Strategi Public Relations Badan Wakaf Indonesia Dalam Mensosialisasikan Wakaf Tunai

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh:

FATMAWATI HARAHAP NIM. 109051000106

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Juni 2013


(5)

i

Strategi Public Relations Badan Wakaf Indonesia dalam Mensosialisasikan Wakaf Tunai

Wakaf tunai atau wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk uang. Salah satu lembaga wakaf yang melaksanakan pensosialisasian wakaf tunai adalah Badan Wakaf Indonesia. Dalam mensosialisasikan wakaf tunai yang tergolong masih relatif baru bagi masyarakat Indonesia tentu tidak mudah. Oleh karena itu dibutuhkan strategi yang tepat agar tercapainya pemahaman masyarakat akan wakaf tunai.

Dari latar belakang masalah di atas maka muncul pertanyaan, Bagaimana

strategi yang digunakan public relation Badan Wakaf Indonesia dalam

mensosialisasikan wakaf tunai? Bagaimana metode komunikasi persuasif yang digunakan Badan Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai?

Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis yaitu bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.

Penilitian ini bertujuan mendeskripsikan strategi public relations serta

metode komunikasi persuasif yang digunakan Badan Wakaf Indonesia khususnya divisi Hubungan Masyarakat Badan Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai agar tercapainya pemahaman masyarakat mengenai wakaf tunai yang tergolong merupakan jenis wakaf yang relatif masih baru di Indonesia.

Dalam mensosialisasikan wakaf tunai, BWI menggunakan strategi persuasif. Dalam mewujudkan strategi persuasif tersebut BWI menerapkan beberapa langkah strategi yaitu bekerja sama dengan media massa, memanfaatkan

media internal, melaksanakan kegiatan fundraising, dan memanfaatkan media

online. Sedangkan metode komunikasi persuasif yang digunakan BWI dalam pensosialisasian wakaf tunai adalah metode asosiasi, metode integrasi, metode

ganjaran, metode icing, dan metode red-herring.

Kata kunci: BWI, wakaf tunai, strategi persuasif, public relations, metode, sosialisasi


(6)

ii

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, atas limpahan karunia dan ridho-Nya yang tidak pernah putus memberikan nikmat dan barakah-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Sehingga peneliti dapat menempuh jenjang pendidikan sampai saat ini dan dapat menyelesaikan karya ilmiah guna mencapai gelar Sarjana Komuniakasi Islam (S. Kom.I).

Sholawat serta salam semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa ummatnya dari jalan kesesatan menuju jalan kebenaran.

Dalam menyusun skripsi ini, peneliti menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, peneliti tidak dapat menyelasaikan karya ini dengan baik, semua berkat arahan, bantuan, petunjuk serta motivasi dari semua pihak yang diberikan kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program Studi Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya, pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan banyak terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:


(7)

iii

Akademik, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan, dan Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam, dan Ibu Dra. Umi Musyarofah, M.A selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Ibu Dra, Rini Laili Prihatini, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik

KPI C 2009 yang telah membantu mengarahkan penulis untuk mengikuti proses kegiatan akademik.

5. Dr. Hj. Roudhonah, M.A. selaku dosen pembimbing yang senantiasa dengan

sabar meluangkan waktunya untuk membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi penulis.

7. Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi dan juga Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahn penulis untuk mendapatkan berbagai referensi dalam penyelesaian skripsi ini.


(8)

iv

penulisan skripsi ini khususnya Bapak Abdullah, Bapak Sigit Abdi Prianto, Ibu Nani Almuin dan Bapak Nurkaib yang telah membantu dan memberikan informasi kepada penulis dalam penelitian mengenai sosialisasi wakaf tunai yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia.

9. Kepada ayahanda M. Syaiful Harahap dan mama’ tercinta Sumarni yang

selalu mendoakan dan memberikan motivasi serta kasih sayangnya yang tidak terbatas demi kesuksesan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

10. Kakak-kakakku tercinta, Dina Masdaleni Harahap SP beserta suami Adrimas

Kamal SP, dan Elistina Harahap SE.I. beserta suami Popy Ardiansyah Amd. yang senantiasa memberikan dukungannya kepada penulis.

11. Teman-teman seperjuangan KPI angkatan 2009, Khususnya KPI C yang

saling membantu satu sama lain dan tetap menjaga kekompakan.

12. Sahabat-sahabat aku Nany Suryaningsih, Popy Oktarini, dan Siti Dahlia yang

senantiasa memberikan dukungan dan waktunya. Serta teman-teman kosan Ella Dhanila Kartika Sari dan Mirna Fitri Setiawati yang selalau mensupport penulis. Semoga persahabatan kita tetap utuh selamanya.

13. Teman-teman KKN SIC GOLD Cibuntu 2012 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang sudah mendukung serta memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(9)

v

Nya kepada kita semua. Terimakasih atas segalanya dan mohon maaf atas segala kekhilafan. Dan akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk para pembaca, dan khsusnya bagi peneliti. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.

Jakarta, 17 Juni 2013


(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Sistem Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG STRATEGI PUBLIC RELATIONS, KOMUNIKASI PERSUASIF DAN WAKAF TUNAI A. Strategi Public relations ... 16

1. Pengertian Strategi ... 16

2. Pengertian Public relations ... 18

3. Strategi Public relations ... 30

B. Marketing Public relations ... 33

1. Pengertian Marketing Public Relations ... 33

2. Tujuan Marketing Public Relations ... 33

3. Perbedaan Marketing Public relations dan Public Relations 34 C. Komunikasi Persuasif ... 34


(11)

vii

C. Wakaf Tunai ... 38

1. Pengertian Wakaf Tunai ... 38

2. Dasar Hukum Wakaf Tunai ... 40

3. Rukun dan Syarat Wakaf Tunai ... 45

4. Tujuan dan Manfaat Wakaf Tunai ... 46

BAB III GAMBARAN UMUM BADAN WAKAF INDONESIA A. Sejarah Berdiri Badan Wakaf Indonesia ... 49

B. Tugas dan Wewenang Badan Wakaf Indonesia ... 51

C. Visi dan Misi Badan Wakaf Indonesia ... 53

1. Visi ... 53

2. Misi ... 53

D. Strategi Badan Wakaf Indonesia ... 53

E. Struktur Lembaga ... 51

F. Program kerja ... 54

1. Divisi Pembinaan Nazhir ... 56

2. Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf ... 56

3. Divisi Kelembagaan ... 57

4. Divisi Hubungan Masyarakat ... 58

5. Divisi Penelitian dan Pengembangan wakaf ... 59

6. Divisi Kerja Sama Luar Negeri ... 59

G. Profil Anggota Divisi Humas BWI ... 60

BAB IV PILIHAN STRATEGI PUBLIC RELATIONS BADAN WAKAF INDONESIA DALAM MENSOSIALISASIKAN WAKAF TUNAI A. Peran Divisi Hubungan Masyarakat BWI dalam Mensosialisasikan Wakaf Tunai ... 67


(12)

viii

2. Metode Integrasi ... 75

3. Metode ganjaran ... 75

4. Metode icing ... 76

5. Metode red-herring ... 76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Strategi Dua Komponen ... 32 Tabel 2. Pola Dasar The 3-C’s Options ... 32


(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Hubungan Media BWI ... 68 Gambar 2. Talk Show Wakaf Uang di Radio Ras FM Jakarta saat Bulan

Ramadhan ... 69 Gambar 3. Pamphlet yang Digunakan BWI dalam Mensosialisasikan Wakaf

Tunai ... 71 Gambar 4. Pemberian Materi Wakaf Uang Training Pegawai BNI Syariah

Jakarta ... 72

Gambar 5. Fundraising Wakaf Uang Ramadhan 1433 H Jakarta ... 73


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Praktek wakaf telah dikenal sejak dulu sebelum hadirnya agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW meskipun dengan nama dan istilah yang berbeda. Hal ini terbukti bahwa banyak tempat-tempat ibadah yang terletak di suatu tanah yang pekarangannya dikelola dan hasilnya untuk

membiayai perawatan dan honor yang merawat tempat ibadah.1 Sedangkan

dalam sejarah Islam, wakaf dikenal sejak masa Rasulullah saw karena wakaf

disyari’atkan setelah Nabi SAW berhijrah ke Madinah pada tahun kedua hijiriyah.2

Wakaf merupakan istilah lain dari amal jariah. Amal jariah disebut wakaf karena benda yang diamaljariahkan dimaksudkan agar kepemilikan benda itu tidak berpindah-pindah serta agar manfaat dan hasil benda tersebut dapat digunakan untuk kemaslahatan umat. Hal ini sejalan dengan pengertian

kata wakaf yang berasal dari kata waqafa yang berarti menghentikan,

mengekang atau menahan.3

1

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf,

(Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2006), h. 9.

2

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, h. 11.

