90 Air terjun Campuran Harimo sebenarnya sudah lama diketahui masyarakat
lokal, tetapi untuk pengembangan air terjun ini masih baru dikembangkan untuk mendukung produk air terjun Ponot. Sampai sekarang pengembangan air terjun
Campuran Harimau dilakukan secara berkala oleh masyarakat lokal, karena air terjun ini tidak bisa dinikmati wisatawan setiap saat.
4.2. Strategi Pengembangan yang Dilakukan Oleh Masyarakat Lokal
Pengembangan sebuah DTW tidak bisa hanya dikembangkan satu pihak saja, harus ada kerjasama antar pihak seperti; pihak pengelola , pihak swasta,
pihak pemerintah dan masyarakat setempat. Bambang Sunaryo meyebutkan Konstuksi strategi Public-Private Partnership PPP atau kemitraan pemerintah-
swasta dalam proses pembangunan kepariwisataan merupakan salah satu cara yang sangat strategis dalam penyediaan infrastruktur dan pelayanan publik, yang
dalam hal ini pihak pemerintah tetap bertanggung jawab dan harus akuntabel bagi penyediaan jasa publik dan tetap menjaga kelangsungan kepentingan publik. PPP
adalah salah satu cara yang sangat efektif dalam menggerakkan roda perekonomian. Dalam PPP diharapkan semua pihak pemerintah, masyarakat dan
swasta menjalin kerjasama yang solid, adil dan transparan. Strategi pengembangan PPP Publik-Privte Partenership dalam
pengembangan air terjun Ponot tidak berjalan lancar, dimana pengembangan dari pihak pemerintah dan swasta tidak ada. Pengembangan air terjun Ponot hanya
mengandalkan kerja keras dari masyarakat setempat dan pihak pengelola saja, kerjasama dengan pihak swasta telah dicoba pihak pengelola tetapi tidak ada yang
91 berjalan dengan lancar, setiap program yang dibuat pihak swasta hanya berjalan
setengah jalan. Penyediaan infrastruktur membutuhkan perencanaan yang matang dan
modal yang cukup besar, pengembangan produk pariwisata yang berbasis masyarakat atau pengembangan pariwisata hanya dilakukan masyarakat lokal
sering terkendala karena kekurangan modal. Pengelolaan air terjun Ponot mulai dibuka sampai saat ini belum bisa membangun sarana dan prasarana secara
masksimal karena kekurangan modal, pengelolaan air terjun Ponot berbasis masyarakat tanpa ada bantuan dari pemerintah daerah maupun bantuan dari pihak
swasta menjadi kendala utama pengembangan sarana dan prasarana air terjun Ponot. Pengelola air terjun Ponot sudah menjalin kerjasama dengan beberapa
pihak pengembang pariwisata seperti Musfika yang bergerak dibidang transportasi pariwisata, tetapi kerjasama ini tidak berjalan dengan baik, sehingga harapan
pemenuhan transportasi ke tempat wisata air terjun Ponot sampai saat ini masih mengandalkan transportasi yang ada.
Pemerintah daerah Asahan sebenarnya bukan tutup mata dengan pengembangan air terjun Ponot, tetapi penolakan dari masyarakat membuat pihak
pemerintah daerah menyerahkan sepenuhnya pengelolaan air terjun Ponot pada masyarakat setempat. Dana pengembangan air terjun Ponot hanya mengandalkan
dana dari uang kas tempat wisata, sementara dana yang dibutuhkan dalam pengembangan air terjun dan pembangunan sarana dan prasarana sangat besar.
Pengembangan air terjun Ponot sebenarnya bisa melibatkan beberapa pihak, salah satunya adalah pihak pemerintah daerah dan pihak PT. Inalum, tetapi
92 penolakan selalu dilakukan masyarakat lokal, karena masyarkat lokal takut
pengelolaan air terjun Ponot tidak transparan dan pengelolaan air terjun Ponot tidak melibatkan masyarakat lokal. Hasil lapangan ditemukan bahwa peran
pemerintah dalam strategi pengembangan air terjun Ponot tidak ada maka penulis hanya menjelaskan strategi pengembangan yang dilakukan pihak pengelola
tempat wisata masyarakat setempat. Strategi pengembangan dari pihak pengelola air terjun Ponot selaku satu- satunya pihak pengembang air terjun Ponot
yaitu:
4.3. Strategi Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Ponot Oleh Masyarakat Lokal