55
Peneliti melakukan wawancara kepada pemilik UD.Mitra Cahaya sebagai informan kunci, pengelola UD.Mitra Cahaya sebagai informan utama
dan konsumen UD.Mitra Cahaya sebagai informan tambahan.Wawancara dilakukan untuk menganalisis peranan strategi word of mouth marketing dalam
penjualan batik motif Sumatera Utara UD.Mitra Cahaya dan menganalisis keefektifan strategi word of mouth marketing dalam penjualan batik motif
Sumatera Utara UD. Mitra Cahaya. Selain itu, peneliti diharapkan dapat mencari alternatif strategi komunikasi pemasaran lain yang dapat dilakukan
UD. Mitra Cahaya dalam penjualan batik motif Sumatera Utara. Berikut adalah kutipan wawancara dengan pemilik, pengelola dan
konsumen UD. Mitra Cahaya.
a. Pemilik UD. Mitra Cahaya
Untuk menganalisis peranan strategi word mouth marketing dalam penjualan batik motif Sumatera Utara, peneliti melakukan wawancana kepada
pemilik UD.Mitra Cahaya yaitu Ibu Dra. Nur Cahaya Nasution. Peneliti mengajukan pertanyaan kepada pemilik UD. Mitra Cahaya
mengenai kendala yang dihadapi usaha batik motif Sumatera Utara yang dirangkum di dalam satu pertanyaan yaitu: Apa kendala utama yang dihadapi
usaha batik motif Sumatera Utara dalam semua bidang? Pemilik UD. Mitra Cahaya, Ibu Nur Cahaya Nasution 69 tahun
mengatakan: “Kendala utama yang kami hadapi saat ini adalah di bidang
produksi yaitu tenaga kerja yang sedikit.Tenaga kerja kami saat ini hanya berjumlah 18 orang.Melihat permintaan konsumen yang meningkat dan
Universitas Sumatera Utara
56
jumlah tenaga kerja yang sedikit, kami kewalahan untuk memproduksi batik dalam jumlah banyak.”
Dari jawaban Ibu Nur Cahaya tersebut, kendala utama yang dihadapi usaha beliau ini adalah sumber daya manusia yang sedikit terutama
tenaga kerja di bidang produksi.Ibu Nur Cahaya melihat permintaan konsumen semakin meningkat, namun tenaga kerjanya sangat sedikit dan
harus diperbanyak. Selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada pemilik UD.
Mitra Cahaya mengenai strategi untuk menghadapi kendala tersebut yang dirangkum di dalam satu pertanyaan yaitu: Apa strategi yang digunakan
untuk menghadapi kendala tersebut? Pemilik UD. Mitra Cahaya, Ibu Nur Cahaya Nasution 69 tahun
mengatakan: “Ada, strategi yang kami gunakan adalah dengan mendirikan
LKP.LKP itu Lembaga Keterampilan Pelatihan yang kami namakan Saudur Sadalanan yang berarti satu jalan.LKP ini didirikan untuk melatih siapa saja
yang mau belajar batik. Awalnya yaa ibu-ibu sekitar rumah dan anak-anak putus sekolah di daerah sekitar rumah kami ini. Disini kami harapkan tiap
orang harus pandai dan mahir sesuai pekerjaannya.Misalnya, ada yang pande mencanting, yaa dia harus mencanting.Dia pande menembok, dia
harus menembok.Dia pande melorod, yaa dia harus melorod.Jangan satu orang, bisa melakukan semuanya.Bisa menghambat produksi kami ke
depannya.” Dari jawaban Ibu Nur Cahaya tersebut, pemilik sudah mempunyai
Lembaga Keterampilan Pelatihan untuk mengatasi kendala tersebut.Lembaga Keterampilan Pelatihan tersebut diharapkan memunculkan tenaga kerja baru
Universitas Sumatera Utara
57
yang mahir sesuai pekerjaannya dan dapat meningkatkan produksi ke depannya.
Selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada pemilik UD. Mitra Cahaya mengenai pesaing di sekitar usaha yang dirangkum di dalam
satu pertanyaan yaitu: Apakah ada pesaing-pesaing sejenis di lokasi sekitar usaha ini dan apa yang membedakan pesaing tersebut dengan UD. Mitra
Cahaya? Pemilik UD. Mitra Cahaya, Ibu Nur Cahaya Nasution 69 tahun
mengatakan: “Saat ini hanya ada 2 pesaing kami yaitu menantu saya yang
sudah saya serahkan usaha itu pada tahun 2009 di Gang Musyawarah.Kami sudah tidak bersama lagi dan dia juga fokus pada tenun.Nama usahanya
Ardina Batik.Selain itu, ada di daerah PIK Menteng, namanya Batik Pelopor.Yang membedakan batik kami dengan batik mereka adalah dari
motif-motif batik yang kami produksi.Kami lebih banyak menampilkan semua etnis yang ada di Sumut, tidak fokus pada satu etnis misalnya Batak.Kami
banyak menawarkan warna yang selama ini orang tahu batik Sumut warnanya merah hitam putih.Kami juga menerima pesanan produksi sedikit
sesuai dengan selera konsumen.” Dari jawaban Ibu Nur Cahaya Nasution tersebut, pesaing sejenis di
sekitar lokasi usaha hanya ada dua yaitu Ardina Batik dan Batik Pelopor.Yang membedakan UD. Mitra Cahaya dengan pesaing lainnya adalah
motif batik yang mereka tawarkan, kaya akan warna batik dan pelayanan pesanan batik sesuai dengan selera konsumen.
Selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada pemilik UD. Mitra Cahaya mengenai komunikasi pemasaran yang digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
58
menjual batik motif Sumatera Utara yang dirangkum di dalam satu pertanyaan yaitu: Apakah usaha ini memiliki strategi komunikasi pemasaran
dalam menjual batik motif Sumatera Utara? Pemilik UD. Mitra Cahaya, Ibu Nur Cahaya Nasution 69 tahun
mengatakan: “Kami tidak memiliki strategi komunikasi pemasaran, hanya kami
selalu ikut pameran-pameran yang diadakan pemerintah. Dari situ banyak orang mengenal batik kami”
Dari jawaban Ibu Nur Cahaya diatas, usaha tidak mempunyai strategi khusus untuk menjual batik motif Sumatera Utara.Mereka hanya
mengikuti pameran-pameran sehingga melalui dari pameran itu konsumen dapat mengenal batik motif Sumatera Utara.
b. Pengelola UD. Mitra Cahaya