3“Amal” dalam Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, ed.,

Ensiklopaedi Islam cet. 3,


(16)

2

Dalam istilah syara‟ secara umum, wakaf dapat diartikan sejenis

pemberian yang pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan)

asal (tahbisul ashli), lalu menjadikam manfaatnya berlaku umum.4 Sedangkan

dalam hukum Islam, wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan

lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa

perorangan maupun badan pengelola, dengan ketentuan bahwa hasil atau

manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan ajaran syari’at

Islam.5 Benda wakaf sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu benda wakaf

tidak bergerak dan benda wakaf bergerak. Contoh benda wakaf tidak bergerak adalah tanah, bangunan, pohon untuk diambil buahnya, dan sumur untuk

diambil airnya.6 Sedangkan contoh benda wakaf bergerak adalah hewan,

perlengkapan rumah ibadah, senjata, pakaian, buku, mushaf, uang, saham atau

surat berharga lainnya.7

Beberapa tahun terakhir di Indonesia sedang menggema dalam upaya

menggalakkan bentuk wakaf baru dengan nama wakaf tunai (cash waqf).

Wakaf tunai dipelopori oleh Prof. M.A. Mannan, seorang pakar ekonomi asal Bangladesh. Munculnya gagasan mengenai wakaf tunai memang mengejutkan

4

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2006), h. 1.

5Biro Perbankan Syari’ah Bank Indonesia 2001,

Peranan Perbankan Syariah dalam Wakaf Tunai (Sebuah Kajian Konseptual), (Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia, 2006), h. 91.

6

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia, Fiqih Wakaf, (Jakarta :Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2006), h. 40.

7


(17)

banyak kalangan. Karena wakaf tunai berlawanan dengan persepsi umat Islam yang terbentuk bertahun-tahun lamanya, bahwa wakaf itu berbentuk benda-benda tak bergerak seperti tanah. Wakaf tunai bagi umat Islam Indonesia memang masih relatif baru. Hal ini bisa dilihat dari peraturan yang melandasinya. Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru memberikan fatwanya pada pertengahan Mei 2002. Sedangkan Undang-undang tentang wakaf disahkan pada tanggal 27 Oktober 2004 oleh Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono.8

Wakaf tunai diperbolehkan berdasarkan firman Allah :















































“Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebijakan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.Dan apa saja yang

kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahui”. (QS : Ali Imran

: 92).

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa seseorang tidak akan mencapai tingkat kebaikan di sisi Allah, sebelum ia dengan ikhlas menafkahkan di jalan Allah harta yang dicintainya diantaranya melalui sarana wakaf. Dalam ayat ini dikemukakan juga kapan dan bagaimana sehingga nafkah seseorang dapat bermanfaat. Yakni, bahwa yang dinafkahkan hendaknya harta yang disukai,

karena Kamu sekali-kali tidak meraih kebajikan (yang sempurna), sebelum

8

Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia,

(Jakarta : Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2006), h.8


(18)

4

kamu menafkahkan dengan cara yang baik dan tujuan serta motivasi yang benar yakni sebagian dari harta benda yang kamu sukai. Jangan khawatir akan merugi atau menyesal dengan pemberian yang tulus, karena apa saja yang telah dinafkahkan baik itu dari harta yang disukai ataupun yang tidak disukai karena sesungguhnya Allah maha mengetahui dan akan memberikan ganjaran

baik di dunia maupun diakhirat kelak.9

Secara ekonomi, wakaf tunai sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia, karena dengan model wakaf ini daya jangkau mobilisasinya akan jauh lebih merata kepada sebagian anggota masyarakat dibandingkan dengan model wakaf-wakaf tradisional-konvensional, yaitu dalam bentuk harta fisik

yang biasanya dilakukan oleh keluarga yang terbilang relatif mampu (kaya).10

Dibandingkan dengan Bangladesh pengelolaan wakaf tunai di Indonesia masih ketinggalan. Semua wakaf dinegara ini berkembang dengan

pesat termasuk wakaf uang. Di Bangladesh wakaf uang dikelola oleh Social

Invesmen Bank Ltd. (SIBL). Bank ini telah mengembangkan pasar modal

sosial (the Voluntary Capital Market). Instrument-instrument produk

keuangan Islam dalam pasar modal antara lain: surat obligasi pembangunan

perangkat wakaf (Waqf Properties Deveopment Bond), sertifikat wakaf tunai

(cash waqf deposit sertifiate), sertifikat wakaf keluarga (family waqf sertificate), obligasi pembangunan perangkat masjid (mosque properties

9

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an), cet. I, Vol. 2, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2000), h. 142.

10

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia,,


(19)

development bond), saham komunitas masjid (mosque community share),

sertifikat pembayaran zakat (zakat/usher paymen certificate), dan lain-lain.11

Di Indonesia sudah ada beberapa lembaga yang telah melaksanakan wakaf tunai, salah satunya adalah Badan Wakaf Indonesia. Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan lembaga independen untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, serta bertanggung jawab kepada masyarakat. Saat ini Badan Wakaf Indonesia juga telah mulai mensosialisasikan wakaf tunai kepada umat Islam Indonesia. Hal ini sesuai dengan salah satu landasan pemikiran dibentuknya Badan Wakaf Indonesia (BWI), yaitu dalam kaitan pengelolaan wakaf produktif dengan

berkembangnya wacana cash waqf atau wakaf tunai (uang) dan sejenisnya.

Dalam mensosialisasikan wakaf tunai yang bagi umat Islam Indonesia masih relatif baru tentulah tidak mudah. Kebanyakan umat Islam di Indonesia belum memahami wakaf tunai. Bagi kebanyakan umat Islam Indonesia wakaf itu hanyalah benda tidak bergerak seperi tanah, bangunan, serta pohon yang diambil buahnya. Oleh karena itu, dibutuhkanlah strategi yang tepat agar pensosialisasian wakaf tunai dapat berjalan dengan efektif dan tercapainya pemahaman umat Islam Indonesia akan wakaf tunai. Dalam mensosialisasikan wakaf tunai Badan Wakaf Indonesia dapat menggunakan strategi public

11

Departemen Agama RI, Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2006), h. 112.


(20)

6

relations. Peran strategi public relations ini diharapkan dapat membantu Badan Wakaf Indonesia mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu terwujudnya pemahaman umat Islam Indonesia mengenai wakaf tunai sehingga umat Islam Indonesia tergerak untuk berwakaf.

Public relations merupakan metode ilmu komunikasi sebagai salah

satu kegiatan yang mempunyai kaitan kepentingan dengan suatu organisasi.12

Public relations dituntut mampu menjadikan orang lain memahami satu pesan,

demi menjaga citra dan reputasi lembaga yang diwakilinya.13 Tentu saja dalam

mencapai tujuan tersebut dibutuhkan strategi public relations yang tepat

sasaran. Karena pada dasarnya segala tindakan dan perbuatan itu tidak terlepas dari strategi.

Menurut Ahmad S. Adnanputra, strategi public relations adalah

alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public

relations dalam kerangka suatu rencana public relations (public relations

plan).14 Terdapat tiga jenis strategi public relations yaitu strategi persuasif,

strategi melalui kontribusi pada tujuan dan misi perusahaan (strategi edukatif-informatif), dan strategi yang dibentuk oleh dua komponen (komponen sasaran dan komponen sarana).

12

Onong Uchahana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1999) cetakan ke XII, h. 131.

13

Muhammad Iqbal, Strategi Public Relation Polri dalam Membangun Citra Pelayanan pada Masyarakat (Study pada Kepolisian Resort Metro Jakarta Barat), (Jakarta : FIDKOM UIN Jakarta, 2011), h. 1.

14

Rosady Ruslan, Manajemen Public relations dan Media Komunikasi (konsepsi dan Aplikasi), Edisi revisi, cet. 8. (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2007),h. 134.


(21)

Public relations dapat juga diartikan sebagai alat komunikasi persuasif yang dapat dipakai oleh orang untuk mempengaruhi orang lain dan institusi

lain dalam rangka membantu mereka mencapai tujuan.15 Untuk mencapai

tujuan tersebut, public relations dapat melakukannya dengan menggunakan

metode-metode komunikasi persuasif.

Strategi public relations yang diterapkan oleh Badan Wakaf Indonesia

dalam mensosialisasikan wakaf tunai adalah strategi persuasif, hal ini terlihat dari upaya Badan Wakaf Indonesia dalam mewujudkan pemahaman masyarakat tentang wakaf tunai dan mempengaruhi masyarakat agar mau

berwakaf. Disinilah keistimewaan public relations Badan Wakaf Indonesia.

Tidak seperti nazhir atau badan wakaf lain yang tujuan utamanya melakukan sosialisasi untuk mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya, tujuan utama Badan Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai justru hanya untuk terwujudnya pemahaman masyarakat akan wakaf tunai.

Atas dasar inilah penulis tertarik untuk meneliti bagaimana strategi public relations yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai kepada umat Islam Indonesia dengan menggunakan metode-metode komunikasi persuasif. Sehingga umat Islam Indonesia dapat lebih mengetahui tentang wakaf tunai serta pemanfaatan dari wakaf tunai tersebut.

