Kadar Legitimasi Otonomi Daerah

menerus, tetapi mampu pula mentransformasikan tuntutan menjadi kebijakan umum. Ketiga objek legitimasi ini meliputi komunitas politik, rezim dan pemerintahan. Sementara itu, Andrian menjelaskan lima objek dalam sistem politik yang memerlukan legitimasi agar suatu sistem politik tetap berlangsung secara fungsional. Kelima objek legitimasi ini meliputi, masyarakat politik, hukum, lembaga politik, pemimpin politik dan kebijakan. Kedua pendapat itu sesungguhnya sama saja maknanya karena masyarakat politik sama dengan komunitas politik, hukum sama dengan rezim, lembaga politik dan pemimpin politik sama dengan pemerintah. Namun berdasarkan pendapat Easton, tidak terkandung unsur kebijakan secara eksplisit. Pendapatnya dianggap kurang lengkap. Berbeda dengan Andrian yang lebih lengkap. Apabila pengertian legitimasi dilihat sebagai dukungan yang diberikan olwh masyarakat, kelima objek legitimasi mempunyai hubungan kumulatif. Artinya, kalau objek pertama tidak mendapat dukungan, objek kedua, dan seterusnya tidak akan mendapat dukungan dari masyarakat. Hal ini disebabkan sifatnya yang hierarkis, yakni objek kelima ditentukan objek keempat, objek keempat ditentukan objek ketiga demikian seterusnya. Yang dimaksud legitimasi terhadap komunitas politik adalah adanya kesediaan para anggota masyarakat yang berasal dari berbagai kelompok yang berbeda latar belakang untuk hidup secara rukun sebagai komunitas. Apabila masih terdapat berbagai upaya didalam masyarakat legitimasi terhadap komunitas politik dapat dikatakn masih rendah. Hal ini berarti dukungan terhadap konstitusi, lembaga politik, pemimpn politik dan kebijakan yang dibuat juga masih rendah. Apabila dukungan terhadap komunitas politik belum cukup tinggi, dalam masyarkat terdapat masalah penciptaan identitas nasional. Kalau dalam masyarakat belum terdapat dukungan yang bulat terhadap hukum, dalam masyarakat terdapat krisis konstitusi. “Manakala dukungan terhadap lembaga – lembaga politik masih lemah, dalam masyarakat terdapat krisis kelembagaan. Krisis kepemimpinan akan terjadi pada masyarakat yang kurang mempercayai para pemimpin – pemimpin politik. Jadi, krisis kebijakan akan terjadi apabila masyarakat menilai kebijakan pemerintah hanya menguntungkan sekelompok kecil. Dengan demikian, kelima objek legitimasi kurang mendapat pengakuan dan dukungan dari masyarakat. Lalu sistem politik akan menghadapi krisis legitimasi”. 19 19 Ramlan Surbakti. Op.Cit . Hal 120

I.5.4.2 Kadar Legitimasi

Universitas Sumatera Utara Sehubungan dengan legitimasi atau jumlah dukungan terhadap kewenangan, legitimasi dikelompokkan menjadi empat tipe, keempat kadar legitimasi ini meliputi pralegitimasi, berlegitimasi, tak berlegitimasi dan pascalegitimasi. Kadar legitimasi terhadap kewenangan ditentukan dengan sikap yang memerintah dan diperintah. Apakah menerima secara moral mengikat kebenaran hak untuk memerintah? Mengapa kadar legitimasi juga ditentukan dengan sikap yang memerintah? Jawaban atas pertanyaan – pertanyaan ini adalah karena yang memerintah juga berupaya keras untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat hingga selalu pula meyakinkan masyarakat bahwa pemerintahannya mendapatkan dukungan masyarakat. Yang termasuk pengertian yang diperintah, pada umumnya, bukan hanya penduduk,tetapi juga berbagai kelompok sosial yang tidak melaksanakan kekuasaan secara aktual namun mempunyai kekuasaan potensial. Pada masyarakat yang sistem politiknya belum stabil, menjadi keharusan bagi yang memerintah untuk mendapatkan dukungan dari kelompok itu, seperti militer, birokrasi, golongan agama, tuan tanah dan intelektual, sedangkan dukungan massa tidak memiliki kekuasaan. Dalam kenyataan, yang penting sering kali dukungan sebagai penduduk yang aktif secara politik. Suatu hubungan kewenangan disebut sebagai pralegitimasi apabila pihak yang memerintah sangat yakin memiliki hak moral untuk memerintah masyarakat. Sebaliknya banyak pihak dari yang diperintah belum mengakui hak moral. Kewenangan yang tidak berlegitimasi adalah hubungan kewenangan tatkala pihak yang diperintah tidak mengakui hak moral penguasa untuk memerintah, sedangkan pihak yang memerintah secara terus menerus mempertahan kekuasaannya dengan berbagai cara yang bercorak kekerasan. Berbeda dengan kewenangan yang berlegitimasi, yakni kewenangan dimana yang diperintah mengakui dan mendukung hak moral penguasa untuk memerintah. Pemerintah yang terbentuk merupakan hasil pemilihan umum. Dalam hal ini pemilihan umum yang dijalankan secara umum, bebas, rahasia, serta jujur dan adil. Dan kewenangan pasca legitimasi adalah “dasar legitimasi yang lama dianggap tidak sesuai lagi dengan aspirasi masyarakat dan telah muncul legitimasi baru yang mengkehendaki suatu kewenangan atas dasar legitimasi baru tersebut”. 20 Setiap sistem politik termasuk yang paling menindas sekalipun memerlukan legitimasi dari rakyat. Akibatnya, pemerintah yang berkuasa berupaya keras untuk mendapatkan dan mempertahankan legitimasi kewenangannya. Cara – cara yang digunakan untuk mendapatkan

I.5.4.3 Cara Mendapatkan Legitimasi