Sehubungan dengan legitimasi atau jumlah dukungan terhadap kewenangan, legitimasi dikelompokkan menjadi empat tipe, keempat kadar legitimasi ini meliputi
pralegitimasi, berlegitimasi, tak berlegitimasi dan pascalegitimasi. Kadar legitimasi terhadap kewenangan ditentukan dengan sikap yang memerintah dan
diperintah. Apakah menerima secara moral mengikat kebenaran hak untuk memerintah? Mengapa kadar legitimasi juga ditentukan dengan sikap yang memerintah? Jawaban atas
pertanyaan – pertanyaan ini adalah karena yang memerintah juga berupaya keras untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat hingga selalu pula meyakinkan masyarakat bahwa
pemerintahannya mendapatkan dukungan masyarakat. Yang termasuk pengertian yang diperintah, pada umumnya, bukan hanya penduduk,tetapi juga berbagai kelompok sosial yang
tidak melaksanakan kekuasaan secara aktual namun mempunyai kekuasaan potensial. Pada masyarakat yang sistem politiknya belum stabil, menjadi keharusan bagi yang
memerintah untuk mendapatkan dukungan dari kelompok itu, seperti militer, birokrasi, golongan agama, tuan tanah dan intelektual, sedangkan dukungan massa tidak memiliki
kekuasaan. Dalam kenyataan, yang penting sering kali dukungan sebagai penduduk yang aktif secara politik.
Suatu hubungan kewenangan disebut sebagai pralegitimasi apabila pihak yang memerintah sangat yakin memiliki hak moral untuk memerintah masyarakat. Sebaliknya
banyak pihak dari yang diperintah belum mengakui hak moral. Kewenangan yang tidak berlegitimasi adalah hubungan kewenangan tatkala pihak yang diperintah tidak mengakui hak
moral penguasa untuk memerintah, sedangkan pihak yang memerintah secara terus menerus mempertahan kekuasaannya dengan berbagai cara yang bercorak kekerasan. Berbeda dengan
kewenangan yang berlegitimasi, yakni kewenangan dimana yang diperintah mengakui dan mendukung hak moral penguasa untuk memerintah. Pemerintah yang terbentuk merupakan
hasil pemilihan umum. Dalam hal ini pemilihan umum yang dijalankan secara umum, bebas, rahasia, serta jujur dan adil. Dan kewenangan pasca legitimasi adalah “dasar legitimasi yang
lama dianggap tidak sesuai lagi dengan aspirasi masyarakat dan telah muncul legitimasi baru yang mengkehendaki suatu kewenangan atas dasar legitimasi baru tersebut”.
20
Setiap sistem politik termasuk yang paling menindas sekalipun memerlukan legitimasi dari rakyat. Akibatnya, pemerintah yang berkuasa berupaya keras untuk mendapatkan dan
mempertahankan legitimasi kewenangannya. Cara – cara yang digunakan untuk mendapatkan
I.5.4.3 Cara Mendapatkan Legitimasi
20
IbidHal. 122
Universitas Sumatera Utara
dan mempertahankan legitimasi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu simbolis, materiil dan prosedural.
“Pertama simbolis berarti memanipulasi kecederungan – kecenderungan moral, emosional, tradisi, dan kepercayaan, dan nilai – nilai budaya pada umumnya dalam bentuk –
bentuk simbol. Penggunaan simbol – simbol untuk mendapatkan dan mempertahankan legitimasi cenderung bersifat ritualistic, sacral, retorik dan mercusuar. Kedua, materiil
ditempuh dengan cara menjanjikan dan memberikan kesejahteraan materiil kepada masyaraka, seperti menjamin tersedianya kebutuhan dasar, fasilitas kesehatan, dan
pendidikan, sarana produksi pertanian, sarana komunikasi dan transportasi, kesempatan kerja, dan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha dan modal yang memadai. Yang ketiga
prosedural, ditempuh dengan cara menyelenggarakan pemilihan umum untuk menentukan wakil rakyat, presiden dan wakil presiden dan para anggota lembaga tinggi Negara atau
referendum untuk mengesahkan suatu kebijakan umum”.
21
Dalam kenyataannya, para pemimpin pemerintah tidak hanya menggunakan satu tipe, tetapi juga kombinasi dua atau lebih dari kelima tipe sesuai dengan struktur dan tingkat
perkembangan masyarakatnya.
I.5.4.4 Tipe – Tipe Legitimasi
Berdasarkan prinsip pengakuan dan dukungan dari masyarakat terhadap pemerintah, legitimasi dikelompokkan menjadi lima tipe, yaitu legitimasi tradisional, legitimasi ideologi,
legitimasi kualitas pribadi, legitimasi prosedural, dan legitimasi instrumental.
Pertama , masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemimpin
pemerintahan karena pemimpin tersebut merupakan keturunan pemimpin berdarah “berdarah biru” yang dipercaya harus memimpin masyarakat. Tradisi ini selalu dipelihara dan
dilembagakan oleh pemimpin itu bersama keturunannya. Raja Hussein dari Jordania, Ratu Elizabeth dari Inggris dan Raja Bhumibol dari Thailand merupakan contoh Negara yang
diakui dan didukung oleh rakyat karena tradisi itu.
Kedua
, masyarakat memberikan dukungan kepada pemimpin pemerintahan karena pemimpin tersebut dianggap sebagai penafsir dan pelaksana ideologi. Ideologi yang
dimaksud tidak hanya yang doktriner sperti komunisme, tetapi juga pragmatis seperti liberalisme dan gabungan keduanya seperti ideologiPancasila di Indonesia.
Ketiga , masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemimpin
pemerintahan karena pemimpin tersebut memiliki kualitas pribadi berupa karisma maupun penampilan pribadi dan prestasi yang cemerlang dalam seni budaya tertentu.
Keempat , masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemimpin
pemerintahan karena pemimpin tersebut mendapatkan kewenangan menurut prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang – perundangan.
Kelima
, masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemimpin pemerintahan karena pemimpin tersebut menjanjikan atau menjamin kesejahteraan materiil
kepada masyarakat.
22
21
Ibid Hal. 124
22
Ibid Hal. 126
Universitas Sumatera Utara
I.5.4.5 Kewenangan