15

John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta : Kencana, 2008), edisi ke-8, cetakan ke-1, h. 234.


(22)

8

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah skripsi yang berjudul

“STRATEGI PUBLIC RELATIONS BADAN WAKAF INDONESIA

DALAM MENSOSIALISASIKAN WAKAF TUNAI”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Agar tidak meluas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi

pada strategi atau usaha Public Relations divisi Hubungan Masyarakat

Badan Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai. 2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana strategi public relation yang digunakan Badan Wakaf

Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai?

b. Bagaimana metode komunikasi persuasif yang digunakan Badan

Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini peneliti mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

1. Untuk mengetahui strategi public relation yang digunakan Badan Wakaf

Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai.

2. Untuk mengetahui metode komunikasi persuasif yang digunakan Badan


(23)

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk

mengembangkan pengetahuan ilmiah bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

dibidang komunikasi yang berhubungan dengan Public Relations.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa komunikasi dan penyiaran islam dan juga bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis yaitu bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, factual dan akurat tentang fakta-fakta

dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.16 Penelitian kualitatif adalah

suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

16

Rachmat Kriyantono, Metodologi Riset Komunikasi: Disertasi contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta : Kencana Prenada Merdia Group. 2006), h. 69.


(24)

10

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.17

Peneliti berusaha menggambarkan secara jelas segala hal yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil yang berdasarkan tujuan penlitian. Pendekatan kualitatif ini menitikberatkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan wawancara.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Kantor Sekeratariat Badan Wakaf Indonesia : Gedung Bayt Al Quran Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jl. Raya TMII Pintu 1 - Jakarta Timur 13560. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2013.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah divisi Hubungan Masyarakat Badan Wakaf Indonesia yang merupakan tempat penulis memperoleh keterangan atau data.Sedangkan yang menjadi objek

penelitian adalah strategi public relations yang dilakukan Badan Wakaf

Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai.

17

lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.6.


(25)

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan beberapa teknik, antara lain :

a. Wawancara mendalam. Wawancara atau interview adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan orang yang

diwawancarai.18 Wawancara dilakukan peneliti secara langsung

terhadap orang-orang yang dianggap perlu dan mewakili dalam penelitian ini yaitu Bapak Nurkaib selaku staff divisi Hubungan Masyarakat BWI dan Bapak Sigit Ahmad Prianto selaku staff Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf BWI. Wawancara ini bertujuan untuk menggali keterangan-keterangan yang mendalam sehingga terkumpul informasi-informasi yang diperlukan.

b. Observasi langsung, yaitu untuk mengamati bagaiman bentuk strategi

Public Relations divisi Hubungan Masyarakat Badan Wakaf Indonesia dengan cara mengamati langsung kegiatan yang dilakukan oleh divisi Hubungan Masyarakat Badan Wakaf Indonesia selama kurang lebih tiga bulan.

c. Dokumentasi, yaitu proses pengumpulan data berupa tulisan berbentuk

catatan-catatan, arsip atau dokumen milik Badan Wakaf Indonesia dan data dari beberapa media massa, buku-buku atau foto-foto yang mempunyai kaitan dengan penelitian guna mendukung data penelitian.

18


(26)

12

5. Teknik analisis data

Analisis data menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip dari buku Metodologi Penelitian Kualitatif karangan Lexy J. Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan

kepada orang lain.19 Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif yang dikemukakan Whitney yakni mencari fakta

dengan interpretasi yang tepat.20

6. Teknik penulisan

Dalam penulisan deskripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman penulisan karya ilmiah UIN (skripsi, disertasi dan tesis) yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang berkaitan dengan penelitian yang penulis teliti sekalipun arah dan tujuan yang diteliti berbeda. Dari penelitian ini, penulis menemukan beberapa sumber

19

Lexy J. Moleong, Metodologi Penlitian Kualitatif (Edisi Revisi),,(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009) h. 248.

20

Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian, (Yogyakarta : AR-RUZ MEDIA, 2011), h. 201.


(27)

kajian lain yang telah lebih dahulu membahas terkait dengan strategi public relations yaitu :

1. Strategi Public relations PT. Anugerah Bersama Sejahtera dalam Menjalin

Loyalitas costumer. Penelitian ini lebih mengkhususkan diri pada

bagaimana public relations menumbuhkan rasa loyalitas yang tinggi pada

kostumer agar tetap menggunakan produk perusahaan dengan mengarah

pada citra perusahaan keluar.21

2. Strategi Komunikasi Public Relations Radio Gen FM Terhadap Minat

Pemasang Iklan. Pada penelitian ini lebih menitik beratkan tentang

bagaimana Public Relations menjual citra perusahaan terhadap pemasang

iklan agar mau memasang iklan di Gen fm.22

3. Strategi Public Relations Polri Dalam Membangun Citra Pelayanan Pada

Masyarakat (Studi Pada Kepolisian Resort Metro Jakarta Barat). Pada peneletian ini lebih menitik beratkan pada permasalahan tetang bagaimana public relations menciptakan citra positif di masyarakat.23

4. Strategi Public Relations Bank BNI Syariah dalam Meraih Citra Positif Di

Media Online. Pada penelitian ini berisi tentang bagaimana divisi

21

Johan Alkautsar. Strategi Public Relation Pt. Anugrah Sejahtera Dalam Menjalin Loyalitas Customer. (Jakarta : FIDKOM UIN JAKARTA, 2011).

22

Umu nur atiyah.Strategi Komunikasi Public Relation Radio Gen Fm Pada Minat Pemasang Iklan. (Jakarta : FIDKOM UIN JAKARTA, 2011).

23

Muhammad Iqbal, Strategi Public Relation Polri Dalam Membangun Citra Pelayanan Pada Masyarakat (Study Pada Kepolisian Resort Metro Jakarta Barat), (Jakarta : FIDKOM UIN Jakarta, 2011).


(28)

14

komunikasi BNI Syariah berupaya mengangkat citra perusahaan hingga

mampu meraih citra positif di media online. 24

Sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah “ Strategi Public

Relations Badan Wakaf Indonesia dalam Mensosialisasikan Wakaf Tunai” yang menitikberatkan pada bagaimana divisi Hubungan Masyarakat Badan Wakaf Indonesia berupaya mensosialisasikan wakaf tunai dengan menggunakan metode-metode komunikasi persuasif.

Demikianlah perbedaan pokok bahasan atau materi yang diteliti oleh penulis dengan penelitian sebelumnya.

F. Sistem Penulisan

BAB I PENDAHULUAN meliputi penjelasan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulis.

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG STRATEGI PUBLIC

RELATIONS, KOMUNIKASI PERSUASIF DAN WAKAF TUNAI, yang

meliputi pengertian tentang strategi, jenis-jenis strategi, pengertian public

relations dan ruang lingkupnya, strategi public relations, metode komunikasi persuasif dan pengertian wakaf tunai,.

24

Ditya Arif Setiabudi. Strategi Public Relations Bank Bni Syariah Dalam Meraih Citra Positif Di Media Online. (Jakarta : FIDKOM UIN JAKARTA, 2012).


(29)

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN WAKAF INDONESIA (BWI) yang meliputi sejarah berdirinya BWI, visi dan misi BWI, tugas dan wewenang BWI, struktur lembaga, dan program kerja BWI

BAB IV PILIHAN STRATEGI PUBLIC RELATIONS BADAN WAKAF

INDONESIA (BWI) berisi tentang strategi public relations Badan Wakaf Indonesia dalam mensosialisasikan wakaf tunai.

BAB V PENUTUP meliputi kesimpulan dan saran dari penulis.

DAFTAR PUSTAKA


(30)

16

BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG STRATEGI PUBLIC RELATIONS,

KOMUNIKASI PERSUASIF DAN WAKAF TUNAI

A. Strategi Public relations

1. Pengertian Strategi

Secara etimology, strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Stratos

yang berarti pasukan dan agein yang berarti memimpin. Jadi strategi

berarti perihal memimpin pasukan. Ilmu strategi adalah ilmu tentang

memimpin pasukan1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan

bahwa arti strategi adalah ilmu siasat perang; akal atau tipu muslihat untuk

mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah direncanakan.2 Dan dalam

Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan bahwa strategi adalah keahlian mengatur atau merencanakan tentang suatu kegiatan guna meraih

suatu target atau sasaran.3 Jadi strategi dapat juga diartikan sebagai suatu

siasat meminpin dan merencanakan suatu kegiatan untuk mencapai target yang sudah ditetapkan.

Sedangkan secara terminology, strategi dapat didefenisikan sebagai

berikut :

1

Ali Murtopo, Strategi Kbeudayaan, (Jakarta: Center for Strategic and Internasional Studies-CSIS 1978), h.7

2

Team Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (Jakarta: PT. Media Pustaka Phoenix, 2008), h. 825.

