pemerintah dalam pembangunan
di bidang ekonomi antara lain menetapkan hasil pembangunan harus mencakup pula program untuk pengembangan usaha kecil.
Pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara terus menerus, menuntut kita untuk mencari alternatif solusi yang mendorongnya
lebih cepat. Dan salah satu alternatif solusi itu adalah mobilisasi dan optimalisasi peran wakaf secara efektif serta professional.
2
M.Ismail, “Bisnis Invetasi,” Kompas, 19 april 2004, h.13
3
Berbeda dengan wakaf yang selama ini kita pahami sebagai pemberdayaan barang-barang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan, wakaf tunai justru
menggunakan uang sebagai instrument wakaf. Uang sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai setelah dialokasikan kepada harta bergerak dan tidak bergerak agar
tidak lenyap pokoknya atau bendanya, menjadi instrumen wakaf yang diterima. Islam membicarakan uang sebagai sarana penukar dan penyimpan nilai,
tetapi uang bukanlah barang dagangan, karena uang hanya berguna jika ditukar dengan benda yang dinyatakan atau jika digunakan untuk membeli jasa.Uang
bukan barang monopoli seseorang. Jadi semua orang berhak memiliki uang yang berlaku di suatu negara. Dalam ajaran Islam, uang harus di putar terus sehingga
dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar, uang berputar untuk produksi akan dapat menimbulkan kemakmuran dan kesehatan ekonomi masyarakat.
3
Wakaf uang, dalam bentuknya, di pandang sebagai salah satu solusi yang dapat membuat wakaf menjadi lebih produktif. Karena uang di sini tidak lagi
dijadikan sebagai alat tukar menukar saja, lebih dari itu, ia merupakan komoditas yang siap memproduksi,. dalam hal pengembangan lain. Oleh sebab itu, sama
dengan jenis komoditas yang lain, wakaf uang juga dipandang dapat memunculkan sesuatu hasil yang lebih banyak.
Uang, sebagai nilai harga sebuah komoditas, tidak lagi di pandang semata-mata sebagai alat tukar, melainkan sebagai komoditas yang siap dijadikan
3
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional Jakarta: Graha Ilmu, 2005, h.196.
4
alat produksi. Ini dapat diwujudkan dengan misalnya, memberlakukan sertifikat wakaf uang yang siap disebarkan ke masyarakat. Model ini memberikan
keuntungan bahwa wakif dapat secara fleksibel mengalokasikan hartanya dalam bentuk wakaf. Demikian wakif tidak memerlukan jumlah uang yang besar untuk
selanjutnya dibelikan barang produktif. Juga, wakaf seperti ini dapat diberikan dalam satuan yang lebih kecil.
Wakaf uang juga memudahkan mobilisasi uang di masyarakat melalui sertifikat tersebut karena beberapa hal. Pertama, lingkup sasaran pemberi wakaf
wakif bisa menjadi lebih luas dibanding dengan wakaf biasa. Kedua, dengan sertifikat tersebut, dapat dibuat berbagai macam pecahan yang disesuaikan
dengan segmen muslim yang dituju yang dimungkinkan memiliki kesadaran beramal tinggi.
4
Wakaf benda bergerak, seperti dengan uang telah dikembangkan oleh M. A. Manan dengan formulasi sertifikat wakaf tunai, telah memberikan
rangsangan untuk keluar dari kebekuan pemikiran tentang wakaf. Sertifikat wakaf tunai merupakan usaha inovasi financial di bidang perwakafan yang kalau
berhasil dijalankan dengan baik maka akan memberikan implikasi ekonomi yakni mampu meningkatkan kesejahteraan umat.
5
4
HM Cholil Nafis, “Menggali Sumber Dana Umat Melalui Wakaf Uang,” Artikel diakses
pada 26 februari 2009 dari www.nu.or.id
5
Maulana M, ” Memberdayakan Umat Lewat Wakaf”, Tabloid Jum‟at, No. 572, 4 April
2003: h.3
5
Dalam hal ini, Indonesia harus belajar dari Bangladesh, tempat kelahiran instrument eksperimental melalalui Social Invesment Bank Limited SIBL yang
menggalang dana dari orang-orang kaya untuk dikelola dan disalurkan kepada rakyat dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteran sosial lainnya
melalui mekanisme produk funding baru berupa Sertifikat Wakaf Tunai Cash Certificate Waqf yang akan dimiliki oleh pemberi dana tersebut. Dalam
instrumen keuangan baru ini, Sertifikat Wakaf Tunai merupakan alternatif pembiayaan yang bersifat sosial dan bisnis serta partisipasi aktif dari seluruh
warga negara yang kaya untuk berbagi kebahagian dengan saudaranya dalam menikmati pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial lainnya dengan baik.
Dengan keterbatasan kemampuan pemerintah saat ini untuk menyediakan dana bagi pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup
rakyat Indonesia, maka usaha meningkatkan gerakan wakaf tunai dirasakan perlu dan mendesak sebagai instrumen keuangan alternatif yang dapat mengisi
kekurangan-kekurangan badan sosial yang telah ada.
6
Terdapat empat manfaat utama dari wakaf tunai. Pertama, wakaf tunai jumlahnya lebih bervariasi sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas sudah
bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus mnunggu menjadi tuan tanah terlebih dahulu. Kedua, melalui wakaf tunai asset-asset wakaf yang berupa tanah-
tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah
6
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyrakat Islam, 2006, h.75
6
untuk lahan pertanian. Ketiga, dana wakaf tunai juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam yang terkadang kembang kempis dan
menggaji civitas akademika ala kadarnya. Keeempat, umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus tergantung pada
anggaran pendidikan negara yang semakin lama semakin terbatas.
7
Berangkat dari paradigma di atas, maka penulis tertarik untuk mengupas dan mengkaji masalah wakaf tunai ini secara lebih jauh dan mendalam, akan
tetapi karena luasnya permasalahan tentang wakaf tunai sehingga tidak mungkin bisa diselesaikan dalam jangka waktu pendek. Dengan adanya permasalahan-
permasalahan tersebut maka penulis ingin membantu salah satu permasalahan teori-teori yang telah ada yang kemudian dibentuk dalam sebuah skripsi yang
berjudul :
“Peran Wakaf Tunai Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah di Tabung Wakaf Indonesia.”