3

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Edisi Pertama,


(31)

a. Menurut J L Thompson strategi adalah cara untuk mencapai sebuah hasil akhir. Hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi. Bennett menggambarkan organisasi sebagai arah yang dipilih

organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya. 4

b. Menurut Onong Uchana Effendy, strategi adalah perencanaan dan

manajemen untuk mencapai tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberi arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan taktik

operasionalnya.5

c. Menurut Sthepanie K. Marrus, strategi adalah sebuah proses penentuan

rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya

bagaimana agar tujuan tersebut dicapai.6

d. Menurut Stainer dan Mineer, strategi adalah penempatan misi

perusahaan, penempatan sasaran organisasi dalam mengikat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat,

sehingga sasaran organisasi akan tercapai.7

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu keahlian atau cara mengenai pengaturan dan

4

Sandra Oliver, Strategi Public relations, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2006), h. 2.

5

Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cetakan ke-21, h.32.

6

Husein Umar, Strategic Management in Action, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 31.

7


(32)

18

perencanaan suatu kegiatan untuk meraih target atau tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Mintzberg ada lima kegunaan dari strategi, yaitu :

a. Sebuah rencana, merupakan suatu arah tindakan yang diinginkan

secara sadar;

b. Sebuah cara, merupakan suatu manuver spesifik yang dimaksudkan

untuk mengecoh lawan atau kompetitor;

c. Sebuah pola, dalam suatu rangkaian tindakan;

d. Sebuah posisi, merupakan suatu cara untuk menempatkan organisasi

dalam sebuah lingkungan;

e. Sebuah perspektif, merupakan suatu cara yang terintegrasi dalam

memandang dunia.8

Dengan demikian, kegunaan dari strategi adalah sebuah perencanaan serangkaian tindakan yang diinginkan secara sadar untuk mengecoh kompetitor dan menempatkan organisasi dalam sebuah lingkungan yang terintegrasi dalam memandang dunia.

2. Pengertian Public Relations

Public relations merupakan suatu istilah yang terdiri dari dua kata,

yaitu public dan relations. Pengertian public adalah sekelompok orang

yang meletakkan perhatian pada sesuatu hal yang sama, yang mempunyai

8


(33)

minat dan kepentingan yang sama.9 Public dalam public relations hanyalah merupakan kelompok orang, yang mempunyai hubungan dengan kepentingan tertentu yang timbul karena adanya masalah tertentu, yaitu

issue.10 Sedangkan istilah relations dalam public relations merupakan

suatu prinsip, karena istilah relations dalam public relations mengandung

arti adanya hubungan timbal balik (two way traffic communication).11

Sedangkan secara terminology, Public relations dapat diartikan

sebagi berikut:

a. Menurut The International Public relations Association (IPRA) sebuah

organisasi profesi ditingkat internasional, memberikan defenisi public

relations sebagai berikut :

Public relations is a management function, of e continuing and planned character, through which public and private organizations and institutions seek to win and retain the understanding, sympathy and support of those with whom they are or may be concerned – by evaluating public opinion abaout themselves, in order to correlate, as far as possible, their own policies and procedures, the achieves by planned and widespread information more productive cooperation

and more efficient fulfillment of their commont interests.”12

(public relations adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan dijalankan secara kesinambungan, yang oleh organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga umum dan pribadi dipergunakan untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada sangkut pautnya dan yang

9

Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public relations 2.0 (Teori dan Praktik Public relations di Era Cyber 1010), (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 5.

10

Soenarko Setyodarmodjo, Public relations; Pengertian, Fungsi, dan Peranannya,

(Surabaya: Penerbit Papyrus Surabaya, 2003), h. 2.

11

Bambang Siswanto, Hubungan Masyarakat; Teori dan Praktek, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 4.

12

Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas, (Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2004), cetakan ke-2, h. 14


(34)

20

diduga akan ada kaitannya dengan cara memiliki opini public mereka, dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan, guna mencapai kerjasama yang lebih produktif dan untuk memenuhi kepentingan bersama yang lebih efisien, yang terencana dan tersebar luas)

b. Menurut (British) Institute of Public relations, public relations adalah

keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan

berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat

baik (good-will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan

segenap khalayaknya.13

c. Frank Jefkins mendefenisikan public relations sebagai semua bentuk

komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khlayaknya dalam rangka mencapai

tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. 14

d. Glen M. Broom menyatakan bahwa :

Public relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan

dukungan publik”.15

Dari beberapa defenisi diatas terdapat beberapa inti dari public

relations yakni hubungan timbal balik (two way communication) antara

organisasi/lembaga dengan publiknya sehinga terciptanya good-will,

13

Frank Jefkins, Public relations edisi kelima, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2003), h. 9.

14

Frank Jefkins, Public relations edisi kelima, h. 10.

15

Onong Uchana Effendy, Human Relations dan Public relations, (Bnadung : Penerbit Mandar Maju, 1993), h. 116.


(35)

kepercayaan, penghargaan pada dan dari publik suatu badan khususnya dan masyarakat pada umumnya.

a. Karakteristik Public Relations

Menurut Frida Kusumastuti dalam bukunya yang berjudul

Dasar-Dasar Hubungan Masyarakat, terdapat empat ciri utama Public

relations, yaitu:

1) Adanya upaya komunikasi yang bersifat dua arah. Hakikat public

relations adalah komunikasi. Namun, tidak semua komunikasi

dapat dikatakan public relations. Komunikasi yang menjadi ciri

public relations adalah komunikasi dua arah yang memungkinkan terjadinya arus informasi timbal balik.

2) Sifatnya yang Terencana. Sifat public relations yang terancana

dapat diartikan bahwa kerja atau aktivitas public relations

merupakan kerja atau aktivitas yang berkesinambungan, memiliki

metode, terintegrasi dengan bagian lain dan hasilnya tangible

(nyata).

3) Berorientasi pada Organisasi/Lembaga

4) Sasarannya adalah Public yakni suatu kelompok dalam masyarakat

yang memiliki karakteristik kepentingan yang sama.16 public

dikelompokkan menjadi dua yakni:

a) Internal public, yaitu public yang terdiri dari orang-orang yang

berada dalam lingkungan organisasi/lembaga.

b) Eksternal public, yaitu orang-orang atau kelompok yang berada

diluar organisasi, namun mempunyai kepentingan dan masalah

dalam hubungan organisasi tersebut.17

Sedangkan menurut Prof. Drs. Onong Uchana Effendy, ciri-ciri public relations adalah sebagai berikut:

1) Public relations adalah kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang berlangsung dua arah secara timbal balik;

16

Frida Kusumawati, Dasar-Dasar Hubungan Masyarakat, h. 17.

17


(36)

22

2) Public relations merupakan penunjang tercapai tujuannya yang ditetapkan oleh suatu organisasi;

3) Publik yang menjadi sasarannya adalah publik ekstern dan publik

intern;

4) Operasionalisasi public relations adalah membina hubungan yang

harmonis antara organisasi dengan publik dan mencegah terjadinya rintangan psikologi, baik yang timbul dari pihak organisasi

maupun dari pihak publik.18

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

ciri-ciri public relations adalah komunikasi yang berlangsung merupakan

komunikasi timbal balik (two way traffic communication), memiliki

kegiatan yang sudah terencana, sasaran kegiatannya adalah publik, dan operasionalisasinya beorientasi pada hubungan yang baik antara organisasi dan publiknya.

b. Tujuan, Fungsi dan Tugas Public Relations

1) Tujuan Public Relations

a) Terpelihara dan terbentuknya saling pengertian (Aspek

Kognisi);

b) Menjaga dan membentuk saling percaya (Aspek Afeksi);

18

Onong Uchana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, cet. VII, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 24.


(37)

c) Memelihara dan menciptakan kerja sama (Aspek

Psikomotoris).19

Dari tiga tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa setelah pengetahuan atau pikiran dibuka, emosi atau kepercayaan disentuh maka selanjutnya perilaku positif dapat diraih. Pada akhirnya, semua itu kembali pada tujuan yang lebih penting yaitu

terbentuknya citra yang favourable terhadap organisasi di mana

public relations tersebut berada.

2) Fungsi Public Relations

Fungsi disini berarti mengenai masalah kegunaan public

relations dalam mencapai tujuan organisai atau lembaga. Menurut

Djanalis Djanaid ada dua fungsi public relations, yaitu :

a) Fungsi Konstruktif

Peranan public relations dalam hal ini mempersiapkan

mental publik untuk menerima kebijakan organisasi/lembaga, menyiapkan mental organisasi/lembaga untuk memahami kepentingan publik, mengevaluasi perilaku publik maupun organisasi untuk direkomendasikan kepada manajemen, menyiapkan prakondisi untuk mencapai saling pengertian, saling percaya saling membantu terhadap tujuan-tujuan publik organisasi/lembaga yang diwakilinya. Fungsi konstruktif ini

mendorong public relations membuat aktivitas maupun

kegiatan-kegiatan yang terencana, berkesinambungan yang cenderung bersifat proaktif.

19


(38)

24

b) Fungsi Korektif.

Dalam hal ini, public relations berperan dalam

mengatasi terselesaikannya masalah apabila dalam organisasi yang diwakilinya terjadi masalah-masalah (krisis) dengan

publiknya.20

Sedangkan menurut Cutlip and Center serta Canfield, ada

empat fungsi public relations, yaitu :

a) Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan

organisasi.

b) Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dengan

publik, baik internal maupun eksternal

c) Menciptakan komunikasi dua arah secara timbale balik dengan

menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini publik pada perusahaan.

d) Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan

organisasi untuk kepentingan umum.21

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

fungsi public relations adalah menyebarkan informasi dari organisasi

kepada public dan menyalurkan opini public kepada perusahaan agar terciptanya hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya serta berperan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan (krisis) yang timbul diantara organisasi dengan publiknya.

3) Tugas Public Relations

a) Menginterpretasikan, menganalisis, dan mengevaluasi

kecenderungan perilaku publik, kemudian direkomendasikan

kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan

20

Frida Kusumawati, Dasar-Dasar Hubungan Masyarakat, h. 23.

21


(39)

organisasi/lembaga.22 Menurut Frank Jefkins ada empat kondisi

kecenderungan publik yang dihadapi oleh public relations,

yakni permusuhan (hostility), prasangka (prejudice), apatis

(apathy), tidak tahu (ignorance)23. Disinilah public relations bertugas untuk merubah kecenderungan publik dari yang memusuhi menjadi simpati, yang berprasangka menjadi menerima, yang apatis menjadi peduli, dan yang tidak tahu menjadi tahu.

b) Mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan

kepentingan publik. Tugas public relations disini adalah

mempertemukan kepentingan antara organisasi/lembaga

dengan publik menjadi saling mengerti, dipahami, dihormati, dan dilaksanakan. Apabila kepentingannya berbeda, maka public relations dapat bertugas untuk menghubungkannya.24

c) Mengevaluasi program-program organisasi/lembaga,

khususnya yang berkaitan dengan publik. Hal ini berarti bahwa public relations memiliki wewenang untuk memberikan nasihat apakah suatu program sebaiknya diteruskan ataukah

ditunda atau bahka dihentikan. Public relations bertugas untuk

senantiasa memonitor semua program.25

22

Frida Kusumawati, Dasar-Dasar Hubungan Masyarakat, h. 25.

23

Frank Jefkins, Public relations (Edisi Kelima), h. 59-60.

24

Frida Kusumawati, Dasar-Dasar Hubungan Masyarakat, h. 25-26.

25


(40)

26

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

tugas public relations adalah mengintepretasi, menganalisis dan

mengevaluasi program-program organisasi khususnya yang berkaitan dengan public serta mempertemukan kepentingan organisasi dengan kepentingan public.

c. Aktifitas-Aktifitas Public Relations

Public relations Society of America (PRSA), sebuah organisasi public relations yang terbentuk pada tahun 1947 di Amerika. Pada

tahun 2002 PRSA merumuskan aktiftas-aktifitas public relations

sebagai berikut:

1) Community Relations. Hubungan publik yang memfokuskan diri pada komunitas yang berkaitan dengan keberlangsungan perusahaan.

2) Counseling. Dalam aktifitas ini, para professional public relations hendaknya secara rutin memberikan masukan/pertimbangan kepada pihak manajemen sebelum mereka mengambil keputusan,

membuat kebijakan, membangun relasi, atau melakukan

komunikasi dengan publik. pihak manajemen menyatakan kepada

publik apa yang mereka lakukan, sedangkan bagian public

relations membantu mendefinisikan dan mempresentasikan pesan tersebut untuk sampai kepada publik.

3) Development/Fundraising. Dalam hal ini, public relations berperan untuk menerjemahkan kebutuhan organisasi kepada pihak-pihak yang memiliki peluang dan atau kemampuan untuk memberikan kontribusi.

4) Employee/Member Relations. Tugas public relations adalah untuk menciptakan hubungan yang baik, tidak hanya kepada para pekerja melainkan juga kepada keluarga pekerja. Dengan demikian akan terbentuk motivasi yang baik dan moral yang tinggi dari para pekerja sehingga loyal kepada perusahaan.

5) Financial Relations. Peran public relations adalah membangun jembatan komunikasi antara investor, pemilik perusahaan, para pemegang saham, komunitas financial seperti bank, dan publik.


(41)

6) Government Affairs. Ini merupakan tipe aktfitas publik relations yang memfokuskan diri menjalin hubungan dengan pihak pemerintah.

7) Industry Relations. Selain menjalin relasi dengan publik, perusahaan juga harus menciptakan relasi yang baik dengan perusahaan-perusahaan lain yang secara langsung berkaitan dengan bisnis perusahaan.

8) Issues Management. Pengembangan manajemen isu merupakan bagian dari kekuatan perusahhan. Menajemen isu melibatkan publik dalam jumlah besar demi terciptanya citra dari produk maupun citra perusahaan.

9) Media relations. Perkembangan dari media massa memberikan pengaruh yang berarti bagi perusahaan. Pemberitaan yang baik di media akan memberikan pencitraan yang baik bagi perusahaan dan meningkatkan kepercayaan pelanggan dalam memakai produk ataupun jasa perusahaan. Aktifitas inilah yang menjalin relasi dengan media dan mendapatkan kepercayaan dari liputan media. 10)Marketing Communications.

11)Minority Relations/Multicultural Affairs. Merupakan aktifitas public relations yang memfokuskan diri pada terbentuknya relasi pada kelompok minoritas yang secara langsung ataupun tidak, dapat memberikan dampak publisitas perusahaan.

12)Public Affairs. Merupakan interaksi dari public relations yang melibatkan para ofisial dan pemimpin dari berbagai bentuk organisasi atau para pemegang saham.

13)Special Events and Public Participant. Merupakan aktifitas

langsung yang melibatkan publik dan dilakukan oleh public

relations untuk menjalin interaksi antara organisasi/perusahaan

dengan publik 26

d. Media/Sarana Public Relations

Media merupakan sarana atau alat untuk menyampaikan pesan atau sebagai mediator antara komunikator dengan komunikannya.

Media atau alat public relations dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Media umum seperti surat menyurat, telepon dan faxsimile.

26

Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public relations 2.0 (Teori dan Praktik Public relations di Era Cyber 1010), (Jakarta: Gramata Publishing, 2011), h. 126-129.


(42)

28

2) Media massa seperti media media cetak (surat kabar, majalah,

tabloid dan bulletin) dan media elektronik (televisi, radio dan film).

3) Media khusus seperti iklan, logo dan nama perusahaan.

4) Media internal seperti house journal (profil perusahaan, laporan

tahunan perusahaan dan majalah bulanan), printed media

(booklets, pamphlet, cop surat, kartu nama, dan kalender), spoken and visual word (video record dan tape record), media pertemuan (seminar, rapat, presentasi, diskusi, pameran,

sponsorship, dan gathering meet).27

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam menyampaikan pesan, public relations juga membutuhkan media. Media terdiri dari media umum, media massa, media khusus, dan media internal.

e. Jenis-Jenis Public Relations 1) Public Relations Pemerintahan

Public relations pemerintahan pada dasarnya bersifat politis. Bagian public relations di institusi pemerintahan dibentuk untuk mempublikasikan atau mempromosikan kebijakan-kebijakan pemerintahan seperti memberi informasi secara teratur tentang kebijakan, rencana-rencana, serta hasil-hasil kerja

27

Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public relations, cet. II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h. 23-25.


(43)

institusi dan juga memberi pengertian kepada masyarakat tentang peraturan dan perundang-undangan dan segala sesuatu yang

berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.28

2) Public Relations Industri dan Bisnis

Public Relations di sini merupakan fungsi manajemen yang turut menentukan suksesnya operasi suatu perusahaan. Public relations industri tidak dapat dilepaskan dari prinsip ekonomi. Sebab industri dan bisnis memiliki orientasi pada

keuntungan (profi oriented). Beberapa penerapan public relations

dalam industri dan bisnis meliputi hubungan dengan pelanggan, peran public relations terhadap marketing, hubungan dengan

pemegang saham, karyawan, pers,dan dengan pemerintahan.29

3) Public Relations Sosial

a) Public relations penegak hukum

Penegak hukum perlu mendengarkan dan tanggap terhadap kepentingan umum supaya mereka dapat membantu masyarakat dengan baik. Termasuk dalam hal ini public relations yang berada dalam kepolisian.

b) Public relations organisasi keagamaan

Organisasi-organisasi keagamaan sekarang banyak memiliki staf public relations yang mengurusi publikasi,

publisitas, penerangan, pengumpulan dana dan

penyelenggaraan special event.

c) Public relations profesi

Tujuan utama dari penerapan public relations profesi adalah untuk mendapat pengakuan akan ke profesionalan dan publikasi tentang apa yang telah dilakukan bagi kepentingan masyarakat banyak.

28

Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas, h. 37.

29


(44)

30

d) Public relations organisasi sukarela

Organisasi sukarela memerlukan nasihat ahli public

relations dan menggunakan pendekatan kehumasan.30

3. Strategi Public Relations

Menurut Ahmad S. Adnanputra, strategi public relations adalah

alternative optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public relations dalam kerangka suatu rencana public relations (public relations plan).31 Dapat juga dikatakan bahwa strategi public relations adalah suatu kerangka langkah optimal melalui penggunaan media yang

terencana untuk mencapai tujuan public relations. Terdapat tiga jenis

strategi public relations sebagai berikut:

a. Strategi persuasif

Strategi persuasif memiliki ciri-ciri:

1) Informasi atau pesan yang disampaikan harus berdasarkan pada

kebutuhan atau kepentingan khalayak sebagai sasarannya.

2) Public relations sebagai komunikator dan sekaligus mediator berupaya membentuk sikap dan pendapat yang poistif dari masyarakat melalui rangsangan atau stimulasi.

3) Mendorong publik untuk berperan serta dalam aktifitas perusahaan

atau organisasi agar tercipta perubahan sikap dan penilaian

30

Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas, h. 41-43.

31

Rosady Ruslan, Manajemen Public relations dan Media Komunikasi (konsepsi dan Aplikasi), Edisi revisi, cet. 8. (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2007),h. 134.


(45)

4) Perubahan sikap dan penilaian dari publik dapat terjadi maka pembinaan dan pengembangan terus-menerus dilakukan agar peran

serta tersebut terpelihara dengan baik.32

b. Strategi melalui kontribusi pada tujuan dan misi perusahaan (strategi

edukatif-informatif):

1) Menyampaikan fakta dan opini yang ada di dalam maupun di luar

perusahaan.

2) Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari

perubahan yang terjadi secara historis

3) Melakukan analisa SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities,

Threats).

c. Strategi yang dibentuk oleh dua komponen

1) Komponen sasaran

Yaitu satuan atau segmen yang akan digarap (stakeholder yangdipersempit menjadi publik sasaran (target publik).

2) Komponen sarana

Yaitu melalui pola dasar „The 3 C’s options’ yaitu :

a) Conservation (mengukuhkan). b) Change (mengubah).

c) Crystallization (mengkristalkan).33

32

Ahmad kurnia, SPd,MM, artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2013 dari

http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/search/label/Public%20Relations.

33

Rosady Ruslan, Manajemen Public relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) h. 135.


(46)

32

Tabel 1. Strategi Dua Komponen

Komponen Pembentukan strategi public relations

Komponen sasaran

Satuan atau segmen yang akan digarap Komponen

sarana

Paduan atau bauran sarana untuk menggarap suatu sasaran

Adapun tahap-tahap kegiatan strategi public relations ini adalah

pertama yaitu komponen sasaran, umumnya adalah para stakeholders yang

dipersempit menjadi publik sasaran melalui upaya segmentasi yang

dilandasi “seberapa jauh sasaran tersebut menyandang opini bersama,

potensi polemik, dan pengaruhnya bagi masa depan organisasi, lembaga,

nama perusahaan dan produk yang menjadi perhatian khusus”. Maksud

sasaran disini adalah publik sasaran (target publik).

Tabel 2. Pola Dasar The 3-C’s Options

Komponen Strategi public relations

Mengukuhkan (conservation) Terhadap opini yang aktif- pro (propenen)

Mengubah (change) Terhadap opini yang aktif-contra

(openen)

Mengkristalisasi (cristalliation) Terhadap opini yang pasif (uncommitted)

Kedua, komponen sarana pada strategi PR berfungsi untuk mengarahkan tiga kemungkinan tersebut ke arah yang menguntungkan.

Hal tersebutdilaksanakan melalui pola dasar „The 3 C‟s options‟ yaitu


(47)

(mengkristalkan) dari stakeholder yang disegmentasikan menjadi publik sasaran.

B. Marketing Public Relations

1. Pengertian Marketing Public Relations

Menurut Thomas L. Harris marketing public relations adalah proses perencanaan dan pengevaluasian program-program yang mendorong pembelian dan kepuasan pelanggan melalui komunikasi berisi informasi yang dapat dipercaya den kesan yang menggambarkan perusahaan dan

produknya sesuai dengan kebutuhan pelanggan.34

Secara umum marketing public relations merupakan suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang dapat merangsang pembelian dan kepuasan konsumen melalui pengkomunikasian informasi yang dapat dipercaya dan melalui kesan-kesan positif yang ditimbulkan dan berkaitan dengan identitas perusahaan atau produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan bagi

para konsumennya.35

2. Tujuan Marketing Public Relations

Menurut Rosady Ruslan, terdapat beberapa tujuan marketing public relations, yaitu:

1) Menumbuhkembangkan citra positif perusahaan kepada public

eksternal atau masyarakat dan konsumen.

34Iman Mulyana Dwi Suwandi, “Marketing

Public Relations,” artikel diakses pada tanggal 24 Juni 2013 dari www.e-iman.uni.cc

35


(48)

34

2) Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan

perusahaan.

3) Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relations

4) Efektif dalam embangun pengenalan merek dan pengetahuan merek.

5) Mendukung bauran pasar.36

3. Perbedaan Marketing dan Public Relations

Sangat sulit menentukan perbedaan antara Public Relations dan

Pemasaran(marketing), bahkan terkesan tidak jelas. Kedua bidang ini

saling mempengaruhi dan sangat penting dimiliki oleh sebuah perusahaan atau organisasi. Public Relations dan Pemasaran menentukan sukses atau tidaknya sebuah perusahaan. Namun, yang menjadi dasar perbedaan dari

public relations dan marketing adalah pemasaran(marketing) dimaksudkan

untuk suatu strategi yang dijalankan oleh sebuah perusahaan dalam hal promosi produknya kepada masyarakat. Sedangkan Public Relations

adalah penunjang keefektifan jalannya sebuah strategi marketing tersebut.

C. Komunikasi Persuasif

1. Pengertian Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa

latin yakni communicare dan persuasion. communicare berarti

berpartisipasi, memberitahukan atau menjadi milik bersama.37 Sedangkan

36Iman Mulyana Dwi Suwandi, “Marketing

Public Relations,” artikel diakses pada

tanggal 24 Juni 2013 dari www.e-iman.uni.cc

37

Soleh Soemirat dan Asep Suryana, Komunikasi Persuasif, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 1.20.


(49)

persuasio berarti membujuk, merayu, mengajak atau meyakinkan.38 Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, persuasi diartikan sebagai bujukan; ajakan yang diajukan kepada seseorang dengan menjanjikan

harapan yang baik untuk meyakinkan.39

Menurut Jalaludin Rakhmat, persuasi adalah salah satu teknik komunikasi yang menekankan pada proses mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga

orang tersebut bertindak seperti kehendaknya sendiri.40

Andersen (1972) mengartikan persuasi sebagai suatu proses komunikasi interpersonal. Komunikator berupaya dengan lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima. Jadi secara sengaja

merubah sikap atau kegiatan seperti yang diinginkan komunikator.41

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi persuasif adalah suatu proses komunikasi berupa bujukan, rayuan atau ajakan yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku seseorang seperti yang diinginkan oleh komunikator tanpa adanya paksaan, tetapi melalui kesadaran sendiri.

38

Onong Uchana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Pendekata Komunikologis, h. 79.

39

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Edisi Pertama, h. 1146.

40

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 155-156.

41


(50)

36

2. Unsur-Unsur Komunikasi Persuasif

a. Komunikator (Source/Persauder)

Dalam komunikasi persuasif, komunikator disebut “persuader” yaitu

orang dan atau sekelompok orang yang menyampaikan pesan dengan tujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain,

baik secara verbal maupun nonverbal.42 Persuader dituntut untuk

memilki kredibilitas dan daya tarik, baik secara fisik maupun

psikologis.43

b. Pesan (Message)

Pesan adalah sesuatu yang perlu disampaikan dari persuader kepada

persuade. Dalam menyajikan pesan komunikasi persuasif dapat dilakukan dengan melihat tujuannya, yakni menarik perhatian,

meyakinkan, dan menyentuh atau menggerakkan.44 Secara umum ada

tiga aspek yang terkait langsung dengan pengorganisasian pesan dalam komunikasi persuasif, yakni sisi pesan, susunan penyajian, dan

pernyataan kesimpulan.45

c. Media (Medium)

Media merupakan saluran pembawa pesan kepada komunikan. Media pula yang menerjemahkan pesan-pesan tersebut agar dapat dicapai

oleh khalayak.46

42

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 157.

43

Liestianingsih Dwi Dayanti dan Frida Kusumastuti, Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 5.25.

44

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 160.

45

Liestianingsih Dwi Dayanti dan Frida Kusumastuti, Hubungan Masyarakat, h. 5.25.

46


(51)

d. Komunikan (Persuadee)

Persuadee adalah orang dan/atau kelompok orang yang menjadi tujuan pesan itu disampaikan/disalurkan oleh persuader/komunikator baik

secara verbal maupun non verbal. Menurut Mar’at(1982) walaupun

telah menerima pesan dari persuader, namun sikapnya belum tentu

berubah.47 Beberapa hal yang menentukan komunikan dalam

merespons pesan-pesan persuasif antara lain keyakinan, sikap dan

nilai-nilai yang dimiliki oleh komunikan.48

e. Efek (Effect)

Dalam komunikasi persuasif efek yang ingin dicapai adalah adanya perubahan baik secara kognitif (berkaitan dengan pendapat, pandangan dan opini komunikan), afektif (berhubungan dengan emosi dan kondisi psikologis komunikan) maupun behavioral (berhubungan dengan sikap

dan perilaku yang timbul sebagai akibat dar penerimaan pesan).49

f. Feed Back

Feed back dapat diartikan sebagai tanggapan, umpan balik, jawaban atau respon komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya

dapat diterima dan berjalan.50

Secara umum, proses komunikasi dibangun oleh tiga unsur yaitu komunikator , pesan, dan komunikan. Akan tetapi, selain tiga unsur

47

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 162.

48

Liestianingsih Dwi Dayanti dan Frida Kusumastuti, Hubungan Masyarakat, h. 5.26.

49

Liestianingsih Dwi Dayanti dan Frida Kusumastuti, Hubungan Masyarakat, h. 5.26.

50

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h. 46.


(52)

38

tersebut dapat juga ditambah dengan unsur-unsur yang lain, yaitu media,

efek (effect) dan feedback.

3. Metode Komunikasi Persuasif

a. Metode Asosiasi

Metode asosiasi adalah penyajian pesan komunikasi dengan jalan menumpangkannya pada suatu obyek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak.

b. Metode Integrasi

Metode integrasi adalah kemampuan seseorang untuk menyatukan diri dengan komunikan, dalam arti menyatukan diri secara komunikatif.

c. Metode Pay Off and Fear Arousing

Metode pay off (rewarding) adalah mengiming-iming dengan hal yang

menguntungkan atau memberi harapan-harapan yang baik.

Fear arousing (punishment) adalah menakut-nakuti atau menggambarkan konsekwensi yang buruk.

d. Metode Icing

Metode icing adalah menata pesan komunikasi dengan emotional

appeal sedimikian rupa, sehingga komunikan menjadi lebih tertarik.

e. Metode Red Herring

Metode Red Herring adalah cara seorang persuader mengelakkan

argumentasinya yang lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke segi yang dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh

dalam menyerang lawan.51

D. Wakaf Tunai

1. Pengertian Wakaf Tunai

Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok

orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.52 Wakaf

tunai (cash waqf/wakaf al-nuqud) dapat juga diartikan sebagai wakaf yang diberikan oleh muwakif/wakif (orang yang berwakaf) dalam bentuk uang

51

Roudhonah, Ilmu Komunikasi,h. 167-169.

52

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,

Pedoman Pengelolaan Wakaf tunai, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2006), h. 1.


(53)

tunai yang diberikan kepada lembaga pengelola wakaf (nadzir) untuk kemudian dikembangkan dan hasilnya untuk kemashlahatan umat,

sementara pokok wakaf uangnya tidak boleh habis sampai kapanpun.53

Wakaf uang adalah salah satu wakaf produktif. Dilihat dari dasar pelaksanaannya wakaf memang ditujukan untuk produktif agar hasilnya dapat lebih optimal. Untuk mengelola wakaf secara produktif, terdapat beberapa asas yang mendasarinya, yaitu :

a. Asas keabadian manfaat

b. Asas pertanggungjawaban

c. Asas profesionalitas manajemen

d. Asas keadilan sosial.54

Bank Indonesia memberikan defenisi wakaf tunai sebagai penyerahan aset wakaf berupa uang tunai yang tidak dapat dipindahtangankan dan dibekukan selain untuk kepentingan umum yang

tidak mengurangi ataupun menghilangkan jumlah pokok.55

Berdasarkan beberapa defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wakaf tunai merupakan salah satu wakaf produktif yang dilakukan

53

Ryan Indrawan, Strategi Pengelolaan Wakaf Uang pada Badan Wakaf Indonesia,

(Jakarta: FSH UIN JAKARTA, 2012), h. 16

54

Direktorat pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimas Islam, Departemen Agama RI, Wakaf for Beginners-Panduan Praktis untuk Remaja agar Mencintai Wakaf, (Jakarta: Direktorat pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimas Islam, Departemen Agama RI, 2009), h. 61.

55

Direktorat pemberdayaan Wakaf, Wakaf for Beginners-Panduan Praktis untuk Remaja agar Mencintai Wakaf, h. 91


(54)

40

seseorang atau kelompok orang dalam bentuk uang tunai yang tidak dapat dipindahtangankan selain untuk kepentingan umum.

2. Dasar Hukum Wakaf tunai

Wakaf tunai diperbolehkan berdasarkan firman Allah, hadits Nabi, dan pendapat ulama, yaitu :

a. Firman Allah

                        Artinya:

“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah

mengetahui”. (QS : Ali Imran ayat 92)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa seseorang tidak akan mencapai tingkat kebaikan di sisi Allah, sebelum ia dengan ikhlas menafkahkan di jalan Allah harta yang dicintainya. Dalam ayat ini dikemukakan juga kapan dan bagaimana sehingga nafkah seseorang dapat bermanfaat. Yakni, bahwa yang dinafkahkan hendaknya harta

yang disukai, karena Kamu sekali-kali tidak meraih kebajikan (yang

sempurna), sebelum kamu menafkahkan dengan cara yang baik dan

tujuan serta motivasi yang benar yakni sebagian dari harta benda yang kamu sukai. Jangan khawatir akan merugi atau menyesal dengan pemberian yang tulus, karena apa saja yang telah dinafkahkan baik itu


(55)

dari harta yang disukai ataupun yang tidak disukai karena sesungguhnya Allah maha mengetahui dan Allah yang akan

memberikan ganjaran baik di dunia maupun diakhirat kelak .56

Dari segi agama, kebaikan bukan hanya terletak pada shalat dan ibadah. Membantu orang-orang lemah dan memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat juga merupakan tugas seorang muslimin. Maka sebaiknya harta yang diinfakkan merupakan sesuatu yang terbaik dan jangan bakhil terhadap jumlahnya.

Dalam infak, intinya adalah pada kualitas bukannya pada kuantitas, artinya baik walaupun sedikit. Dalam Islam, tujuan infak bukan hanya mengenyangkan perut orang-orang lapar, melainkan pertumbuhan ekonomi yang menafkahkan juga dimaksudkan. Menghilangkan keterikatan hati dari mahbub imajinasi dan khayali

menyebabkan mekarnya jiwa kedermawanan dan pengorbanan.57

                                           Artinya:

“perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas

(Karunianya) Lagi Maha Mengetahui” (QS : Al-Baqarah ayat 261) Dalam ayat ini Allah swt. menggambarkan keberuntungan orang yang suka membelanjakan atau menyumbangkan harta bendanya

56

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an), cet. I, Vol. 2, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2000), h. 142.

57

Artikel diakses pada tanggal 12 Mei 2013 dari http://rumahislam.com/tafsir-depag-ri/158-qs-003-al-imran/1035-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-092.html


(56)

42

di jalan Allah, yaitu untuk mencapai keridaan-Nya. Hubungan antara infak dan hari akhirat adalah erat sekali karena sebagaimana diketahui, seseorang tak akan mendapat pertolongan apa pun dan dari siapa pun pada hari akhirat itu, kecuali dari hasil amalnya sendiri selagi ia masih di dunia, antara lain amalnya yang berupa infak di jalan Allah.

Ayat ini juga berpesan kepada yang berpunya agar tidak merasa berat membantu, karena apa yang dinafkahkan akan tumbuh berkembang dengan berlipat ganda. Ayat ini menyebut angka tujuh. Angka tersebut tidak harus dipahami angka yang di atas enam dan di bawah delapan, tetapi ia serupa dengan istilah seribu satu yang tidak berarti angka di bawah seribu dua dan di atas seribu. Angka ini dan itu berarti banyak. Bahkan pelipat gandaan itu tidak hanya tujuh ratus kali, tetapi lebih dari itu, karena Allah terus menerus melipatgandakan bagi

siapa saja yang Dia kehendaki.58

Pada akhir ayat ini Allah swt. menyebutkan dua sifat di antara sifat-sifat-Nya, yaitu Maha Luas dan Maha Mengetahui. Maksudnya, Allah Maha Luas rahmat-Nya kepada hamba-Nya, karunia-Nya tak terhitung jumlahnya. Dan Maha Mengetahui siapakah di antara hamba-hamba-Nya yang patut diberi pahala yang berlipat-ganda, yaitu mereka yang suka menafkahkan harta bendanya untuk kepentingan umum, untuk menegakkan kebenaran, dan untuk kepentingan pendidikan

58

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an), cet. X, Vol. 1, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2007), h. 567.


(1)

uang? Kenapa wakaf melalui uang? Nah itu tadikan banyak masyarakat yang ingin tahu. Dan itu gak hanya terjadi di divisi humas saja, tetapi juga ketika kita keluar dari kantor maupun ada dlingkungan keluarga kita, kita pun juga istilahnya menjadi duta wakaf secara tidak langsung. Jadi memang semuanya melakukan hal itu.

12. Apakah strategi tersebut sudah sejalan dengan dengan visi dan misi BWI? Jawab: Kalau sejalan dan seiring, kita kita memang sudah di atur dengan undang-undang dari pemerintah yang mengatur fungsi dan tugas BWI. Tetapi memang efektif atau tidaknya tergantung dari elemen-elemen lain. Katakanlah kecukupan dari SDM kita. Itu yang pertama. Kalau yang kedua terkait dengan pendanaan orgnisasi seperti itu. Tetapi untuk sejalan dan seiring memang sudanh sejalan dengan undang-undang. Tapi memang untuk pendanaan untuk organisasi dari pemerintah memang belum maksimal.

13. Bagaiamana hasil yang didapatkan bwi dalam kurun waktu 1 tahun (2012)? Jawab: Jadi begini, BWI periode pertama dari tahun 2007 sampe tahun 2011 itu fokus di memantapkan sosial regulasinya, selain peraturan atau undang-undang kita kan juga butuh job desc yang lebih detail. Nah diperiode pertama itu kita memang fokus untuk menyempurnakan detail di lapangan itu menurut saya sudah sangat optimal dengan banyak peratuan BWI yang cukup banyak mengatur hal-hal yang tidak diatur di Undang-Undang maupun di PP ini menunjukkan bahwa kita sudah memenuhi di sisi Undang-Undang. Termasuk juga pembentukan BWI yang tadinya back up dari segi pendanaan dan SDM masih terbatas, kini kita sudah memiliki perwakilan di sepuluh daerah di


(2)

tambah lagi dengan di daerah-daerah yang lain itu juga membuktikan bahwa kita dalam progress yang tepat walaupun itu belum maksimal itu yang kedua. Yang ketiga kalau berbicara tentang wakaf uang sesuai dengan undang-undang itu dapat dikatakan cukup berhasil dibandingkan dengan nazhir-nazhir yang lain. Beda ya dengan bentuk wakaf melalui uang seperti dompet dhuafa atau muammalat, itu memang wakaf melalui uang yang memang dari segi operasionalnya itu tidak sesuai dengan undang-undang. Karena kalau dari kita kan memang harus menyelenggarakan sesuai dengan undang-undang, dan itu lebih ribet dan kurang menarik dari segi pengelolaan wakaf. Tapi dari segi tidak menarik dan sifatnya yang kaku itupun kita cukup banyak mendapatkan penghimpunan yang cukup besar. Dan sekarang kita sedang membangun rumah sakit ibu dan anak di Serang Banten, ini juga sudah cukup menjadi indicator keberhasilan kita untuk mengaplikasikan proses penyelenggaraan wakaf itu sesuai dengan undang-undang. Minimal ada progrresnya lah seperti itu.

14. Apakah tujuan akhir dari strategi tersebut?

Jawab: yang pertama itu dikembalikan lagi ke visi dan misi BWI. Yang pertama kan mengembangkan perwakafan di Indonesia. Tentu sajakan muaranya itukan pengembangan wakaf di Indonesia menjadi lebih maju, lebih profesional, juga masyarakat jadi lebih paham tentang wakaf. Yang kedua keberhasilan kita bukan dari segi penghimpunannya yang menjadi indikator utamanya, tapi seberapa banyak orang-orang yang terbantu dari pengelolaan filantropi itu. Justru itu kebalik, selama ini kan orang


(3)

menganggap kebrhasilannya dilihat dari seberapa banyak penghimpunannya, mereka tidak tahu bahwa sebenarnya muaranya itu adalah seberapa banyak orang yang terlepaskan dari kemiskinan dari dana wakaf, zakat, maupun infaq dan sedekah.

15. Bagaimana opini masyarakat (nasabah) terhadap BWI?

Jawab: ini kembali lagi kepada sosialisasi lagi. Opininya sih kalau orang sudah tahu tentang wakaf, sudah tahu tentang BWI. Mereka baru ngerti ternyata ada BWI nih, ternyata ada wakaf uang yang bisa kita berwakaf melalui instrumen-instrumen perbankan syariah yang menjadi mitra BWI, misalnya wakaf itu bisa lewat ATM, atau setor langsung, atau bisa juga cash delivery. Nah itu kan sebenarnya jetika orang tahunya wakaf tanah saja, nah ternyata ada pemikiran baru tentang wakaf uang. Nah orang kan jadi tahu ternyata ada wakaf tentang uang. Jadi memang kuncinya ketika orang sudah tahu atau sudah paham tentang wakaf, tidak susah untuk mengarahkan mereka untuk berwakaf, seperti itu. Semakin sosialisasi ditingkatkan, kitakan semakin berharap orang-orang paham tentang wakaf.

16. Apakah perbedaan BWI dengan organisasi pengelolaan wakaf yang lain? Jawab: di Undang-Undang ini, BWI memiliki dua fungsi utama. Yang pertama sebagai regulator yang kedua sebagai operator. Yang pertama memang kita lebih mengedapnkan sisi regulatornya, kita memperkuat peraturannya. Yang kedua dari sisi operator, ini memang agak bias juga. Satu sisi sebagai regulator, satu sisi sebagai operatornya. Sebenarnya ini tidak boleh. Tapi memang latar belakang BWI ini menjadi operator atau nazhir, itu


(4)

memang yang pertama dilatarbelakangi Indonesia itu belum ada model nazhir yang ideal, terutama nazhir wakaf uang. Karena sebelum BWI dibentuk kebanyakan ada wakaf melalui uang. Jadi ketika orang berwakaf, uang itu langsung dipakai untuk membangun atau dibelikan barang lainnya. Sedangkan kalu di Undang-Undang wakaf Indonesia uang itu masuk dulu ke LKS PWU, dikelola melalui instrumen-instrumen perbankan syariah baru hasilnya itu dimanfaatkan. Itukan dua hal yang berbeda, makanya karena belum ada model nazhir wakaf uang, maupun nazhir yang skalanya nasional maupun internasional dibentuklah BWI. BWI dibentuk sebagai regulator dan operator dengan harapan menjadi nazhir wakaf yang skalanya nasional maupun internasional dan juga sebagi nazhir wakaf uang.


(5)

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Nurkaib

Jabatan : Staff Divisi Hubungan Masyarakat Badan Wakaf Indonesia Tanggal : 13 Mei 2013

1. apakah alasan/sebab berdirinya BWI?

Jawab: BWI berdiri atas amanat UU No 41. Tahun 2004 Tentang Wakaf. UU tsb bisa diunduh di website www.bwi.or.id

2. bagaimana kondisi BWi dari semenjak didirikan sampai sekarang?jelaskan. jawab: Kondisinya baik-baik saja. Silakan unduh file laporan wakaf uang bwi di situs untuk mengetahui perkembangan bwi.

3. bagaimana/apa saja strategi public relations yang diterapkan oleh BWI dalam mensosialisasikan wakaf tunai? Jelaskan

jawab: Sosialisasi wakaf tunai kami lakukan melalui website, radio, televisi, media cetak, dan beberapa alat promosi lainnya, seperti kalender, spanduk, dan buku profil BWI.

4. apa saja langkah-langkah yang dilakukan BWI dlam menerapkan Strategi tersebut?jelaskan

jawab: Kami perbarui informasi di situs kami secara berkala; adakan rubrik tanya-jawab di situs; selenggarakan talkshow, buat rilis berita ke media massa, dan lain-lain.


(6)

5. apakah BWI menerapkan strategi komunikasi persuasi? tolong anda jelaskan jawab: Semua sosialisasi kami lakukan secara persuasif

6. ada beberapa metode komunikasi persuasif, salah satunya metode pay off (memberikan ganjaran atau iming-iming) dan fear rousing (menakut-nakuti). apa kah BWI menerapkan metode itu dalam mensosialisasikan wakaf tunai? misalnya ketika berwakaf akan diberi hadiah atau ketika tidak berwakaf akan mendapatkan akibatnya seperti itu.

Jawab: Kami hanya mengiming-imingi calon wakif dengan pahala yang terus mengalir sebagaimana dijanjikan Allah Swt. Iming-iming lain, yang bersifat materi, belum pernah kami berikan. '

Mengetahui